Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu yang memabukkan
______________________________________
🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️
Pukul 07:00, Maldives.
Mentari pagi menyapa lembut pulau eksotis ini, membangunkan Soojin dari tidurnya. Udara yang sejuk berpadu dengan deburan ombak yang tenang, menciptakan harmoni alam yang memanjakan telinga. Suara ombak pagi ini terdengar begitu lembut, seolah berbisik menyampaikan salam kedamaian.
Tok... tok...
Ketukan lembut di pintu memecah lamunan Soojin, menghentikan sejenak kontemplasinya tentang keindahan pagi ini.
Cekrek...
Pintu terbuka perlahan, menampakkan sosok Hanuel yang berdiri anggun di ambang pintu. Di tangannya, ia membawa dua piring berisi hidangan ringan yang menggugah selera, serta secangkir kopi yang mengepul harum dan segelas susu cokelat hangat yang uapnya menari-nari di udara, mengundang untuk segera dinikmati.
"Eh... Nona sudah bangun?" sapa Hanuel dengan senyum ramah yang menghiasi wajahnya.
"Iya. Ini untuk sarapan Hyunwoo, kan?" tanya Soojin, nadanya masih terdengar sedikit sungkan, berusaha menjaga jarak meskipun ia merasa nyaman dengan kehadiran Hanuel.
"Betul, Nona. Dan juga untuk Anda," jawab Hanuel dengan sopan. Ia mengulurkan nampan itu kepada Soojin, gerakannya anggun dan penuh kehati-hatian.
"Terima kasih. Tolong tutupkan pintunya, ya? Tanganku sedang penuh," ujar Soojin lembut, senyumnya merekah saat mengucapkan permintaan itu. Tangannya memang penuh karena harus menahan nampan yang berisi hidangan lezat itu.
Hanuel menunduk hormat, menunjukkan rasa baktinya. "Baik, Nona," jawabnya singkat, lalu berbalik pergi sambil menutup pintu dengan lembut, menjaga ketenangan pagi yang damai.
Hyunwoo, yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara istrinya dan Hanuel, merasa sedikit terusik melihat keakraban yang terjalin di antara mereka. Sebuah perasaan aneh menggelayuti hatinya, membuatnya merasa tidak nyaman.
"Sayang," panggil Hyunwoo, nadanya sedikit merajuk, menunjukkan ketidakpuasannya.
"Ya?" Soojin menoleh, lalu meletakkan nampan yang dipegangnya di atas meja kecil di dekat tempat tidur. "Kenapa wajahmu pagi-pagi sudah berkerut begitu?" tanya Soojin lembut, ia mendekati suaminya dan mengusap keningnya dengan sayang, berusaha menghilangkan kerutan yang mengganggu itu.
Hyunwoo mendekat, lalu memeluk Soojin dengan manja, menyandarkan kepalanya di bahu istrinya.
"Sayang," ucap Hyunwoo lirih, nadanya terdengar seperti anak kecil yang merajuk. "Aku cemburu," lanjutnya sambil mengeratkan pelukannya, seolah takut kehilangan Soojin.
"Apa? Cemburu? Sama Hanuel? Kamu baik-baik saja, Hyunwoo?" tanya Soojin khawatir, ia menyentuh kening Hyunwoo, memeriksa apakah suaminya demam.
Ucapan itu justru membuat kening Hyunwoo semakin berkerut. Ia mengubah posisinya, kini Soojin berada di bawahnya, terbaring di tempat tidur. Tanpa peringatan, Hyunwoo menyambar bibir lembut Soojin, memberikan ciuman hangat yang penuh dengan tuntutan dan kerinduan.
"Emmmhhhhh..." Soojin mencoba melepaskan diri, namun Hyunwoo justru semakin memperdalam ciumannya, membuatnya kehilangan kendali.
Ciuman itu akhirnya terlepas, meninggalkan Soojin yang terengah-engah dan kebingungan.
"Hyunwoo!" rengek Soojin kesal, ia merasa jengkel karena Hyunwoo tiba-tiba menciumnya dan membuatnya tidak bisa bernapas.
"Bukan Hyunwoo, tapi Sayang," ujar Hyunwoo lembut, namun tegas. Ia tidak memperdulikan protes istrinya. "Panggil Sayang, bukan Hyunwoo," ucap Hyunwoo lagi dengan penuh penekanan, matanya menatap Soojin dengan intens.
"Sayang," ujar Soojin gugup, pipinya merona merah karena malu dan gugup.
Hyunwoo tersenyum simpul, puas mendengar Soojin memanggilnya dengan sebutan itu. Ia lalu mengecup lembut bibir istrinya, memberikan ciuman yang lebih lembut dan penuh kasih sayang. Ciuman lembut itu kemudian menjalar turun hingga ke leher jenjang Soojin, membuat Soojin merinding dan mendesah lirih.
