NovelToon NovelToon
Terpaut 20 Tahun

Terpaut 20 Tahun

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Terlarang / Beda Usia / Teen Angst / Persahabatan
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: ria aisyah

Cinta akan menemukan pemiliknya. Sebuah ketidaksengajaan, keterpaksaan, dan perjodohan, bisa menjadi jalan untuk menyatukan dua hati yang berbeda.

Seorang gadis SMA bernama Aira, terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang duda bernama Affan yang merupakan ayah sahabatnya, Faya.

Mengapa pernikahan itu bisa terjadi?

Akankah pasangan beda usia itu bisa saling mencintai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ria aisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Status Baru

Mobil Affan berhenti di depan pintu gerbang rumahnya. Aira merasa gugup. Ini bukan pertama kalinya dia menginjakkan kaki di rumah Affan sebagai sahabat Faya. Namun, ini kali pertama dia datang sebagai nyonya rumah di sana.

Faya terlihat sedang duduk di teras rumah ditemani oleh Sumi, pembantu Affan, ketika mereka datang.

Sumi sudah bekerja sejak Faya masih bayi sehingga sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Affan. Usianya yang tidak lagi muda membuat Affan merasa iba dan memintanya untuk melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja. Ada Nami dan Heti yang juga bekerja di rumah itu.

"Bik Sum!" panggil Affan setelah dia turun dari mobilnya.

Dia lalu berjalan memutar ke pintu samping membukakan pintu untuk Aira.

Faya yang semula duduk menjadi terbengong dan bangkit secara perlahan seperti orang yang terhipnotis. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia masih terbengong saat keduanya telah berdiri di hadapannya.

"Ayah, ini ... ini Aira, kan?" tanya Faya sambil menunjuk ke arah Aira.

Affan mengangguk lalu berkata, "Kita bicara di dalam."

Wajah Aira terlihat pucat karena merasa tegang. Faya segera menghampirinya dan menuntunnya masuk ke dalam rumah. Dia tidak banyak bertanya meskipun merasa aneh dengan kedatangan sahabatnya yang membawa banyak barang itu.

Mereka bertiga berjalan menuju ke ruang keluarga dan duduk di sana. Sesaat suasana menjadi hening hingga Affan memulai percakapan.

"Sayang, ayah membawa berita yang mengejutkan untukmu. Kuharap kamu tidak berpikir macam-macam tentang ayah. Semua ini terjadi begitu mendadak. Ayah sendiri juga tidak menyangka jika ini akan terjadi." Affan berbicara lembut pada Faya yang sedang duduk dan memeluk bahu Aira.

"Maksud, Ayah?" Faya menatap Affan dengan tatapan tak mengerti.

Affan pun menceritakan semua yang terjadi mulai dari awal pertemuannya dengan Aira sore tadi hingga keduanya sampai di rumah ini. Semua dia ceritakan tanpa ada yang terlewat.

Faya terdiam. Semua yang terjadi begitu mengejutkan baginya. Keadaan yang membuatnya sulit untuk percaya, tetapi ini sebuah kenyataan yang harus dia hadapi.

Aira tidak berani mengangkat wajahnya. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Dia merasa takut jika Faya tidak bisa menerima semua ini dan menyalahkannya.

Setelah bisa menguasai hatinya, Faya meraih bahu Aira dan memeluknya. Perlakuan tak terduga ini membuat tangis Aira semakin menjadi. Dia meluapkan seluruh kesedihannya dalam tangisnya.

Air mata Faya pun jatuh tak tertahankan. Kedua sahabat itu menangis bersama hingga keduanya sama-sama tenang.

Di tempat lain, Affan juga turut merasakan keharuan. Entah bagaimana ke depannya, yang terpenting saat ini Faya telah menerima kenyataan ini.

Setelah merasa lebih baik, Faya merenggangkan pelukannya dan menatap Aira. Tangannya memegang pipi sahabatnya yang beruraian air mata.

