NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:88.4k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27 KANTIN AKADEMI SOLERAM

Tampak Emilia berlari tunggang langgang setelah Gisela memegangi pundaknya.

Entah apa yang terjadi pada gadis itu, dia terlihat ketakutan sehingga kabur dari kelas sambil menjerit-jerit seperti orang kesurupan.

"Yeaaaaahhhh... !!!"

Suara jeritan Emilia menggema keras dari luar kelas.

Gisela tersenyum puas setelah berhasil membuat dua gadis itu pergi.

"Terimakasih...", ucap Susan.

Susan berjalan menghampiri Gisela yang memandang ke arah luar kelas.

"Bukan masalah, sudah tanggung jawab seorang teman jika melihat temannya kesusahan", kata Gisela dengan membalas tersenyum.

"Tapi aku sangat berterimakasih sekali padamu kalau tidak aku tidak tahu jadinya aku tadi, mungkin saja aku disiksa oleh mereka", kata Susan.

"Kenapa mereka begitu kuatnya sampai semua murid di akademi Soleram takut kepadanya ?" tanya Gisela.

"Sebab Yolanda merupakan puteri salah satu direktur di akademi Soleram Internasional", sahut Susan.

"Oh, begitu, ya..., aku mengerti sekarang", kata Gisela.

"Karena itulah mereka sangat berkuasa disini bahkan kepala akademi juga segan kepada Yolanda", kata Susan.

"Kalau Emilia, apakah dia juga sama saja anak dari salah satu direktur di akademi Soleram ini ?" tanya Gisela.

"Tidak, dia bukan putri seorang direktur melainkan penyumbang dana di akademi Soleram ini", kata Susan.

"Posisi Emilia justru lebih tinggi daripada posisi Yolanda tapi dia sangat tunduk pada Yolanda", kata Gisela.

"Mmm, yah, memang sebab Emilia takut dengan Yolanda meski dia putri penyumbang dana besar di akademi Soleram ini", sahut Susan.

"Takut ? Untuk apa takut kepada dia, apakah Yolanda sekuat itu daripada uang ?" kata Gisela.

"Entahlah, aku juga tidak tahu alasan apa yang menyebabkan Emilia menjadi takut pada Yolanda", kata Susan.

"Bukannya uang lebih berkuasa daripada sebuah jabatan sekarang ini, untuk apa takut pada Yolanda sedangkan Emilia lebih berkuasa karena memiliki uang", kata Gisela.

Gisela tertawa pelan tanpa habis mengerti, dengan sikap dua gadis yang dinilainya sama-sama angkuhnya serta bodoh itu.

"Mereka sangat lucu sekali...", kata Gisela lalu tersenyum simpul.

"Yah, memang mereka sangat lucu sekali, tapi seperti itulah keadaan kedua gadis itu di akademi Soleram ini", kata Susan.

"Ya...Ya... Ya..., aku mengerti sekarang", ucap Gisela dengan anggukkan kepala.

"Baiklah, kita ke kantin sekarang jika terlambat kesana, nanti kehabisan porsi makan siang di kantin", kata Susan.

"Ya, baiklah, kita pergi sekarang saja, mumpung belum terlambat", kata Gisela.

"Ayo, Gisela. Kita ke kantin !" ajak Susan.

"Ya...", sahut Gisela sembari berjalan mengikuti langkah kaki Susan yang berjalan di depannya.

"Apa benar kamu bukan murid baru disini ?" tanya Susan.

"Ya, aku bukan murid baru karena aku sudah lama menimba ilmu disini", sahut Gisela.

"Tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya karena itulah semua siswi di kelas meragukan ucapanmu tadi", kata Susan.

"Yah, aku paham itu", sahut Gisela.

Kedua gadis muda itu saling berjalan beriringan saat keluar dari kelas menuju ke arah kantin akademi.

Mereka melewati koridor panjang yang terhubung ke arah luar kelas sebab letak kantin berada di lantai bawah.

"Tap... ! Tap... ! Tap... !"

Suara langkah kaki kedua gadis muda itu menggema keras sepanjang koridor menuju lantai utama di akademi Soleram Internasional.

Gisela dan Susan menuruni anak-anak tangga yang terletak di sisi kanan gedung akademi ke lantai bawah.

"Kau tadi sangat mahir membuat lirik bahkan terdengar sempurna didengarkan", kata Susan.

"Ya, tidak juga, aku tidak terlalu pintar membuat lirik karena aku memang tidak mahir merangkai kata", sahut Gisela.

"Tapi lirik yang kau ciptakan benar-benar sangat indah memukau bahkan mampu menghipnotis seluruh siswi tadi", kata Susan.

"Kau suka dengan lirikku tadi ?" tanya Gisela.

"Ya, luar biasa indahnya", sahut Susan penuh semangat.

"Aku akan membuatkanmu lirik jika kau memang suka dengan karyaku tadi, sebenarnya aku hanya spontan saja tadi", kata Gisela.

"Justru spontanitas adalah hal yang sangat luar biasa sekali, jarang-jarang ada yang bisa mengerjakannya tanpa berpikir terlebih dahulu" kata Susan.

"Syukurlah, aku masih bisa mengerjakan tugas dari Mrs. Patricia tadi", kata Gisela lalu terkekeh.

