Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Bercint@ Dengan Tornado + Gempa 7 SR
Beberapa saat kemudian percakapan bapak dan anak jin itu berakhir. Raja pergi dengan cepat dengan raut marah sedangkan Rakha berbalik badan kembali ke kamar dengan wajah lelah, jelas dia lelah abis goyang selama 3 jam.
Siti berjalan pelan-pelan ke tempat tidur, kemudian pura-pura masih terlelap, kakinya masih sakit gemetaran, kulitnya lecet-lecet, rambutnya awut-awutan. Saat Rakha masuk kembali ke kamar ia memperhatikan jejak lumpur di jendela kemudian tersenyum manis.
"Sudah bangun, Istriku ? Kau mendengar semuanya ?" kata sang Pangeran ikut rebahan kembali di samping Siti.
Siti membuka matanya, "Abang ini kenapa selalu bisa tau klo aye pura-pura tidur ?"
"Hehe, Abang gak bisa dibohongi, Adek denger percakapan Abang sama Ayah tadi ?" tanyanya.
"Gak begitu jelas sih, Raja marah-marah kenapa ?" tanya Siti penasaran.
Senyum di wajah Rakha hilang, "gak papa kok."
"Tuh kan, udah jadi suami istri pake rahasia-rahasiaan segala," ujar Siti kesal.
Rakha terpaksa jujur sekarang, "Ayah cuman tanya dikeluarin di dalam atau di luar," bisiknya.
"Hah ?! Sperm@ bukan maksudnya ? Iya sperm@ ya ?" tanya si Siti polos vulgarly.
"Sssttt.. iya," jawab Rakha menempelkan satu jari di bibir mungil itu.
"Abang kemarin di dalam atau di luar ? Di dalam ya ? Gue bisa hamil, gimana ini ?!! Kenapa gak di luar aja sih ? Abaaang !!" pekik Siti marah-marah, tapi ia masih lemes gak kuat adu jotos sekarang.
"Gak akan. Abang kan udah bilang, gak akan terjadi apa-apa Dek, udah sekarang istirahat aja ya, gak papa, Adek masih capek kan ?" kata Rakha memeluk dan merapatkan selimut istrinya.
Siti takut, tapi mau tak mau ia yakini perkataan pangeran bulu ini. Ia juga sangat lelah, meski badannya sangat bau dan kotor. "Gimana kagak capek abis bercinta sama tornado + gempa 7 skala richter," jawabnya.
"Hahahhaha," Rakha terbahak mendengarnya.
Siti tersenyum kemudian, "tapi.. itu artinya sore ini gue udah bisa pulang ke alam manusia, iya kan, Bang ?"
"Ehmm iya," jawab Rakha merem.
"Abang ! Gue mau pulang ini, udah nggak sabar rasanya, gue harus siap-siap mumpung masih pagi, kangen banget sama kampus, sama Yuli, Nyak, Babe, hehe. Abang cepetan gih hubungin Patih Wira, ayo buruan !" ucap Siti menepuk-nepuk lengan suaminya yang otot semua.
Dengan malas Rakha terpaksa menuruti keinginan itu, ia sudah janji, meski ia masih ingin lebih lama menikmati bulan madunya bersama Siti. Rakha membuka cermin telepati, 'whus !' Benda transparan berbentuk lingkaran melayang itu langsung muncul di depan mata.
Wira yang sedang sarapan nasi pecel lauk empal daging dan teh anget tepi jalan kaget sekali, "Bhre ! Apa yang Bhre lakukan itu ? Bhre bersama perempuan manusia itu gak pake baju di ranjang ?!!" katanya.
Siti langsung mengerubuti seluruh tubuh dan kepalanya dengan selimut, "aaawhh !! Abang nggak bilang ih klo vcall, kirain ciman telpon," protesnya.
"Aku dan Siti sekarang sudah resmi menjadi suami istri, Wir, kau sendiri sedang apa ? Ada sebutir nasi di wajahmu," tanya Rakha balik.
Wira menyeka nasi itu, "hehe, saya lagi mencicipi makanan bangsa manusia, Bhre, enak sekali, beneran ini sumpah enak, bisa gemuk saya lama-lama di sini," jawabnya.
Rakha mengerutkan keningnya, "bayar pake apa kau itu bisa makan enak di sana ?"
"Ya pakai uang saku traveling lah Bhre, saya minta dari bendahara kerajaan sebelum berangkat, tapi perlu ditukar dulu di toko emas, masak di sini koin emas ditukar sama uang kertas banyak, hehe aneh sekali," jawabnya.
"Bagaimana keadaan siluman ular itu ?" tanya Rakha. Siti mengintip dikit dari balik selimut.
"Dia sedang bersembunyi di salah satu rumah buatan manusia yang dihuni banyak perempuan, saya sudah memantau dan mengawasi tiap saat, dia tidak berani keluar sejauh ini," jawab Wira.
