Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diam dan Menurutlah
Disebuah taman Leony dan Thalia sedang duduk di sebuah kursi putih dan panjang, di dekat mereka ada sebuah air mancur yang indah.
Sama halnya dengan Alister tadi, Leony juga menyuruh Naura untuk segera pulang.
Thalia masih larut di dalam kesedihannya, dia menyandarkan kepalanya di pundak Leony.
"Kakak, mengapa mama dan papa begitu cepat meninggalkan kami? Dan mengapa bukan kakak saja yang menikah dengan kak Rendra?"
"Mungkin karena Tuhan sangat menyayangi mama dan papa, karena itu mereka pergi mendahului kita... memangnya kau setuju jika kakak mu itu menikah denganku?" ucap Leony sambil terkekeh, mencoba tertawa untuk menghibur.
"Iya tentu saja. Di lihat dari manapun, kan, sudah jelas terlihat berbeda. Kak Leony lebih cantik dan modis tetapi tidak seperti wanita jelek yang kampungan itu. Dia berada di bawah standar. Aku sendiri heran kenapa wanita seperti itu yang di nikahi kakak."
Thalia menarik kepalanya dari pundak Leony, masih sebal dengan keputusan Rendra hingga membuatnya melipat tangan di depan dada.
"Haha... ya mungkin saja kakakmu mencintai wanita itu."
"Aaaa tidak, aku tetap tak akan pernah mengakuinya sebagai kakak iparku. Dia bahkan sama sekali tak layak menyandang nya."
"Sudahlah Thalia, itu sudah menjadi pilihan kakakmu... jika dia ingin menikahinya itu artinya tak ada lagi yang bisa merubah keputusannya."
"Tapi aku tetap tidak sudi, dia jelek, jelek, ... jelek!" tandasnya kesal sembari mengentakan kaki di atas tanah dengan kuat.
"Sudah, sudah, ... memangnya kau ingin aku melakukan apa agar kakakmu mau menikah dengan ku?"
"Mungkin kakak bisa mulai dengan mendekati kak Rendra secara perlahan, dia juga orang yang terlalu sibuk jadi kakak juga bisa dengan memberinya perhatian kecil seperti membuatkannya bento atau apa pun yang disukainya."
Sepertinya Thalia benar-benar menyukai Leony, dia bahkan sampai memberikan duukungan penuh untuknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di dalam kamar lantai dua kediaman Wilson, Embun baru saja selesai membersihkan dirinya.
Dia duduk di tepi ranjang masih dengan menggunakan kimono mandi serta rambutnya yang setengah kering. Ada handuk yang menempel di lehernya, dia tak terlalu suka untuk memakai hairdrayer.
Kimono mandi yang hanya sebatas lutut berwarna pink terlihat membentuk lekukan tubuhnya.
Dia beranjak dari duduknya untuk menyisir rambut, selagi menyisir dia pun segera menoleh ke sumber suara pintu kamar yang terbuka.
"Tuan?"
Rendra hanya diam saja sambil menatap gadis itu dari kepala hingga kaki, dia menelan. Mencoba menepis hasratnya sebagai seorang lelaki normal namun sulit, apalagi saat ia mulai menyadari bahwa hanya gadis itu yang tak menimbulkan reaksi ruam pada tubuhnya.
Mungkin, sedikit percobaan tidak akan masalah.
Pria itu menutup pintu kamar dan menguncinya, bagi Embun itu adalah sikap yang tak biasa.
Dan bodohnya lagi gadis itu malah bergeser hingga kedua kakinya membentur ranjang, "Aduh," Dia terduduk di lantai sambil mengusap-ngusap lututnya.
Kembali membuat gadis itu terkejut saat sepasang manik cokelatnya mendapati sepasang kaki tengah berdiri di hadapannya, alhasil membuatnya gugup.
Apa lagi saat Rendra yang menatap Pookie dalam keadaan seperti itu, membuatnya bisa melihat belahan dadanya dengan begitu mudah.
"Berdiri."
Ucap Rendra tegas dan terdengar tak ingin dibantah, membuat gadis itu mau tak mau menurutinya.
Lalu tangan Rendra dengan sengaja melepaskan ikatan pinggang kimono mandinya, membuat kimono tersebut lepas begitu saja dan jatuh teronggok di atas lantai. Memperlihatkan tubuh polosnya tanpa sehelai benang pun.
Air mata Embun pun jatuh begitu saja, saat dia secara spontan hendak melayangkan lima jarinya di wajah Rendra, saat itu juga Rendra mencengkeram tangannya dan mendorongnya hingga terjembab jatuh di atas ranjang.
Tubuh mungil itu sudah berada didalam kungkungan tubuh kekar Rendra.
"Jangan sakiti saya, tuan, bukankah -"
saat itu juga Embun memejamkan matanya dengan kuat saat merasakan belaian tangan Rendra di atas perutnya, lalu membawanya naik hingga kebagian dada.
Pria itu benar-benar dikelilingi nafsu, "Diam dan menurutlah padaku, perintahku adalah mutlak! Dan hanya akulah yang bisa merubah semua peraturan itu," bahkan wajah dan sorot matanya saja masih sangat dingin.
Rendra mulai melepaskan pakaiannya dan melemparnya begitu saja kesembarang arah, hingga memperlihatkan dada bidang dan perut ABS-nya.
"Tuan?" suaranya terdengar gemetar takut, berharap pria itu tak melakukannya lebih dari ini, tetapi sepertinya semua memang sudah di takdir kan.
Kesucian yang selama ini dia jaga dan sekarang harus ia relakan untuk pria sepertinya.
Tangannya meremas kuat pada seprai putih hingga kumal saat merasakan pusaka Rendra membentur dinding penghalang bagian dalam kewanitaannya.
"Sakit..." air matanya kembali menetes saat Rendra kembali mendorong masuk miliknya dengan sangat kuat.
Dia pria normal yang memiliki hasrat untuk disalurkan terhadap lawan jenisnya, permainan mereka masih terus berlanjut bahkan saat Leony dan Thalia sudah tiba di rumah.
Keringat sudah membasahi tubuh keduanya, masih menyatu dengan masing-maisng dari keduanya yang merasakan sakit dan nikmat.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu hingga akhirnya sesuatu yang kental dan hangat menyembur masuk kedalam kewanitaan Embun.
Kepuasan yang sangat membuncah hingga ke ubun-ubun rasa nikmat yang membuat pria itu melayang bebas ke syurga duniawi. Dia ambruk begitu saja menindih tubuh istrinya, merasakan dua gunung kembar yang empuk dan size-nya yang tak melebihi telapak tangannya.
Mereka terdiam untuk beberapa saat dan masih dalam keadaan tubuh mereka yang menyatu sempurna. Nafas mereka masih tersengal hingga akhirnya merasa lebih baik lalu Rendra pun segera menarik diri dari kepemilikan istrinya dan langsung merebahkan diri disampingnya. Memejamkan mata, mungkin dia akan tidur.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman