Antara Luka Dan Cinta (Pernikahan Yang Terluka)

Sahila dan Arina bersorak saat Ayunda meminumnya kembali, Keduanya nampak senang melihat Ayunda tertawa sendiri seperti orang setres.

Mereka berdua sadar saat ada seorang peria yang mendekat kearah Ayunda, Laki-laki itu nampaknya berusia tiga puluh lima tahun.

Tapi Sahila dan Arina nampak membiarkan bahkan mereka berdua nampak sekongkol hendak merencanakan sesuatu untuk Ayunda.

"Yakin kamu bisa membuatnya pingsan, dalam hitungan menit?" Laki-Laki itu nampak melirik Arina dan Sahila bergantian.

"Yakin sekali lah kak, lihatlah sebentara lagi dia tidak akan sadarkan diri." Arina tersenyum puas kearah Sahila, Sahila juga demikian.

"Ini bayarkan untuk kalian, terimakasih atas kerja samanya." Laki-Laki itu tersenyum bengis. ia segera memapah pundak Ayunda yang sudah sempoyongan.

Sahila dan Arina tersenyum puas, diam-diam mereka menjual temanya pada pria asing, bahkan mereka berdua saja tidak kenal dengan Laki-laki itu.

Kemarin sore Laki-laki itu mengirim pesan lewat Internet, berhubung Arina dan Sahila teman dekat Ayunda jadi mereka memanfatkan itu, di tambah Laki-laki itu berkata sudah lama ingin mendekati Ayunda tapi Ayunda tidak pernah membalas pesannya di media sosialnya.

Arina dan Sahila terseyum puas saat mendapati temannya itu di bawa keluar oleh Laki-Laki itu. "Kamu yakin Rin, ini semu bakalan aman-aman saja, sedangkan kita tidak tahu asal usul pria itu, dan Ayunda juga hendak di bawa kemana?" Diam-diam sebenarnya Sahila merasa khawatir

"Udah sih tenang saja, ini duitnya nanti kita bagi dua, dan kalau Ayunda sudah sadar kamu jangan sampai buka mulut loh Sahila!" Arina nampak mendelik melototin Sahila.

Sahila ketar ketir mau tidak mau ia juga harus berada dalam persekongkolan ini.

Sementara itu. Ayunda di bawa kedalam mobil, di dalam mobil Ayunda sama sekali tidak sadar dirinya akan dibawa kemana, karena obat yang di berikan Sahila dan Arina sangat berpengaruh pada kesadaran Ayunda.

Mobil melaju membelah jarak, membawa Ayunda di dalam mobil yang sedang tidak sadarkan diri, bahkan Berkali-kali Ayunda bergumam meskipun matanya terpejam. "Kais. Kais sayang, kamu kok gitu sih malah ninggalin aku, kamu khianat aku! kamu tega Kais kamu tega!" Ayunda bergumam namun nadanya nampak merintih emosi.

Laki-Laki yang ada di samping Ayunda nampak masih fokus menyetir mobilnya, sementara ia menyembunyikan senyum liciknya itu dibalik gelapnya dalam mobil.

Mobil tepat sampai di sebuah Hotel, yang dimana Laki-laki itu sudah Cek-in dari dua hari yang lalu, hanya untuk bersama dengan Ayunda.

Ayunda yang nampak tidak sadar masih bisa tetap berjalan, meskipun langkahnya sempoyongan. Ia di tuntun Laki-laki itu memasuki kamar Hotel. Setibanya dikamar Hotel Ayunda ia dudukan Laki-laki Misterius itu nampak melucuti pakaian Ayunda satu persatu, bahkan sekarang Ayunda tampak memakai sehelai benang pun.

Laki-laki itu lama memandang Ayunda, bahkan ia mengambil gambar saat Ayunda tidak mengunkan busana.

"Dengan Ini! kau tidak akan bisa lepas dari ku Sayang." Laki-laki itu Tersenyum menyeringai sebelum ia menggagahi Ayunda ia lebih dulu membuat Ayunda kembali pingsan total dengan menyuntikkan obat bius total di tangan Ayunda.

Ayunda diam tak bergeming, ia sudah pingsan total, ia sama sekali tidak sadar kalau dirinya sudah polos tanpa sehelai benang pun.

