NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:422
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Kesempatan untuk dekat

"Mas, gimana sih?! Saya tadi enggak pesan roti ini. Saya pesan roti kacang lima bungkus!" ujar seorang pelanggan.

"Mohon maaf atas kesalahan kak. Sebentar saya ambilkan dulu."

Alden tidak semangat setelah kejadian kemarin, dimana Dania memutuskan hubungan dengannya tanpa sebab. Bahkan ia sering melamun dan hilang fokus saat melayani pelanggan di toko rotinya.

Kata-kata Dania masih menghantui pikirannya hingga saat ini. Alden tidak menyangka bahwa perubahan Dania sebelumnya justru mengantarkan kehancuran pada hubungannya.

"Ini kak rotinya," ujar Alden memaksakan senyum.

"Iya, lain kali jangan melamun mas!" ujar pelanggan jutek itu sebelum akhirnya berlalu pergi.

"Huft..."

Terdengar helaan nafas sangat panjang dari Alden. Ia menyadari betapa tidak fokusnya ia hari ini. Bukan hanya dengan pelanggan tadi, tapi juga pada beberapa pelanggan lainnya.

"Kamu kenapa Alden? Ibu lihat kamu kurang fokus hari ini," ujar ibunya menepuk pundak Alden lembut.

Alden terkejut dan menoleh ke arah ibunya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa, seolah kata-katanya tersekat di tenggorokannya.

"Enggak papa Bu, aku mau ambil roti dulu ke belakang." ujar Alden tersenyum dan berlalu pergi.

Ibunya menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan Alden. Tapi ia tidak bertanya lebih lanjut untuk saat ini, mengingat suasana toko yang sedang ramai.

Beberapa menit kemudian, Alden kembali dengan membawakan berbagai jenis roti dan meletakkannya di etalase. Alden berusaha fokus kali ini, mengesampingkan tentang Dania untuk sejenak.

"Mas roti coklat dua ya."

Toko roti Alden semakin ramai hari ini, membuat Alden sedikit kewalahan. Memang ia dibantu oleh ibunya, tapi pikirannya masih melayang entah kemana.

"Fokus, Alden!" batin Alden menyemangati dirinya sendiri.

"Aku pesan rotinya, Alden." ujar seseorang yang familiar membuat Alden langsung menoleh ke arahnya.

"Eh, Rani. Iya, sebentar ya?" ujar Alden masih sibuk mengemasi roti-roti milik pelanggan lain.

Rani melihat sekeliling, sangat ramai bahkan pelanggan lain harus mengantri. Ia berpikir ini adalah kesempatan emas untuk mendekati Alden, mengingat hubungan Dania dan Alden juga sedang tidak baik-baik saja saat ini bahkan sudah berakhir.

"Kamu sibuk banget ya? Boleh aku bantu?" ujar Rani dengan senyum manisnya.

"Oh, boleh. Maaf merepotkan," ujar Alden tidak enak sambil melayani pelanggan lainnya.

Rani tidak mengatakan apa-apa, ia langsung mendekat ke arah Alden dan membantunya. Ia memberikan roti-roti itu kepada pelanggan, sementara Alden meletakkannya ke dalam kantong kertas.

"Terima kasih, kak." ujar Rani dengan ramah ketika pelanggan itu membayar.

Dua jam berlalu, akhirnya toko mulai sepi membuat Alden menghela nafas lega. Ia tersenyum sedikit, walaupun masih terkesan dipaksakan.

"Rani, terima kasih ya nak udah bantuin ibu sama Alden." ujar ibu Alden diangguki singkat oleh Alden. "Iya Ran, makasih ya."

"Sama-sama Bu, sama-sama Al." balas Rani terlihat santai.

Ibu Alden hanya mengenal Rani sekilas, bertemu pun baru hari ini. Ia tidak begitu familiar dengan Rani, tapi menurutnya Rani adalah orang yang baik. Alden dan ibunya tidak tahu saja bahwa dibalik senyum Rani itu ada maksud lain yang tersembunyi.

"Kamu sendirian, Ran? Enggak sama Dania?" ujar Alden setelah ibunya kembali ke ruang belakang.

Rani tersenyum seperti biasanya, tapi hatinya terasa panas ketika Alden menyebutkan nama Dania. Baginya Dania adalah musuhnya sekarang, mengingat Dania sebelumnya berpacaran dengan Alden.

"Dania? Enggak Al, aku gak lihat dia hari ini. Bukannya biasanya dia yang bantuin kamu?" ujar Rani terlihat tidak tahu apa-apa.

"Oh, hari ini enggak atau mungkin seterusnya seperti ini," ujar Alden sambil membersihkan meja etalase dengan kain lap di tangannya.

Rani sebisanya membuat ekspresi tidak mengerti dengan perkataan Alden. Ia hanya menatap Alden dengan ekspresi bingung yang dibuat-buat.

Sementara Alden, ia tidak menyadari bahwa gadis itu sedang memulai sebuah permainan licik. Alden sendiri sebenarnya merasa tidak nyaman karena Rani yang terlalu dekat dengannya saat ini. Terlebih perasaan Alden masih campur aduk setelah momen kemarin sore.

"Maksud kamu gimana, Al? Aku gak ngerti deh." ujar Rani pada akhirnya.

"Kamu enggak tau ya? Aku kira Dania udah cerita. Soalnya kamu kan dekat banget sama Dania." ujar Alden santai, walaupun ia sebenarnya sedang berperang dengan hati dan pikirannya sendiri.

"Enggak, Dania gak cerita apa-apa. Kenapa emangnya?"

