Kata orang, beda antara cinta dan benci itu sangat tipis. Kita bisa begitu mencintai dan sangat mudah berubah menjadi benci, begitu pula sebaliknya.
Begitupun kisah Cinta Arjuna, dimana benci mengalahkan logika. Namun, berubah menjadi cinta yang tidak terkira dan sangat pas rasanya disebut budak Cinta.
Zealia Cinta yang harus menderita dengan mengorbankan hidupnya menikah dengan Gavin Mahendra agar perusahaan yang dirintis oleh Omar Hasan (ayahnya) tetap stabil. Hidupnya semakin kacau saat dia menggugat cerai Gavin dan menjadi kandidat pengganti CEO di perusahaan tempatnya bekerja.
Arjuna Kamil, putra pemilik perusahaan menuduh Zea ada main dengan Papanya. Berusaha mendekati Zea untuk membuktikan dugaannya.
Siapa dan bagaimana rasa benci dan cinta mereka akhirnya berbalik arah? Simak terus kelanjutan kisah Zea, Arjuna dan Gavin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trending Topic
Arjuna dan Zea saling tatap mendengar perintah Leo, lalu mengekor langkah pria yang saat ini posisinya sebagai orang yang dipercaya oleh Abraham. Saat berada di lift, ketiganya tidak ada yang bicara meskipun hanya mereka yang ada di lift.
“Duduk!” titah Leo saat sudah berada di ruang kerjanya.
Zea dan Arjuna duduk bersisian tepat di depan meja Leo. Sedangkan pemilik meja sedang mengarahkan sekretarisnya melalui pesawat telepon.
“Ibu Zea,” panggil Leo ketika pria itu sudah meletakkan gagang telepon.
“Iya, Pak.”
Leo menghela nafasnya sebelum mulai bicara.
“Pagi ini ada beberapa pemberitaan mengenai Ibu Zea. Sebenarnya bukan tentang anda saja tapi juga Pak Gavin,” tutur Leo.
Zea yang masih belum jelas tentang pemberitaan yang dimaksud karena dia sendiri belum membuka ponselnya.
“Pemberitaan apa ya pak? Saya belum tahu,” jawab Zea.
“Tentang perceraian Ibu Zea,” ujar Leo lagi.
Zea tidak mengerti apa maksud dari masalahnya sampai diberitakan, dia memang bukan siapa-siapa tapi berita ini karena suaminya adalah Gavin Mahendra putra dari keluarga Mahendra yang dikenal dengan bisnis propertinya.
“Sebenarnya ini bukan ranah saya mengurusi urusan pribadi karyawan tapi karena sudah ada pernyataan mengkaitkan hal ini dengan Pak Abraham, maka ada hal yang perlu diklarifikasi. Apalagi hal ini juga sudah jadi bahan perbincangan hampir di tiap grup diskusi perusahaan.”
“Kembalikan ponselku,” titah Zea pada Arjuna, dia ingin melihat sendiri berita yang dimaksud. Ajurna bergeming, malah menunjuk Leo dengan dagunya agar Zea kembali fokus dengan arahan Leo.
“Maaf Pak, saya belum membaca berita tersebut.”
“Dikatakan kalau hubungan Ibu Zea dengan Pak Abraham sebagai penyebab perceraian,” ungkap Leo.
“Apa?”
Terdengar dering ponsel milik Leo, pembicaraan mereka pun terhenti karena Leo menerima panggilan dari Abraham. Arjuna dan Zea terdiam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Kalau Zea memikirkan kenapa bisa Pak Abraham dilibatkan di hubungan dirinya dan Gavin. Sedangkan Arjuna berfikir siapa yang meng-up berita tersebut.
“Bukan hanya itu saja persoalannya, kalian … ada apa dengan kalian?” tanya Leo.
“Maksudnya bagaimana Pak?” tanya Arjuna.
Dea hanya menunduk mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Leo, karena dia dan Arjuna sering terlihat bersama sehingga dapat kesimpulan ada hubungan antara mereka.
“Ada apa dengan kalian? Kenapa selalu terlihat bersama-sama, bukankah sudah jelas kalau peraturan perusahaan tidak boleh ada sesama karyawan yang memiliki hubungan dan kamu tahu kalau Ibu Zea sudah menikah.”
“Sedang proses cerai,” sahut Arjuna.
“Maaf pak, tapi saya tidak ada hubungan dengan Arjuna,” ujar Zea tentu saja membuat Arjuna menoleh dan menatap kesal dengan jawaban Zea.
“Sepertinya Juna tidak menganggap demikian. Terserah kalian ada hubungan apa, yang jelas jangan buat suasana makin menjadi panas. Ibu Zea dalam pemberitaan dan kamu Juna jangan buat masalah semakin rumit,” tutur Leo.
Arjuna hanya berdecak mendengar nasihat Leo.
“Kamu ini kenapa tidak sopan, Pak Leo itu pimpinan kita,” ujar Zea lirih saat mereka sudah keluar dari ruang kerja Leo.
“Lalu kamu sendiri kenapa mengatakan kita ada hubungan?” tanya Arjuna.
“Karena kita memang tidak ada hubungan. Aku bilang tunggu sampai perceraianku selesai dan ….”
“Kita menikah,” sela Arjuna.
...***...
Zea saat ini sudah berada di ruang kerjanya, membaca grup chat yang dimaksud Leo. Benar saja, dia menjadi bahan pergunjingan. Termasuk di pantry, dijadikan tempat bergosip tentang Zea.
“Bener ‘kan, nggak mungkin Ibu Zea nggak ada hubungan apapun dengan Pak Abraham dan tidak mungkin tiba-tiba dia menjadi kandidat CEO. Pasti ada sesuatu diantara mereka,” ujar Nola. “Bahkan sampai bercerai, padahal suaminya itu Gavin Mahendra. Siapa yang nggak kenal Gavin Mahendra, udah ganteng dia pengusaha pula. Menurut gue, ada masalah dengan Ibu Zea.”
“Masalah gimana?” tanya Nia sambil mengaduk kopinya.
Ucup yang ada di sana hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengarkan kedua wanita yang sedang bergosip. Begitupun dengan Arjuna, yang terlihat tidak menyukai kalau wanita yang dicintainya dibicarakan bahkan apa yang dibicarakan sebagian tidak benar.
“Masalah kejiwaan mungkin. Masa iya dia lebih memilih Pak Abraham yang jelas udah tua, sebentar lagi juga mampus.”
Arjuna menoleh saat Nola mengatakan sesuatu tentang Papinya.
“Nola, tidak boleh bicara begitu.”
“Kenyataannya memang begitu.”
“Kalau kalian ada di posisi Ibu Zea, apa yang akan kalian lakukan?” tanya Arjuna.
“Eh, Mas Juna. Kalau saya sih lebih memilih Mas Juna aja,” sahut Nola dengan nada manja.
“Kalau ternyata suami Ibu Zea tidak sehebat yang kalian kira dan ibu Zea tidak ada hubungan dengan Pak Abraham, bagaimana?”
“Aku tidak tahu, tapi aneh juga kenapa beritanya seperti itu,” seru Nia.
“Tidak ada asap kalau tidak ada api,” ujar Nola. “Apinya adalah Ibu Zea memang ada affair dengan Pak Abraham.”
Zea berdiri di balik pintu pantry, dia hendak meminta bantuan Ucup atau Arjuna tetapi urung karena mendengar dirinya menjadi bahan perbincangan. Masalah perceraiannya sudah menjadi trending topic di kantor.
kpn kira2 zea bisa bahagia thor...
angel wes..angel..
piye jun....
bersambung....