"Ahhhh..."
Hyunwoo menghentikan aksinya, mengangkat kepalanya dan menatap Soojin dengan serius. "Sayang, cemburu itu tidak pernah memandang kepada siapa pun. Jika aku bilang aku cemburu, berarti aku cemburu, tidak peduli pada siapa," ucap Hyunwoo tegas, nadanya tidak terbantahkan. "Mengerti?"
"Hemm," Soojin mengangguk mengerti, namun matanya memancarkan keraguan. Hyunwoo tidak memberinya waktu untuk berpikir, ia kembali melanjutkan aksinya dengan lebih intens. Ia menciumi leher istrinya dengan penuh gairah, sesekali memberikan gigitan kecil yang menggoda hingga meninggalkan jejak merah yang membara, menandai bahwa Soojin adalah miliknya. Tangan Hyunwoo yang nakal dengan lincah melepaskan kaitan bra Soojin, membebaskan aset berharganya dari kurungan kain. Dengan gerakan cepat, ia meloloskan dress putih yang dikenakan Soojin, membiarkannya tergeletak begitu saja di lantai, seolah tidak ada yang lebih penting daripada hasrat yang membara di antara mereka.
"Aaahhh, sayang, aku kan baru selesai mandi," rengek Soojin protes, namun suaranya terdengar lebih seperti desahan daripada penolakan. Ia tahu, percuma saja menolak Hyunwoo saat ini, karena suaminya sudah kehilangan kendali.
"Nanti tinggal mandi lagi," ujar Hyunwoo singkat, napasnya memburu karena gairah yang membara. Tanpa menunggu jawaban, ia langsung melahap dua "benda kenyal" di depannya dengan rakus, seolah tidak ada hari esok. Tangan Hyunwoo juga tidak mau kalah, tangan itu menelusup ke dalam area terlarang Soojin, mencari dan memainkan benda kecil di tengahnya, memberikan sentuhan yang membuat Soojin kehilangan akal sehat.
"Akhhhh.... sayang, jangan gitu, aku nggak kuat," racau Soojin, tubuhnya bergetar hebat di bawah kungkungan Hyunwoo. Ia merasa seperti berada di ambang batas, antara kenikmatan dan siksaan.
"Kalau nggak tahan, lepaskan saja, Sayang. Teriak dan mendesahlah sesuka hatimu, jangan ditahan," jawab Hyunwoo penuh godaan, suaranya serak dan penuh dengan janji kenikmatan yang tak terhingga. Ia ingin mendengar Soojin menyerah pada hasratnya, mengakui bahwa ia tidak bisa menolak Hyunwoo.
"Emhhh..... nggak mau," Soojin menggelengkan kepalanya dengan keras, berusaha menolak godaan Hyunwoo. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, berusaha sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan suara haram itu, namun usahanya sia-sia. Tubuhnya semakin bergetar hebat, dan ia merasa seperti akan meledak kapan saja.
"Percaya lah, sebentar lagi tangan itu juga akan terlepas dengan sendirinya," ujar Hyunwoo sambil mengedipkan sebelah matanya, memberikan senyuman licik yang membuat Soojin semakin merinding. Ia tahu, Soojin tidak akan bisa bertahan lama, dan ia akan segera menyerah pada hasratnya.
Ciuman Hyunwoo perlahan turun, menyusuri setiap lekuk tubuh Soojin hingga berhenti di Pusat kehangatan. Dengan lembut, ia membuka gerbang itu dan membenamkan wajahnya di sana, memberikan penghormatan yang penuh dengan gairah dan kerinduan.
Slurup... Slurup...
Suara kecupan lembut mulai terdengar saat Hyunwoo mulai "bermain" di sana, memberikan sentuhan yang membuat Soojin kehilangan kendali.
"Akhhhhhh..... Sayang," racau Soojin, tangannya tanpa sadar beralih ke kepala Hyunwoo, membelai rambutnya dengan lembut.
"Akkkhhhhh.... Sayang, stop, rasanya ada sesuatu yang keluar, menembus batas," ujar Soojin tidak karuan, tubuhnya bergetar hebat karena sensasi yang luar biasa.
"Aku paham, Sayang," Hyunwoo mengerti apa yang dirasakan istrinya. Ia beralih kembali ke dua benda kenyal di atas, menghisapnya dengan lembut seperti bayi yang sedang menyusu, memberikan sentuhan yang menenangkan sekaligus menggoda. Tangannya juga kembali bermain di bawah, kali ini ia memasukkan jarinya dengan lembut, memberikan tekanan yang tepat di tempat yang paling sensitif.
"Akhhh, Sayang, jangan," Soojin mencoba menolak, namun suaranya terdengar lebih seperti desahan pasrah. Gerakan Hyunwoo terlalu lembut dan memabukkan, membuatnya kehilangan semua pertahanan. Hyunwoo tahu, istrinya sudah hampir mencapai puncaknya.