"Aira, aku tahu ini berat bagimu. Aku sendiri mungkin tidak akan sanggup menghadapi hal pahit seperti yang kamu alami, tapi percayalah, ayahku orang yang baik, dia tidak akan menyakitimu." Faya mencoba menenangkan dirinya.

Aira masih terdiam. Tidak pernah terbesit dalam pikirannya jika dia akan menjadi ibu tiri bagi sahabatnya sendiri. Semula dia berpikir Faya akan marah dan memaki-makinya atas keadaan ini. Dia tidak menyangka jika sahabatnya itu terlihat ikhlas menerima pernikahan ayahnya.

"Kami terlibat pernikahan tanpa cinta, Faya. Aku jauh dari kriteria seorang ibu idaman. Aku tidak menyesali pernikahan ini tetapi aku juga siap menerima hal terburuk yang akan terjadi ke depannya." Aira berbicara dengan suara yang parau.

Faya terlihat kecewa dengan jawaban Aira. Keinginannya yang besar untuk melihat sahabatnya itu bahagia membuatnya harus bertindak.

"Jangan mempermainkan sebuah pernikahan, Aira. Apakah kamu bisa merubah ketetapan yang sudah ditetapkan oleh Tuhan? Aku menerimamu sebagai ibu sambungku. Tidak masalah meskipun kita seumuran." Setelah mengatakan itu Faya berpaling kepada ayahnya. "Aku harap ayah mau bersabar. Aku yakin kalian berdua bisa saling menerima suatu saat nanti."

Affan mengangguk. Semua yang dikatakan oleh Faya memang benar. Jujur dia tidak tertarik untuk menikahi wanita di bawah umur, tetapi dia tidak bisa mempermainkan sebuah pernikahan meskipun dia tidak menginginkannya.

Setelah semuanya tenang, mereka bertiga pergi ke meja makan. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Mereka tidak akan tidur dengan nyenyak sebelum mengisi perutnya dengan makanan.

Aira dan Faya memanaskan beberapa makanan. Mereka tidak ingin mengganggu pembantu mereka yang telah beristirahat. Malam sudah larut, mereka harus bangun pagi untuk melakukan pekerjaan mereka besok.

Malam ini, Aira tidur bersama Faya. Sebenarnya sudah ada kamar tamu dan beberapa kamar kosong, tetapi Faya tidak tega melihat Aira yang sedang dirundung kesedihan.

Pukul tiga pagi Aira terbangun untuk melakukan sholat malam. Kebiasaan yang tidak pernah dia tinggalkan. Suara gemericik air itupun membuat Faya terbangun. Dia lupa jika ada Aira di sana.

"Apakah sudah subuh, Ai? Maksudku Mama." Faya meralat ucapannya. Dia akan berusaha membiasakan panggilan itu untuk menghormatinya.

"Belum. Tidurlah! Aku sedang menjalankan sholat malam," jawab Aira sambil mengenakan mukena.

Faya mengangguk lalu kembali masuk ke dalam selimutnya. Dia masih merasa mengantuk, malam ini mereka tidur terlalu larut.

Pagi hari,

Affan telah siap dengan baju kantornya. Dia sedang membaca koran di ruang makan ketika Faya dan Aira datang.

Faya berjalan cepat menghampiri ayahnya sementara Aira masih terpaku di belakangnya. Mereka terbiasa untuk sarapan bersama sebelum melakukan aktivitas masing-masing.

Aira tertegun menatap Affan. Meskipun usianya terbilang dewasa, dia masih terlihat sangat tampan. Dia terlihat jauh lebih muda dari usia sebenarnya, mungkin karena pembawaannya yang santai membuatnya menjadi awet muda.

"Aku tahu ayahku tampan. Tapi kamu tidak akan kenyang hanya dengan memandanginya saja. Duduklah!" Faya menarik kursi di sampingnya untuk Aira.

Aira tersipu malu mendengar candaan Faya. Dia tidak menjawabnya dan segera duduk di kursi yang diperuntukkan baginya.

