Khadijah Nasytiti, seorang sekretaris yang sangat tergila-gila kepada bosnya, Arya Khalifano Bumi. Apapun akan dilakukan oleh Nana untuk mendapatkan cinta Arya. Sedangkan Arya masih terpaku dengan cinta masa kecilnya.
Hingga suatu keadaan memaksa Arya meminta Nana untuk menjadi pacarnya. Dan hubungan mereka berlanjut hampir ke jenjang pernikahan. Saat Arya sudah mulai membuka hati, suatu kesalahan dilakukan oleh Nana.
Mampukah Khadijah Nasytiti mempertahankan cintanya? Akankah Khadijah Nasytiti memaksakan cintanya untuk selalu terbalas? Atau menyerah dan pergi dari kehidupan Arya?
Yuk saksikan kisahnya
IG : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
🌹HAPPY READING🌹
"Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Arya menatap dalam mata Nana.
Nana mengalihkan pandangannya dari Arya. Sedetik kemudian Nana menggeleng menjawab perkataan Arya.
Melihat Nana menggeleng, Arya mengambil tangan sebelah kiri Nana. "Ini apa?" tanya Arya menatap lekat Nana.
"I-ini, kemarin kena pisau waktu masak sama Bi Mirna," jawab Nana beralibi kepada Arya.
"Aku nggak suka kalau orang yang bicara sama aku nggak lihat mata aku, Na!" ucap Arya tegas.
Dengan gelagapan Nana memandangi Arya. "Ini kemarin tangan aku kena pisau waktu masak sama Bi Mirna," ucap Nana mengangkat tangannya.
Arya menghembuskan nafas kasar mendengar jawaban Nana. Apa susahnya berbicara jujur, pikir Arya. Arya berdiri dari duduknya dan mengambil kotak P3K yang ada di lemari dinding.
Setelah mendapat kotaknya, Arya kembali duduk dan mengambil tangan Nana yang terluka. Dengan telaten Arya membalut luka Nana yang masih memerah dan sedikit berdarah.
"Kenapa kemarin nggak diobati?" tanya Arya sambil terus memasang perban di tangan Nana.
Nana tersenyum. Dalam hatinya bersorak senang karena Arya perhatian kepadanya.
"Kalau kemaren di obati, kamu nggak bisa ngobatin tangan aku dong sekarang," ucap Nana dengan senyum manisnya.
Arya menatap Nana sebentar dan ikut tersenyum, setelah itu dia kembali melihat luka Nana. Kamu bisa kuat dan lemah dalam waktu yang bersamaan, Na. Untuk saat ini saya bersyukur memiliki wanita hebat seperti kamu, terimakasih. Batin Arya.
Maaf, Sayang. Bukannya aku nggak mau jujur, tapi aku takut. Jika kamu tahu semuanya, kamu akan jauhin aku. Batin Nana sendu memandangi wajah Arya yang nampak fokus.
"Selesai," ucap Arya.
"Terimakasih," ucap Nana setelah Arya selesai memasang perban di tangannya.
Arya tersenyum dan mengangguk. Tangan Arya terulur membenarkan anak rambut yang menempel di dahi Nana.
"Na, boleh aku cium ini?" tanya Arya menyentuh dahi Nana.
Dengan ragu Nana mengangguk. Sungguh, jantungnya saat ini sedang dalam keadaan maraton.
Pelan tapi pasti Arya mendekati bibirnya ke dahi Nana.
CUP
Bibir lembut Arya menyentuh kulit dahi Nana untuk pertama kalinya.
Tenang dan Nyaman. Dua kata yang mewakili perasaan Arya dan Nana saat ini. Nana memejamkan mata ketika bibir Arya menyentuh keningnya. Meresapi setiap kenyamanan yang dia dapatkan.
Selang beberapa detik, Arya menyudahi kegiatannya. Arya memandang wajah Nana yang nampak memerah karena perbuatanya.
"Aku pacar kamu kan, Na?" tanya Arya.
Nana mengangguk menjawab perkataan Arya. Mata gadis itu sudah nampak berkaca-kaca atas perlakuan lembut Arya. Perlakuan yang selama ini ingin dia dapatkan dari seorang pendamping akhirnya ia terima. Perjuangan untuk terus mempertahankan perasaannya kepada Arya tidak sia-sia.
"Mulai sekarang berbagi beban kamu sama saya, Na. Jangan di pendam sendiri. Saya tidak ingin wanita saya terlalu kuat hingga dia tidak membutuhkan bahu saya untuk bersandar," ucap Arya lembut.
Nana tidak menjawab. Dia langsung berhambur memeluk Arya. Air mata Nana mengalir dalam dekapan Arya. "Terimakasih," kata yang terucap dari mulut Nana.
Arya mengangguk. Tangannya mengusap lembut punggung Nana, memberi ketenangan untuk gadis yang kini sedikit demi sedikit sudah memenuhi hatinya.
"Nanti kita ke rumah, ya. Tadi sebelum berangkat, Mama bilang kangen sama kamu," ucap Arya.
Nana mengangguk dalam dekapan Arya. Selang beberapa menit, Nana melepaskan pelukannya.
