Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mia Hilang
"Pa, kayaknya es kelapa muda sama udang goreng kremes tadi enak ya?" sindir mama, sambil menunjuk deretan pedagang makanan di pinggir pantai.
"Siap, tuan putri." jawab papa menggoda.
"Cieehh.... Cieehh....., gak ingat apa klo dah punya nak gadis." ucapku sambil melangkah menuju gazebo, yang sudah disewa mama terlebih dahulu.
"Iya nih, papa lupa kayaknya kalau anaknya dah gedhe. Gayanya macam ABG aja." celetuk mama, yang sudah ditinggal jauh oleh papa, menuju penjual camilan yang diinginkan.
****
"Kenyang, ma. Ayo Mia kita main pasir sama air laut." ucapku.
"Sana, pa. Sekali-sekali temenin mereka. Pegang tangannya yang erat, soalnya ombak bisa datang kapan aja. Kalian juga jangan jauh-jauh dari papa. Main airnya jangan terlalu dekat ke tengah, di pinggir aja." nasehat mama seperti rel kereta api.
"Iya, maaaa....." jawab kami bersama.
"Mama gak ikut main air? Ayok, biar papa gendong sambil lari-larian main air. Kayak di film india kesukaan mama, tapi gak usah pake nyanyi. Papa gak bisa, bersin aja fals." gurau papa yang membuat kami semua tertawa.
"Papa niy, dari tadi godain mama aja. Ayo dong pa, cepetan." sahut Mia, diiringi gelengan kepala mama dan lambaian tangan tanda tak mau ikutan.
"Yadah, tuan putri jaga istana aja. Sambil jagain barang-barang kerajaan." lanjut papa menggoda.
"Sendiko dawuh, kanjeng pangeran." balas mama, dengan menelungkupkan tangan di depan dada.
"Mama bisa aja. Yuk, Pa. Daa... Mama!" ucapku sambil menarik tangan kanan papa, dan Mia mengikuti menarik tangan kirinya ke arah dekat laut.
Kami berlari di tepi laut, bermain pasir dan air. Aku mencoba mengabadikan kebersamaan, dengan menyimpan beberapa gambar dengan kamera hp yang ku bawa.
Saat sedang asik bercanda, tiba-tiba datang ombak besar dari arah laut. Kami segera menepi. Berpegangan pada apapun, untuk terhindar dari seretannya.
"Miaa.... Pa, Mia mana?" tanyaku pada papa yang sedang membersihkan pasir yang mungkin masuk ke matanya.
"Mia? Lho, tadi papa sudah pegang dia erat. Sampai ombak itu hilang, dan kami ke tepi, baru papa melepasnya sebentar untuk mengucek mata." ucap papa sambil terlihat cemas, mencari ke kanan dan ke kiri.
"Miaaa, Miaaa...." sahut mama yang berlari mendekat.
Mia hilang, entah kemana. Para pengunjung lain yang mendengar teriakan kami, segera mendekat dan menanyakan apa yang terjadi.
"Mia, Mia anak saya hilang pak." jawab mama sambil menangis, mencari ke segala arah.
"Baiklah, ayo kita cari bersama." ucap para pengunjung lainnya.
"Miaaaa..... Miaaaa......" teriakku.
"Mia, kamu di mana nak?" teriak papa.
"Ya Allah, hamba mohon pertolonganmu. Selamatkan anakku. Ya Allah, hanya kepadamu hamba berlindung dan meminta pertolongan." doa mama bersamaan tangisan, dengan tangan menengadah ke atas, dan lutut menyentuh pasir pantai.
"Miaaa..... Miaaaa...." para pengunjung ikut berteriak, mencari tanda-tanda keberadaan Mia.
"Miaa..... Maafin kakak. Maaf kakak sudah mengajakmu ke sini. Maafkan kakak, Miaaaa. Ya Allah, tolong kembalikan Mia adikku. Hamba sangat menyayanginya." teriakku yang ikut menangis, menyesal atas ajakanku singgah ke sini.
"Maafkan, papa. Papa tidak becus menjagamu. Papa sudah berusaha menarik tanganmu, tapi kenapa bisa terlepas. Padahal papa sudah menarikmu ke tempat yang aman. Ma, Key, maafkan papa. Maafkan papaaa."
"Sudah, pak. Tidak ada yang bisa disalahkan. Mari kita cari bersama, dan memohon pertolongan dari Sang Pencipta. Bapak ke arah sana, saya akan menyisir ke sebelah sana." ucap salah satu penjaga pantai, yang mencoba menenangkan kami.