NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Duda Tampan

Terpaksa Menikahi Duda Tampan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Ibu Pengganti
Popularitas:31.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Nadziroh

Lintang Anastasya, gadis yang bekerja sebagai karyawan itu terpaksa menikah dengan Yudha Anggara atas desakan anak Yudha yang bernama Lion Anggara.

Yudha yang berstatus duda sangat mencintai Lintang yang mengurus anaknya dengan baik dan mau menjadi istrinya. Meskipun gadis itu terus mengutarakan kebenciannya pada sang suami, tak menyurutkan cinta Yudha yang sangat besar.

Kenapa Lintang sangat membenci Yudha?
Ada apa di masa lalu mereka?
Apakah Yudha mampu meluluhkan hati Lintang yang sekeras batu dengan cinta tulus yang ia miliki?

Simak selengkapnya hanya di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Kumat

Ruangan yang tak begitu luas namun bisa membuat Lion nyaman. Jendela kecil yang langsung terhubung dengan pusat kota, serta beberapa boneka milik Lintang yang sengaja disimpan di laci menjadi hiburan baru untuk Lion hingga bocah itu betah dan mengakhirinya dengan tidur siang. Lucu dan menggemaskan, aneka ucapan yang masih gagu menciptakan tawa bagi Lintang di tengah keseriusannya bekerja. 

Sekian lama Lintang hanya disuguhkan dengan pekerjaan dan keadaan ibunya, kali ini tawa itu terus di lontarkan karena kehadiran Lion. 

"Permisi, Lin," sapa Gita yang langsung masuk dengan beberapa dokumen di tangannya. Menghampiri Lintang yang masih sangat serius. Membantu gadis itu mengikat rambut dengan asal. 

"Iya," jawab Lintang tanpa menoleh. Matanya fokus pada layar laptop yang ada di depannya, satu tangannya terus aktif mengetik sesuatu, sedangkan yang satunya lagi menyangga kepala Lion yang tidur di pangkuannya. Bagaikan ibu dan anak, mereka nampak serasi. 

"Dia masih ada di sini?" tanya Gita menyelidik.

Lintang memutar kursinya, merapikan rambut Lion yang menutupi jidatnya. Menatap wajah teduh tanpa dosa. Bibir mungil dan lidahnya terus bergerak seperti menyesap dot. 

"Tadi aku mau anterin dia ke ruangan papanya, tapi nggak mau." 

"Kamu tahu siapa papanya?" tanya Gita lagi. 

Lintang menggeleng tanpa suara. Pasalnya, Ia pun tak bertanya pada Lion tentang keluarga bocah itu. Selama berada di ruangannya, Lion terus bermain dan minta di ceritakan beberapa dongeng. 

"Apa tugas kamu sudah selesai?" 

Lintang menyungutkan kepalanya ke arah tumpukan map yang ada di sisi laptopnya. Meskipun sedikit ada kendala, Lintang tetap profesional menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

"Laporan hari ini langsung ke pusat, kamu mau nitip apa lapor sendiri."

"Nitip saja, kakiku masih sakit, lagi pula kasihan Lion, nanti dia terganggu, tanganku juga keram." 

Gita mengambil dokumen milik Lintang dan keluar. 

"Git," panggil Lintang pada sahabatnya yang baru saja menutup pintu dari luar. 

Sepertinya Gita tidak mendengar suara Lintang hingga wanita yang berumur dua puluh lima tahun itu tak kembali lagi. 

"Kira-kira papanya Lion ini siapa, dia karyawan biasa atau atasan di kantor ini?" ucap Lintang lirih. 

"Hilya, kamu ambil Lion, waktunya dia tidur!" titah Yudha pada sang sekretaris. 

Yudha membaca catatan dari Mbak Mimah. Dan itu waktunya Lion minum susu lalu tidur siang. 

"Baik, Pak."

Hilya turun di mana Lion tadi main, sedangkan Andreas pun sibuk menerima beberapa laporan dari karyawan. 

Setelah mendapat informasi dari beberapa staf, Hilya langsung masuk ke ruangan Lintang tanpa permisi. 

"Mana Lion?" tanya Hilya ketus, seolah-olah dia adalah bos besar. 

"Ini, Bu. dia sudah tidur," jawab Lintang sopan. 

Meskipun satu perusahaan, Lintang pun tak mengenal Hilya. Namun, dari pakaiannya, jabatan wanita itu lebih tinggi darinya. 

Hilya mengambil alih Lion lalu pergi meninggalkan ruangan Lintang tanpa mengucapkan terima kasih. 

Lintang mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa kaku. Menyandarkan punggungnya untuk mengurai rasa lelah.

"Kira-kira itu anak siapa, lucu banget." 

Lintang tersenyum kecil mengingat tingkah lucu Lion yang terus ingin dimanja. 

Ponsel yang ada di meja berdering membuat lamunan Lintang yang terus menerka-nerka sosok orang tua Lion itu ambyar. 

"Mbak Luna, ngapain dia telepon jam segini?" 

Lintang menatap jam yang melingkar di tangannya. Baru jam makan siang dan itu membuatnya khawatir. 

"Halo, Assalamualaikum," sapa Lintang mengusir rasa cemas yang tiba-tiba mengendap. 

Luna menjawab salam Lintang dengan suara lirih. 

"Lin, cepat pulang, ibu kamu mengamuk," ucap Luna dengan napas memburu. 

Lintang tak menjawab, ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu berlari keluar. Melangkah buru-buru menuju ruang atasan. Berkali-kali Lintang mengetuk pintu, namun tak ada sahutan, terpaksa ia membukanya perlahan. Ternyata ruangan itu kosong. 

"Orangnya ke mana?" tanya Lintang dalam hati. 

