🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Dibawah sana, Airin yang menyaksikan kedua lelaki tampan itu tampak senang dan bahagia melihat kedua laki-laki itu sangat histeris dan ketakutan. Tak lupa juga Airin mengabadikan momen saat Gara dan Leon di berada di atas wahana tersebut dengan cara merekamnya menggunakan ponsel miliknya.
***
"Aaaaaa sudah.. Sudahh stop.. Saya benar-benar tidak kuat lagi," teriak Gara dari atas ketinggian.
"Aaaaaaa mama tolongin Leon.. Mama tolooonngggg," pekik Leon tak kalah histerisnya dari Gara dan pengunjung lainnya.
"Hahaha.. Lucu sekali mereka itu," ucap Airin tertawa lepas.
Beberapa saat kemudian setelah permainannya berhenti, Gara dan Leon segera turun dari wahana tersebut dengan sempoyongan menghampiri Airin yang masih mengabadikan mereka berdua dengan ponsel miliknya.
Hueeekk.. Hueekk.
"Haha tuan kau kau kenapa?" tanya Airin sambil tertawa renyah.
"Aku.. Aku pusing sekali Airin, perutku rasanya mual dan mau muntah.. Hueeekk.. Hueeekk," ucap Gara sambil berusaha menguarkan isi perutnya.
"Haha.. Kau? Kau juga pusing?" tanya Airin kepada Leon.
"Bukan hanya pusing, kepala ku ini rasanya mau copot," jawab Leon memegangi kepalanya.
"Haha.. Aku senang sekali melihat kalian berdua seperti ini.. Apa kalian mau main wahana lainnya? Aku dengan senang hati untuk menunggu di bawah sini," tawar Airin menatap Gara dan Leon bergantian.
"Tidak.. Tidak.. Makasih," jawab Gara dan Leon bersamaan.
"Haha.. Baiklah, kalau begitu ayo kita beli kue ape nya," ajak Airin meninggalkan Gara dan Leon yang masih pusing akibat wahana yang mereka naiki.
Sesampainya di rumah, Gara dan Leon langsung menghempaskan tubuhnya di sofa besar yang ada di ruang keluarha rumah Airin.
Mereka berdua benar-benar tepar dan kelelahan.
Airin hanya bisa tersenyu geli melihat Gara dan Leon tidur berdampingan seperti suami istri.
"Haha lucu sekali mereka," ujar Airin lalu berlalu ke kamarnya untuk mengambil selimut buat Gara dan Leon.
Keesokan paginya, Airin yang telah bangun terlebih dahulu memilih menyiapkan sarapan pagi karena Gara dan juga Leon menginap di rumahnya.
Saat Airin sedang asyik mengupas bawang, tiba-tiba ia kaget saat mendengar teriakan dari ruang keluarga rumahnya.
"Ada apa itu," ucap Airin langsung berlari menuju ruang keluarganya.
"Hey kau kenapa berteriak seperti itu?" tanya Airin penasaran kepada Gara dan juga Leon.
"Dia, kenapa dia bisa tidur memelukku? Bukannya tadi aku tidur memelukmu Airin. Tapi kenapa? Kenapa kau berubah menjadi Leon saat aku akan mencium mu?" ucap Gara keceplosan.
Airin yang mendengar ucapan Gara langsung kaget berkacak pinggang dan menatap Gara dengan tatapan mematikannya.
Begitu juga dengan Leon, dia langsung menutup mulutnya menahan tawa karena tau apa yang akan terjadi selanjutnya antara Gara dan juga Airin.
"Kauuuuu.. Berani-beraninya kau berkhayal yang tidak-tidak tentangku," ucap Airin dengan mata yang berapi-api menatap Gara dan dada yang kembang kempis menahan emosinya.
"Sial, keceplosan lagi," gumam Gara menutup mulutnya menggunakan tangan.
"Hmmmmm itu, maksudku bukan begitu.. Tapi.. Tapi aku...," jawab Gara gugup.
"Dasar kau mesum. Awas ya kau, sekali lagi kau berani membayangkan yang tidak-tidak tentangku, akan aku pastikan kau tak akan bertemu dengan anakmu seumur hidupmu," ancam Airin kemudian meninggalkan Gara dan juga Leon yang masih mematung di tempatnya.
"Haha.. Kasian sekali kau Gara. Untung saja Airin tidak menyuruhmu melakukan hal-hal yang aneh lagi," ejek Leon meninggalkan Gara ke kamar mandi.