"Kamu jangan seperti itu, Faya." Affan menggeleng sambil menatap lembut putrinya.

"Aku hanya ingin meluapkan kebahagiaanku saja, Ayah. Ayahku sangat tampan dan mamaku sangat cantik, aku merasa menjadi anak yang sangat beruntung di dunia ini." Faya tersenyum lalu kembali menikmati makanannya.

"Mama?" Affan mengernyitkan keningnya.

"Iya, mama Aira. Panggilan ibu untuk ibu yang telah tiada, jadi dia mamaku. Aku tetap akan menghormatinya seperti ibu kandungku." Faya terlihat sangat senang.

Aira masih terlihat canggung. Dia tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Meskipun Faya bisa menerimanya dengan baik, tetapi dia masih belum terbiasa dengan status barunya.

Sumi datang menghampiri mereka dan mengatakan jika kamar untuk Aira telah siap. Affan memintanya untuk memindahkan barang-barang miliknya ke kamar itu.

"Tunggu!" seru Faya.

Sumi pun menghentikan langkahnya dan berputar menghadap mereka lagi.

"Ada apa, Non Faya?" tanyanya kemudian.

"Bawa barang-barang Mama Aira ke kamar ayah," ucapnya.

Aira dan Affan menatap Faya tak percaya. Mereka tidak menyangka jika Faya akan mengatakan hal itu.

****

Bersambung ....

1
Rina Herfina
cerita bagus ,TPI aku orang nya suka baca TPI tak suka komentar
Mamah Alfa
lanjutan nya apa thor
nur
kapan kehidupan faya?
Ei_dach v_3 yah🥰
ceritanya bagus... pembahasan nya nggak berbelit-belit..suka saya suka...😁
harwanti unyil
itu lh hukum alam
harwanti unyil
wah belah duren
Nurul Umilhuda
ceritanya sangat bagus
Mariya Retno
lanjutannya mn mb
sari emilia
aku bc dr bab 70 lgsung loncat k bab 109 😄😄😄 pusing mslh nya bc nya byk muncu pemeran baru n byk drama muter2...jd bc yg langsung tamat aja kn kelar
sari emilia
asli spt drama indosiar
sari emilia
😃😃😃😄 ada ga novel yg ky jiplakan drama indosiar 😝😝
sari emilia
mk nya paya aira goblok jgn d pelihara 😄😄😄
sari emilia
aku paling tdk sk wntia muslimah yg taat kt crt nya tp sk bohong jujur aja knp....kl aku sll jujur sm suami apalg kl mrs terancam....jd tdk sk dgn aira...
sari emilia
jgn salah anggie org kampung itu meski tp sangat cantik2 alami bkn spt km cantik krn riyasan menor...km ank2 kampung ini jarang dandan
sari emilia
😆😆😆 yg sampai sekarng msh masuk dlm pola pikir ku ank umur 20 msh SMA kls 2 🤪🤪 gmn crt nya emg mrk b2 oon sampai jd siswa abadi...thor yg bnr aja...ank SMA kelas 2 itu paling banter 16/17 thn 😇😇
Sedang Bertapa: Kalau membaca dipahami dulu mb... kelas 12 itu sama dengan 3 SMA... Terpaut 20 Tahun itu artinya beda 20 tahun bukan umur 20 tahun... Di bab sebelumnya sudah dijelaskan jika istri Affan meninggal 18 tahun yg lalu artinya Faya dan Aira 18 tahun dan Affan 38 tahun di mana mereka beda 20 tahun... paham???
total 1 replies
sari emilia
kl bc sinopsisnya aira ank SMA...ms sdh umur 20 thn...atau paya yg umur nya sdh 20 thn tp otak nya aga lemot jarang naik kelas jd umur sdh 20 thn msh SMA 😄😄
Dadang Yuliadi
sangat bagus
dina
keren
Ani Vabbiani
suka thor sama ceritanya
Ani Vabbiani
mampir thorrr...semangatttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!