"Ya..., jika tidak kedua gadis itu semakin berani dan membuat ulah di kelas", kata Susan seraya tertawa.

"Kau benar...", sahut Gisela.

"Dimana rumahmu, kapan-kapan aku akan main kesana", kata Susan.

Gisela spontan terkejut lalu menolehkan pandangannya ke arah Susan yang berjalan bersamanya.

"Benarkah kau akan berkunjung ke rumahku ?" tanyanya senang.

"Ya, mungkin lainkali aku akan main kesana jika kau mengijinkannya", sahut Susan.

"Mengapa tidak ? Tentu saja, aku akan senang jika kamu mau singgah sebentar ke rumah...", kata Gisela.

"Benarkah, baiklah, aku akan memberitahukan kepadamu kalau aku punya waktu maka aku akan mengatakannya padamu kapan aku bisa main ke rumahmu", ucap Susan.

"Ya, baiklah, terserah padamu saja", kata Gisela.

Dua gadis muda itu berjalan masuk ke ruangan kantin, mendekati meja kantin yang tersedia berbagai makanan di dalam etalase.

Susan mengambil senampan alumunium dari atas meja kantin, diraihnya piring makan untuk diisi makanan.

"Semoga kau suka dengan menu makan siang disini, memang tidak terlalu enak buat dimakan dibandingkan makanan siap saji", kata Susan sembari menaruh sejumlah makanan ke atas piring sajinya.

"Aku suka makanan di kantin selain gratis juga lumayan enak daripada membawa makan siang dari rumah", ucap Gisela.

"Coba sosis keju ini, rasanya sangat lezat dan hanya hari tertentu saja, menu makanan ini ada", kata Susan.

Susan meletakkan sosis keju ke atas piring saji milik Gisela.

"Kita duduk dimeja dekat jendela karena pemandangannya sangat bagus dibandingkan ditengah-tengah ruangan kantin", kata Susan.

"Boleh, jika kau suka duduk disana", kata Gisela seraya menganggukkan kepalanya.

Gisela dan Susan berjalan beriringan menuju meja makan yang ada di dekat jendela.

Tiba-tiba langkah keduanya dihadang oleh tiga orang gadis yang tadi ditemui oleh Gisela diruangan piano.

"Hai, kau berhenti !" teriak Valeria sembari berkacak pinggang.

Tiga gadis muda itu langsung menghentikan laju langkah kaki Gisela bersama Susan.

"Kau dengar tidak ucapanku ini ???" kata Valeria sembari mendorong dada Gisela.

Nyaris saja menu makan siang milik Gisela tumpah akibat dorongan kasar dari Valeria.

"Ups... ! Hampir saja dia kehilangan kesempatan makan siangnya... !" sindir Valeria seraya tertawa keras.

Dua gadis yang bersama Valeria ikut tertawa saat mereka melihat ekspresi Gisela yang hanya terdiam saja tanpa melawan.

"Rupanya dia sangat kikuk, hampir-hampir dia tidak dapat berkata apa-apa, apalagi mencoba melawan kita", sindir Selena yang tidak jera-jeranya mengganggu Gisela.

"Ya, jelas saja dia ketakutan, tampangnya saja yang cantik tapi dia tidak bisa apa-apa apalagi bernyali", kata gadis berlesung pipit itu ikut buka suara.

"Hai, anak baru, berani sekali kau mempermainkan kami tadi, masih saja memperlihatkan muka kepada kami disini", hardik Valeria.

Valeria berdiri sambil berkacak pinggang dengan tersenyum mengejek kepada Gisela.

"Usir saja dia dari sini ! Biar dia kapok tidak bisa lagi mengikuti pelajaran di akademi Soleram ini, Valeria !" kata Selena.

"Memangnya siapa dia berani-beraninya melawan kita disini", sambung gadis berlesung pipit menjawab.

"Ya, benar juga, lebih baik menyingkirkan sampah tak berguna daripada menyebabkan bau busuk disini", kata Valeria.

Valeria melirik tajam ke arah Gisela yang hanya diam sembari menudukkan kepalanya.

"Hai, murid baru, dengar tidak yang kukatakan ini ! Pergi sana !" teriak Valeria yang berusaha mendorong tubuh Gisela.

Tanpa banyak bicara, akhirnya Gisela melawan, diarahkannya nampan berisi makan siangnya ke arah dada Valeria dengan menekan kuat.

Sontak saja hal itu menyebabkan Valeria diam tak berkutik karena tekanan nampan pada dadanya.

"Aduh, sakit !" pekik Valeria saat tubuhnya terdorong keras oleh nampan yang dibawa Gisela.

Valeria terjatuh ke lantai kantin sambil mengadu kesakitan karena pantatnya terhempas keras.

"BRUK... !"

Dua teman Valeria langsung mencoba menghajar Gisela, dengan sigapnya Gisela melawan mereka.

Ditangkisnya serangan milik Selena serta gadis berlesung pipit secara spontan ketika mereka hendak menyakiti Gisela, dengan menggunakan nampan alumunium kantin yang dipegangnya.

Sama halnya yang terjadi pada Valeria, dua gadis muda itu sama-sama terhempas kasar ke atas lantai kantin akademi yang licin. Dan mereka jatuh tergeletak di atas lantai secara bergantian seraya mengadu kesakitan.

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!