Beruntung ia bertemu Gita yang melintas. Lintang menghampiri sahabatnya. 

"Git, tolong bilangin pak Setiawan, kalau hari ini aku izin pulang lebih awal, ibu sakit," ucapnya dengan nafas tersendat. 

"Baik, nanti aku bilangin ke beliau, hati-hati," jawab Gita setuju. Melambaikan tangan ke arah Lintang yang mulai menjauh. 

"Kasihan Lintang, pasti kena marah lagi, tapi kasihan  juga ibunya. Sampai kapan dia merawat ibunya yang gila itu." 

Lintang berlari menghampiri Luna yang ada di teras.

"Ibu di mana, Mbak?" tanya Lintang.

Suara barang-barang jatuh masih menggema membuat Lintang semakin ketakutan. Takut ibunya terluka.

"Ada di dalam, maaf ya Lin,, aku tidak bisa mencegahnya, Mas Arief belum pulang, aku takut__" 

"Tidak apa-apa, Mbak. Aku masuk dulu." 

Lintang berjalan pelan menatap perabotan  rumah tangga yang hancur berkeping-keping di atas lantai. Kejadian ini sudah yang kesekian kali membuat Lintang sudah terbiasa. 

"Ibu, Lintang pulang," sapa Lintang, masih berjalan mengendap-endap mencari keberadaan ibunya. 

Hiks Hiks Hiks 

Suara tangsian terdengar di balik ruangan yang ada di samping kamar Lintang. 

Mata Lintang berkaca mendapati sang ibu yang duduk dan merangkul kedua kakinya. Kepalanya terbenam, hanya menampakkan rambut panjang yang terurai. 

"Ibu, Lintang pulang."

Lintang duduk dan memeluk tubuh kurus Bu Fatimah. Cairan bening mulai lolos melihat jari-jari sang Ibu yang nampak terluka. 

Luna ikut masuk. Berdiri sedikit menjauh. Ia takut Bu Fatimah tak bisa terkontrol dan melempar sesuatu ke arahnya. 

"Ibu sudah makan?" tanya Lintang mengusap air matanya. Mendongakkan wajah ibunya yang nampak kacau. 

Bu Fatimah tidak menjawab, masih sama seperti biasa, tatapannya kosong dengan bibir komat-kamit. Kepala terus menggeleng. 

"Semua orang jahat. Jangan pernah berhubungan dengan orang kaya. Mereka hanya akan memandang kita sebelah mata," ucap Bu Fatimah. 

Selama ini hanya kalimat itu yang terus diucapkan. Seakan satu kejadian itu memang menancap luka yang paling dalam dan  tidak akan pernah sembuh. 

Lintang mengangguk lalu memeluk ibunya. Mengusap punggung sang ibu dengan lembut. Hanya itu yang bisa Lintang lakukan untuk melunakkan hati ibunya saat kacau. 

"Sekarang aku anterin ibu ke kamar, istirahat ya, nanti aku masakin yang enak." 

Lintang menggiring Bu Fatimah keluar. Berhenti sejenak, melirik ke arah Luna yang ada di ruang tamu. 

"Itu mbak Luna, yang sering bantu Ibu makan," rayu Lintang dengan lembut, sedikit demi sedikit terus mengingatkan pada orang terdekat. 

Sepiring nasi yang tadi di tinggalkan ternyata masih utuh membuat Lintang mendengus. Setelah membaringkan tubuh Bu Fatimah di ranjang, Lintang membawa piring dan keluar. Mengganti dengan makanan yang baru. 

Luna membantu Lintang membersihkan ruang tamu yang persis kapal pecah. 

"Maaf ya, Mbak. selalu merepotkan." 

Luna tersenyum. "Nggak papa, aku yang minta maaf karena tidak bisa membantumu."

"Gimana keadaan Bu Fatimah?" sapa suara berat dari ambang pintu, dia adalah Arief, suami dari Luna. 

"Alhamdulillah, ibu baik. Aku sudah pulang," sahut Lintang dari dalam membuat Arif tersenyum. 

1
Sophia Aya
mampir Thor
M. Namikaze
meranalaaaaah... aku merana....
M. Namikaze
teriak aja reader juga pada tahu
M. Namikaze
tahu lantai 10, kan kemarin ikut nyari
🌹🪴eiv🪴🌹
astoge, apa ini
🤡 lawak kali kau thor
🌹🪴eiv🪴🌹
aku tidak pernah
🌹🪴eiv🪴🌹
sialan si Yudha, sudah kena pelet cinta mama e lion (kok lali aku karo jenenge) 😜
🌹🪴eiv🪴🌹
wah,,ada prahara di balik nama Anggara
Dinda Putri
Luar biasa
Mita Karolina
Tak kiro bilang gini “kamu siapa?”
Bunda Aish
🤦 astaga......
Bunda Aish
gila' si Claire ini,laki orang disembunyikan, segitu terobsesi nya sampai tega begitu😡
Hayati
sampai pembaca pun ikut nangis 🤭🤭🤭
Bunda Aish
ceroboh 🤦
Bunda Aish
capek lho Lin kayak gitu terus, mending jujur deh, kalau memang sahabat sejati gak mungkin mereka nuduh kamu yg bukan-bukan
Bunda Aish
wanita pilihan kakek mu malah jauh lebih baik dari pilihan mu sendiri ya Yudha
Bunda Aish
diatas langit masih ada langit pak jul..... sombong amat 😡
Bunda Aish
tidak semua wanita silau dengan harta
Bunda Aish
perlakuan Yudha setidaknya disadarkan lewat anaknya sendiri
Bunda Aish
sekarang berbalik ya Yudha....anak mu yang bergantung pada orang miskin yang pernah kamu hina
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!