"Aaaahhhh... ternyata rasanya sama saja dengan wanita-wanita bayaran di luar sana! ternyata kau sama saja murah nya." Maki Laki-laki itu, namun ia masih asik menikmati setiap inti permainan bersama Ayunda.

Saat hampir mencapai puncaknya, ia menambahkan ritme permainan nya dengan Ayunda, menumpahkan benihnya disana, ia berharap benih itu bisa tumbuh dan ia jadikan senjata untuk menjebak Ayunda.

Laki-laki itu tersenyum licik, saat sudah meniduri Ayunda. "Aku rasa kau bukanlah perawan!" tawanya sumbang. "Jadi sebenarnya ini adalah kesalahan mu sendiri karena kau yang memancing nafsu para Laki-laki!" ia tersenyum puas, karena berhasil meniduri Selebriti yang namanya sangat terkenal di Tok-Tok.

Sebelumnya Laki-laki itu pernah mengirim pesan pada Ayunda, namun Ayunda malah memaki-makinya. Tampangnya memang tidak setampan Gus Kais, wajahnya sangat sangar bahkan siapa pun yang di pandangannya tidak akan pernah bisa berkedip lama.

Laki-laki itu bernama Fardan Aditama seorang pengusaha, bahkan orang tuanya pemilik tambang batubara, hidupnya sangat tidak tertata rapih.

Bahkan orang tuanya membebaskannya berganti-gati pacar, bahkan membawa pacarannya kerumah itu tidak jadi masalah.

Mungkin bisa saja ia menaklukan hati para wanita dengan uangnya, karena jika dengan tampang ia biasa saja, memiliki kulit sawo matang rambut ikal yang setiap kali ia kuncir bahkan penampilannya sangat tidak memungkinkan jika para wanita pemandangannya banyak uang karena penampilannya nampak seperti orang kere.

Memakai Celana jeans dan Juga kaos simpel serta jaket kulit berwarna hitam menjadi teman setianya.

"Setelah kau sadar kau tidak perlu kaget, karena hidupmu akan terjamin jika bersama ku." Fardan kembali tersenyum puas.

"Sekarang kau tahu bukan! Laki-laki yang kau maki-maki jelek ini bisa menaklukan mu! bahkan aku bisa meniduri mu." Fardan menatap kearah Ayunda yang masih berbaring hanya di tutup mengunakan selimut.

Fardan duduk di Sofa sambil menghisap rokonya. Ia memandang sekali Lagi layar ponselnya membaca ulangan pesan Ayunda saat kala itu menolaknya mentah-mentah untuk diajak berkencan.

Padahal Ayunda tidak tahu kalau Fardan kaya. Karena Fardan sama sekali tidak pernah mengungah apapun di sosial medianya.

Setelah niat dan tujuannya tercapai, Fardan langsung keluar meningalkan Ayunda didalam kamar Hotel bahkan ia sama sekali tidak meningalkan identitas Apa-pun.

.

.

Pagi menjelang selepas Shalat Subuh, Zakia yang badanya sudah mulai membaik ia membantu mbak ndalem menyiapkan sarapan.

Sementara itu, sejak kejadian kemarin Zakia sama sekali tidak menegus Gus Kais, bahkan sejak pagi Gus Kais sudah pergi ke Caffe nya. ia hanya berpesan pada Umi kalau Zakia jangan sampai telat makan dan segera meminum obat.

"Gimana Nak, kamu beneran ngisi yah? kemarin Kais bilang Kamu demam." ucap Bu Nyai Salimah sambil menyiram bunga-bunga di tamannya.

Zakia tersentak ia bingung harus menjawab apa, karena semalam ia dan Gus Kais malah kembali perang dingin. "Eh-ngak tahu ia ini Umi, Kia belum cek." Zakia tersenyum getir

"Apa mau Umi antarkan ke dokter saja?" Tawar Bu Nyai Salimah, ia nampak begitu antusias dengan keadaan Zakia yang beliau fikir Zakia telah mengandung anak pertama.

"Eh-ngak usah, ngak papa Umi, nanti biar Kia minta antar sama Mas Kais saja kalu beliau sudah pulang." Jawab Zakia lembut, ia takut ibu mertuanya itu tersinggung.