Cup... Cup...
Sentuhan Hyunwoo semakin intens, jarinya menari dengan lincah di pusat kenikmatan Soojin, memberikan sentuhan yang semakin memukau.
"Sayang, aku nggak... aku bener-bener... akhhhh, ini seperti ada sesuatu yang mau meledak keluar," ucap Soojin meracau, suaranya semakin tidak jelas karena kenikmatan yang luar biasa.
"Ya, Sayang, ayo keluarkan," bisik Hyunwoo lembut, ia semakin mempercepat gerakannya, membantu istrinya untuk sampai ke puncak lebih dulu.
"Akkhhhhh," jeritan panjang itu sangat menggoda, menandakan bahwa Soojin akhirnya meledak dalam kenikmatan yang tak terhingga. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya lemas dan bergetar hebat. Soojin telah mengeluarkan semua nya, dan kini ia merasa lega dan puas.
Beberapa menit kemudian, Hyunwoo dengan lembut mengangkat tubuh Soojin yang lemas menuju kamar mandi.
"Saatnya giliranku," ujar Hyunwoo dengan nada menggoda, matanya berbinar penuh gairah. "Kita mandi sambil bersih-bersih, biar sekalian," lanjutnya sambil tersenyum nakal. Ia menurunkan Soojin dengan hati-hati di atas bathtub, lalu ikut masuk ke dalamnya, Hyunwoo mulai kembali memainkan tubuh istrinya, memberikan sentuhan-sentuhan lembut yang membangkitkan gairah. Soojin mulai kembali mendesah saat tubuhnya mulai merasakan panas akibat ulah bibir dan tangan nakal Hyunwoo.
"Akhhhh..... ayo kita mulai, Sayang, aku sudah tidak tahan," ungkap Hyunwoo dengan suara serak, napasnya memburu karena hasrat yang membara. Ia membalikkan tubuh Soojin, menghadapkan punggungnya ke arahnya, dan menghantamnya dari belakang dengan penuh gairah.
"Akhhhhh," racau Soojin saat benda tumpul itu masuk penuh ke dalam tubuhnya, mengisi setiap bahasa ruang dengan sensasi yang luar biasa. Hyunwoo mulai bermain dengan ritme yang sangat lembut, memberikan sentuhan-sentuhan yang memabukkan hingga membuat Soojin kembali terbuai dan melayang dalam kenikmatan. "Akhhhh....." teriakan itu kembali menggema di kamar mandi,
Plak... Plak...
"Akhhh, Sayang, sakit," protes Soojin manja saat Hyunwoo mulai memukul aset nya dengan lembut. Namun, Hyunwoo tidak memperdulikan protes istrinya, ia malah mempercepat ritmenya, membuat Soojin semakin berteriak nikmat.
Plak... Plak...
Hyunwoo kembali memukul bagian kenyal itu, namun kali ini Soojin tidak protes, ia malah mendesah lebih keras, menikmati setiap sentuhan yang diberikan Hyunwoo.
"Sayang, aku...."
Plak...
"Akhhhh," Soojin menjerit tertahan, tubuhnya menegang karena sensasi yang semakin memuncak.
"Seperti ada yang mau keluar," ujar Soojin terbata-bata, ia merasa seperti akan meledak kapan saja.
"Aku juga barengan, Sayang," Hyunwoo semakin mempercepat gerakannya, semakin cepat ritmenya, semakin kuat teriakan dan desahan itu.
"Akhhhhh....." desahan panjang keluar dari bibir kedua insan itu, menandakan bahwa mereka telah mencapai puncak kenikmatan bersama. Tubuh Soojin lemas dan terjatuh ke bathtub, napasnya tersengal-sengal, ia berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Hyunwoo berdiri dan menyalakan keran air, membiarkan air segar mengisi bathtub yang kosong itu.
Setelah selesai membersihkan diri, Hyunwoo menggendong Soojin dengan lembut ke atas kasur, membaringkannya dengan hati-hati.
"Sudah, pakai baju lalu sarapan," ujar Hyunwoo sambil mengedipkan matanya, memberikan senyuman nakal yang membuat Soojin merinding.
"His," dengus Soojin kesal, matanya memutar malas. "Tadi malam digempur habis-habisan, pagi ini juga digasak tanpa ampun, sakit pinggang nih," batin Soojin lirih, ia merasa seluruh tubuhnya remuk redam. Ia segera memakai pakaiannya, lalu duduk dan makan bersama Hyunwoo, menikmati sarapan yang telah disiapkan.
____________________________✍🏻
Bersambung.......
hallo beb jangan lupa like dan comen nya yang belum pernah love nya bisa di pencet sekarang ya biar gak ketinggalan update berikutnya.
Oke sampai jumpa di episode berikutnya 👋🏻
Otaknya ☺️