Hong Zhi Shi, seorang putri dari garis keturunan Klan Dewa Pengetahuan. Cantik sudah pasti, karena ia seorang Dewi yang tinggal dialam surgawi. Pintar, tak perlu ditanya lagi, secara Klannya adalah Dewa pengetahuan.
Hidup abadi, cantik, pintar, tinggal dialam surgawi yang semua serba indah dan ada, tentu menjadi anugerah diingini banyak manusia.
Tapi akibat ia menolak lamaran Dewa neraka untuk menjadikannya selir, Hong Zhi Shi dijatuhi hukuman. Ia akan menjalani hidup dialam dunia fana dalam tiga kali masa kehidupan.
Ada banyak misi yang harus ia emban, salah satunya mendapatkan cinta tulus dari seorang pria yang juga ia cintai. Karena hanya dengan itu, Hong Zhi Shi akan kembali bisa hidup dialam surgawi setelah kematiannya didunia fana.
Entah dikehidupan yang keberapa cinta itu akan ia dapatkan, pasalnya sudah enam kehidupan sudha ia jalani. Sekarang dimasa ini, adalah kehidupannya yang ketujuh.
Bagaimana kisah Hong Zhi Shi dikehidupan ketujuh ini..?
Mari ikuti kisahnya..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertahap
Jang Lei dan Jang Bing memanggul harimau menuju kekota, bersama Wang Chun dan Bai Fang yang memikul Beruang.
Sementara Mu Jiao menaiki gerobak yang mengangkut seekor rusa, empat jenis jamur berharga, serta bahan pembuatan oven dan tunggu bersama Bai tua.
Kediaman utama saudagar Tang, Duan, Adipati Chen dan tuan kota menjadi harapan mereka untuk mendapatkan koin emas.
Sementara Bolin dan Heng bertugas mengasapi rusa, babi dan sosis, sembari membantu mengemas perlengkapan berdagang nanti.
Keranjang pembungkus makanan aneka model, ukuran dan bahan. Disusun rapi dalam kotak kayu kemas besar. Begitu juga dengan botol-botol porselen dan kotak serbaguna, berisi bermacam bumbu.
Lemak hewan yang nantinya akan digunakan sebagai minyak memasak dan pelembut roti, memenuhi empat gentong besar guci tanah liat.
Yin Hua yang baru selesai membuat lilin kedelai, mengambul dua puluh lima lembar kulit rusa digudang, lalu merendamnya dengan air endapan abu pembakaran daun pinus, jerami gandum dan cemara.
Sebelum ayahnya pergi tadi, Yin Hua sudah meminta untuk dibelikan tiga gulungan kain katun polos berbeda warna dan satu gulungan berwarna hitam berpola, kapas, benang rami serta jarum besar.
Jang Bing juga diminta memesan paku dengan tiga ukuran dan dua model, karena pada zaman ini belum mengenalnya.
"Kakak Bolin, letakkan kakimu diatas ini." titah Yin Hua menaruh papan kayu setebal satu centi meter ditanah.
Bolin patuh tanpa mengeluarkan kata, menginjak bilah kayu itu dengan kedua kakinya.
Dengan pensil arang, Yin Hua menggores permukaan papan mengikuti lekuk kaki Bolin.
Setelahnya ia beralih pada Heng, kemudian secara bergiliran pada ibu, nenek dan keempat bibinya. Lalu pada Bai Qin, Mu Yue, sang adik Jang Feng dan kedua anak kakek mudanya.
"Mau diapakan..?" tanya Heng, yang melihat Yin Hua membawa gergaji benang gerigi.
"Memotong ini mengikuti pola yang aku buat." tunjuknya pada tumpukan papan.
"Aku akan membantumu."
"Aku juga..!"
Tawar Bolin dan heng.
Dengan telaten mereka memotong bilah kayu itui mengikuti pola. Setelahnya membuat guratan-guran kasar memanjang dibagian salah satu permukaan.
Sementara satu sisi dan pinggirannya yang lain dihaluskan menggunakan batu amplas.
Usai makan siang, semua kulit yang sudah elastis dan bersih tanpa jejak bau. Ditiriskan untuk selanjutnya dipotong mengikuti garis yang semula Yin Hua bubuhkan.
"Kau mau membuat apa..?" tanya Mu Yue, duduk disebelah Yi Han.
Bocah itu baru selesai membantu wanita dewasa membersihkan hasil hutan yang berada dikeranjang.
"Aku mau membuat sepatu." jawab Yin Hua.
Mu Yue manggut-manggut seolah mengerti.
Satu lembar kulit rusa bisa menjadi 5 sepatu biasa dan 3 sepatu bots hingga panjang dibawah lutut.
Tepat saat matahari tenggelam diufuk barat, semua pekerjaan telah rampung dan para lelaki juga sudah pulang kerumah.
Tepat saat makan malam, semua berkumpul kembali.
"Ini koin emas kalian yang kemarin dan ini sisa dari hasil penjualan tadi." kata Jang Lei menyerahkan lima belas koin emas yang kemarin dikumpulkan.
Penjualan tiga hewan dan jamur tadi menghasilkan 120 koin emas. Digunakan berbelanja sebanyak enam puluh lima koin.
Para orang dewasa menerima sepuluh koin emas sementar sisanya diberikan kepada Bolin dan Heng.
"Untuk modal cadangan kumpulkan saja lima koin emas pada Jang Bing. Jadi nanti kalau ada kekurangan bisa menggunakan itu." saran Jang Lei.
"Baik paman..!" semua patuh akan pengaturan Jang Lei.
Lilin kedelai dibagi rata. Kali ini ukurannya jauh lebih besar, jadi menghasilkan api yang terangnya tiga kali lipat dari lilin lebah kemarin.
Kala para lelaki berbincang ringan, para wanita memotong kain katun yang jang Bing beli lalu mengulamnya dengan berbagai motif yang timbul tenggelam dipermukaan.
Sementara Yin Hua, Bai Qin, Mu Yue, Bolin, Fei, dan Heng. Menganyam kulit jagung membentuk telapak kaki.
Kegiatan menyulam akan dilakukan selama renovasi toko, dengan sembari belajar mengasah kemampuan memasak menu yang akan dijual dan membuat roti serta aneka kue.
Sementara para lelaki akan mengurusi ladang dipagi hari, sebelum pergi kekota untuk mengurusi toko.
Masa panen akan datang kira-kira satu bulan lagi. Jadi untuk pertanian sudah tidak terlalu sibuk.
Pelan tapi pasti, setahap demi setahap, Yin Hua akan mengeluarkan semua pengetahuannya. Sebelum nanti ia akan fokus pada pengobatan, pendidikan bagi wanita atau rakyat miskin dan cintanya.
trusss semangat ya thorrr💪💪💪