Alden menghela nafas panjang, akhirnya dengan berat hati ia menceritakan bahwa hubungannya dengan Dania sudah berakhir. Rani sebenarnya tahu itu, tapi ia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi sebenarnya di depan Alden.

Rani tidak ingin Alden curiga bahwa ini ada kaitannya dengan dirinya. Ia tahu bahwa Dania mengakhiri hubungan nya dengan Alden karena perkataannya yang sangat menusuk untuk Dania tempo hari. Ya, setidaknya begitulah yang Rani pikirkan.

"Apa? Dania mutusin kamu?" ujar Rani setelah Alden selesai bercerita.

Alden hanya mengangguk singkat tanpa kata. Lalu ia mengambil sapu dan ingin membersihkan ruangan itu.

"Aku aja yang sapu, Al."

Tiba-tiba Rani dengan sengaja menggenggam tangan Alden yang berada di gagang sapu itu, membuat Alden terkejut dan menatap tajam ke arahnya.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

Dania sedang duduk di tepi tempat tidurnya. Ia memikirkan apakah keputusannya kemarin tepat untuk dirinya dan juga Alden. Dania sendiri merasa bimbang sebenarnya, tapi ia tidak mempunyai pilihan lain selain mengakhiri hubungannya dengan Alden.

Tok... Tok... Tokk...!

Tiba-tiba saja pintu kamarnya di ketuk, membuat Dania langsung menoleh ke arah suara. Beberapa detik kemudian, terdengar suara seorang asisten memanggil dirinya.

"Permisi neng Dania, ada temannya yang ingin bertemu."

Dania beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu. Ia merasa heran, teman mana yang ingin menemui nya. Jika Rani, itu sangat tidak mungkin mengingat kejadian tempo hari.

Tapi, jika itu teman lain maka siapa? Dania sendiri tidak memiliki teman karena fisiknya yang lemah.

"Apa mungkin Alden?" batinnya.

Pintu terbuka dan Dania mendapati wanita paruh baya itu masih berdiri di depan kamarnya dengan seutas senyum.

Dania mencoba melihat ke bawah, merasa penasaran tentang siapa teman yang dimaksud oleh asistennya itu.

"Siapa, Bi?"

"Bibi juga enggak tau neng, kayaknya dia baru pertama kali ke sini. Bibi baru lihat soalnya." jelas asisten itu membuat Dania semakin bingung.

"Ya udah, terima kasih ya Bi." ujar Dania dengan senyuman lalu berjalan ke bawah menuruni anak tangga.

Setibanya di ruang tamu, Dania melihat seorang pemuda yang duduk membelakangi dirinya. Dania mengernyitkan dahi, ia yakin itu bukan Alden. Karena Alden tidak memiliki rambut ikal seperti pemuda itu.

Beberapa saat terdiam diri di sana, Dania akhirnya membelalakkan matanya, ia tahu siapa pemuda itu. Dan apa tujuannya ke rumah Dania? Sementara Dania sendiri sangat tidak menyukai kehadiran pemuda itu.

Pemuda itu menoleh dengan senyuman tampannya. Dania merasa risih dengan kehadiran tamu tak diundang itu. Ia membalikkan tubuhnya dan berniat untuk pergi.

Tapi tiba-tiba pemuda itu mengejarnya dan berhasil mencengkram pergelangan tangannya. "Dania, tunggu."

Dania yang terkejut langsung melepaskan cengkraman tangan Riza di tangannya. "Mau apa kamu ke sini? Mendingan pergi deh Riza!"

Riza tidak mengindahkan perkataan Dania, ia justru menatap Dania dalam dan tersenyum lebih lebar. "Aku cuma pengen ngobrol, sebentar aja."

"Aku gak butuh ngobrol sama kamu! Pergi!" titah Dania dengan nada yang mulai meninggi.

Bukannya pergi, Riza justru mengambil tangan Dania lembut. Membuat Dania terkejut dan menarik tangannya lagi. Tapi, Riza tidak sebodoh itu untuk melepaskan tangan Dania begitu saja. Ia menggenggam lebih erat tangan Dania, membuat Dania menatap tidak suka ke arahnya.

"Lepasin Riza!"

Dania berteriak, tapi tidak ada siapapun yang menghampiri ruangan itu. Karena kedua orang tuanya sedang berada di luar kota, sementara asisten itu kembali ke dapur yang jaraknya cukup jauh dari ruang tamu.

"Enggak, aku perlu ngomong sama kamu." ujar Riza dingin menatap Dania dengan senyuman miring. "Lagipula aku tau kok, kamu udah putus sama dia. Jadi, gak akan ada yang ganggu lagi."

Dania terkejut dengan perkataan Riza barusan. Riza mengetahuinya dari mana, sementara Dania sendiri tidak bercerita pada siapapun.

"Lepas!" pinta Dania sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Riza.

Riza akhirnya melepaskan tangannya dari tangan Dania dan menaikkan sebelah alisnya. Terlihat pergelangan tangan Dania yang merah karena ulah Riza.

"Pergi kamu Riza!"

"Oke, aku akan pergi." ujar Riza, tiba-tiba saja ia mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Dania.

"Tapi, jangan lupakan... Aku akan kembali untuk mendapatkan hati kamu. Karena kamu cuma punya aku."

Dania merasa bulu kuduknya berdiri dengan perkataan Riza yang terbilang cukup egois. Tanpa kata lagi, Riza berlalu pergi meninggalkan rumah Dania.

Dania terpaku di tempat, sejujurnya ia merasa takut dengan Riza. Terlebih perkataan yang keluar dari mulutnya terdengar sangat terobsesi bagi Dania.

"Al, maafin aku..." batinnya.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!