"Sialan kau," balas Gara kesal.
Setengah jam kemudian, Gara, Airin dan juga Leon kini sedang menikmati sarapan pagi yang dibuat oleh Airin sendiri.
"Waw sepertinya ini enak sekali," jawab Gara yang sedari tadi tidak di acuhkan oleh Airin.
Ia berusaha mencari muka agar Airin mau bicara dan memaafkannya kembali.
Namun semua usahanya sia-sia, Airin masih saja tak menghiraukan dirinya dan semua ucapannya.
"Airin kau masih marah padaku?" tanya Gara berkali- kali saat di meja makan. Namun Airin hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun.
"Tuan Leon, apa kau mau kopi? Aku bisa membuatkannya untukmu," tawar Airin seketika membuat mata Gara terbelalak menatap Leon.
Leon yang sadar akan tatapan Gara bukannya malah takut, bahkan ia sengaja mengiyakan agar Gara semakin cemburu.
"Aaammmmm kopi?" tanya Leon menatap Gara sekilas, kemudian menatap Airin dengan senyuman manisnya.
"Ya, apa kau mau kopi?" tanya Airin sekali lagi.
"Tentu saja aku mau. Siapa yang akan menolak jika di buatkan kopi oleh bumil secantik dirimu," jawab Leon membuat Gara terbakar dan kepanasan.
Bagaimana tidak, ia saja sang pemilik benih tidak pernah mendapatkan perlakuan dari Airin seperti ini.
"Ya sudah, kalau begitu tunggu sebentar, aku akan membuatkan kopi untukmu," jawab Airin lalu pergi ke dapur untuk membuatkan secangkir kopi buat Leon.
"Leooonnn.. Berani-beraninya kau memanas-manasiku seperti itu ha?" ucap Gara dengan sangat kesal.
"Haha siapa yang memanas-manasimu Gara? Aku hanya mengatakan apa adanya. Pertama, aku tak mungkin menolak kopi buatan Airin. Kedua, Airin memang bumil yang cantik. Apa aku salah Gara Emanuel?" jawab Leon tersenyum penuh kemenangan.
"Sialan kau," ucap Gara yang akan mencekik Leon, namun seketika niatnya terhenti karena kedatangan Airin.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Airin yang datang dengan secangkir kopi.
"Ah tidak, aku hanya merapikan kerah baju Leon. Iya kan Leon," tanya Gara mengedipkan matanya kepada Leon.
"Aaaaa entahlah.. Aku tidak tau, kurasa dia akan mencekik ku jika kau tak datang," jawab Leon membuat Gara kesal.
"Leon, apa-apaan kau, siapa yang akan mencekik mu?" jawab Gara kesal.
Leon sama sekali tidak menjawab, dia hanya menaikkan kedua bahunya sambil menyeruput kopi buatan Airin.
"Kopi buatan mu enak sekali Airin," puji Leon yang sengaja memanas-manasi Gara.
"Makasih tuan Leon. Oh ya, apa kau akan ke kantor hari ini?" tanya Airin lembut.
"Ya tentu. Kenapa?" tanya Leon menatap Gara dan Airin bergantian.
"Jika kau tak suka sarapan terlalu pagi, aku akan membekalkan mu nasi goreng yang baru saja aku buat. Apa kau mau?" tawar Airin yang membuat Gara benar-benar cemburu.
"Airin, aku juga mau nasi goreng buatan mu. Apa kau juga akan membekalkannya untukku?" tanya Gara yang sudah terbakar cemburu dari tadi.
"Memang kau siapa? Kenapa aku harus memberikanmu bekal juga?" tanya Airin membuat Leon menahan tawanya.
'Astaga, begitu lucu sekali pasangan ini. Aku rasa mereka sudah saling mencintai, hanya saja belum waktunya untuk mereka bersama. Entah apa yang akan terjadi jika mereka benar-benar bersatu nantinya,' batin Leon melihat kelakuan Airin dan juga Gara.
"Aku ini ayah dari anak-anakmu Airin. Apa kau lupa? Sedangkan Leon? Buat apa kau membernya kopi dan juga bekal buat di kantor? Siapa dia? Dia tak ada hubungannya denganmu," ucap Gara yang benar-benar cemburu.
"Hmmmm siapa ya.. Mungkin aku akan menjadikannya suamiku suatu hari nanti," jawab Airin enteng sembari memasukkan nasi goreng ke dalam kotak bekal yang baru saja ia ambil.
"Airiiinnn," rengek Gara membuat Airin geli.