"Sekarang tidur di kamar pribadi aku, ya. Tangannya pasti masih sakit," ucap Arya lembut.
Dengan patuh Nana mengangguk. Setelah itu Nana berdiri dan berjalan menuju kamar pribadi Arya. Setelah kepergian Nana, senyum terbit di bibir Arya.
Nyaman. Batin Arya senang. Arya kembali ke kursi kebesarannya dan melanjutkan pekerjaan yang tadi tertunda.
.....
Sesuai perkataan Arya, Kini dia bersama Nana sudah berada di mobil menuju rumah Arya. Satu jam kemudian, mobil Arya sampai di depan rumahnya.
Dengan tangan yang saling bergandengan, Nana dan Arya memasuki rumah. Freya yang baru turun dari tangga langsung berlari kearah Nana.
"Aunty Balbi," pekik Freya senang.
Nana merentangkan tangannya hendak memeluk Freya. Tapi belum sempat di menangkap Freya, Arya lebih dulu mengangkat Freya ke gendongannya.
"Freya sama Uncle aja, ya. Tangan Aunty Barbie lagi sakit," ucap Arya menjelaskan.
"Tangan Aunty kenapa?" tanya Freya dengan mata yang berkaca-kaca. Anak itu sangat takut jika Aunty kesayangannya ini kenapa-napa.
Nana mengangkat tangannya dan melihatkan kepada Freya. "Tangan Aunty kemarin kena pisau, Sayang," ucap Nana lembut.
"Uncle, tulunin Fleya," ucap Freya meminta turun dari gendongan Arya. Dengan patuh Arya melakukannya.
"Sini, Aunty," ucap Freya menyuruh Nana untuk mensejajarkan tinggi tubuh mereka.
Nana bersimpuh di depan Freya dengan kedua lutut sebagai tumpuan. Tangan mungil Freya mengambil tangan Nana yang masih di perban.
CUP
Freya mengecup tangan Nana. "Udah cembuh," ucap Freya tersenyum senang. "Papa celalu lakuin ini cama Mama kalau Mama lagi cakit," lanjut Freya.
Nana tersenyum senang. "Terimakasih, Sayang," ucap Freya mengusap lembut pipi Freya.
Arya yang melihat interaksi dua orang yang berharga dalam hidupnya ikut tersenyum senang. "Yasudah, kita temuin yang lain, yuk," ucap Arya.
Mereka semua berjalan menuju ruang keluarga. Benar saja, di sana sudah ada seluruh anggota keluarga Arya, termasuk Acha dan Meisya.
Tapi tunggu dulu, kenapa Acha menangis dipelukan Meisya. Mereka semua mencoba menenangkan Acha yang menangis.
Acha yang melihat kedatangan Arya langsung berlari memeluk Arya. Tangis Acha semakin menjadi ketika memeluk Arya.
Nana memalingkan wajahnya melihat pemandangan di depan matanya. Arya hanya diam, dia tidak membalas pelukan Acha. Arya menoleh kesamping dan melihat Nana yang memalingkan wajahnya.
Arya mencoba untuk melepaskan pelukannya, tapi Acha memeluk Arya dengan sangat Erat.
"Hiks, Arya," ucap Acha dalam tangisnya.
"Kamu kenapa, Cha?" tanya Arya lembut.
"Hiks, pernikahan ku batal, Arya, hiks," ucap Acha dalam tangisnya.
DEG
Jantung Arya serasa keluar dari tubuhnya. Sedangkan Nana menegang mendengar penuturan Acha. Baru saja dia mendapatkan cinta, apa dia harus kehilangan secepat ini.
Tanpa sadar, tangan Arya terulur membalas pelukan Acha. Mengusap lembut punggung Acha memberikan ketenangan.
Air mata Acha menetes di sudut matanya melihat itu. Dadanya sesak melihat kekasihnya memeluk Acha di depannya sendiri. Dia tahu Acha memang sahabatnya, tapi dia takut perasaan Arya akan kembali untuk Acha.
"Acha, duduk dulu, Nak. Kita bicarakan baik-baik," ucap Meisya membujuk Acha.
Arya membimbing Acha untuk kembali duduk di sofa. Bahkan pelukan mereka tidak terlepas sama sekali. Dinda yang melihat tatapan Nana ikut merasakan bahwa gadis itu saat ini sedang terluka.
Ya Allah Arya, apa yang kamu lakukan. Batin Dinda berteriak melihat sikap Arya.
Sedangkan Nana hanya bisa menuruti dan ikut duduk bersama Freya yang sedari tadi menempel padanya.
Ya Allah, dia sudah dapat kasih sayang Mama, jangan Arya juga, Ya Allah. Batin Nana sendu melihat bagaimana Arya membujuk Acha.
......................
Tunjukan sayang kalian dengan like, vote dan komentarnya yaa. Agar author lebih semangat lagi.
Jangan lupa follow akun Instagram author juga yaa @yus_kiz
Jangan lupa baca karya ku yang lain, ya "Derajat Rumah Tanggaku" Author sayang kalian 🌹🌹😘