"Itu kosan gue pasti," celetuk Siti yang asli.
"Pancing dia keluar dan tangkap, tapi kau tunggu perintahku ya," jawab Rakha. Siti tersenyum bahagia mendengarnya.
"Saya perlu tambahan personil sekitar 5 orang, Bhre," jawabnya.
"Baik, akan kukirim 5 prajurit terbaik untuk tambahan nanti," jawabnya.
"Terima kasih," ucap Wira sembari mengambil gelas teh dan menyeruputnya.
"Iya," jawab Rakha sebelum menutup cermin bundar itu.
"Hmmm makasih, Abangku sayang, muaah muaah," Siti menciumi pipi Rakha, senang sekali hatinya, akhirnya apa yang ia inginkan dan ia tunggu-tunggu selama ini akan terwujud, tak sia-sia berkorban tubuh sampai rasanya remek setulang-tulang begini.
'Tok tok tok,' pintu kamar diketok saat Rakha hendak mencium balik istrinya.
"Siapa lagi ini pengganggu ?" gumam sang pangeran kesal padahal ia kepengen kelonan.
Rakha bangkit membuka pintu, melihat seorang pelayan ketakutan di sana, "apa ini ? Aku tak menyuruhmu membawakanku minuman," tanyanya.
"Maaf, Bhre, ini dari Paduka Raja, saya hanya disuruh," jawabnya.
Rakha mengambil gelas berisi cairan hijau kental itu dan mengendusnya sedikit, "iih baunya seperti obat, apa ini ?"
"Itu untuk istri Bhre," jawabnya sambil menundukkan wajah.
Rakha terdiam memegangi gelas itu, "pergilah ! Akan kuberikan ini padanya," jawabnya.
"Baik, Bhre," kata pelayan tadi sebelum pergi dengan perasaan takut. Sebenarnya ia tahu cairan apa itu, karena cairan itu cukup mudah ditemukan di bakul jamu, tapi pembuatannya ilegal sebenarnya, gunanya untuk mencuci rahim.
Rakha punya feeling gak baik dengan minuman yang ia genggam di tangan kanannya, ia menuangkan cairan itu di pot bunga besar pojokan kamar, 'cuur,' "kalaupun nantinya istriku hamil, memangnya kenapa ? Itu anakku, dan dengan anak itu cinta kami akan abadi, tak akan kubiarkan siapapun menyakitinya termasuk ayahku sendiri," gumamnya.
Rakha meletakkan gelas itu di sela-sela tanaman sebelum kembali masuk ke kamar untuk tidur. Ia menemani Siti hingga siang menjelang sore hari, kemudian ia bangkit pelan-pelan, mengecup kening itu dengan lembut sambil izin.
"Tornado plus gempa 7 SR pamit mau kerja dulu ya, Sayang," bisiknya.
"Hmmm.. he'em," jawab Siti antara sadar tidak sadar.
***
#Alam manusia…
Sementara itu Saraswati benar-benar mengurung diri di kost. Namun pagi itu Yuli mengingatkannya akan sesuatu yang penting, "Siti.. ini udah 2x kamu bolos ngampung, klo smpai 3x kamu gak ikut kuliah bisa ngulang lho, ntar jadi lama lulusnya."
"Aduuh ! Iya iya," jawab Saras baru tahu ada peraturan semacam itu.
Saras bangkit, berdandan rapi dan berusaha keluar umpet-umpetan, tengok kanan dan kiri sebelum membuka gerbang kosannya, "Patih sialan itu apa masih ngawasin ya ? Takut tiba-tiba disergap pakai jaring," gumamnya.
"Kamu tuh kenapa sih, Sit ? Faradila udah dikeluarin dari kampus, tenang aja, gak usah takut, keadaan aman sekarang," tanya Yuli mendahului Siti berjalan.
"Hehe, gitu ya, kali aja pengikut-pengikutnya itu mau balas dendam," jawab Saras masih waspada.
"Mereka juga udah dikeluarin dari kampus," jawab Yuli.
Saras mencoba berjalan dengan tenang, tiba-tiba ia melihat Patih Wira bersama 5 anak buahnya yang baru datang sedang nongkrong di salah satu rumah bapak-bapak pensiunan tentara sambil minum-minum kopi. Ia langsung ngibrit balik ke belakang ketakutan gak jadi berangkat, masuk kost lagi dan mengunci gerbang rapat.
Wira langsung menengok dan menyeringai, "ketakutan dia," gumamnya.
"Siapa, Mas ?" tanya si pensiunan tentara tua. Obrolan mereka nyambung gitu karena sama-sama prajurit.
"Hehe, itu salah satu perempuan penghuni sarang wanita itu kesurupan, ada jin jahat merasuki," jawab Wira menunjuk kosan Siti.
"Mas juga indigo ? Waah hebat sekali, Mas, di sini memang banyak hantunya, di rumah-rumah kost-kost san ini betul," ujar Pak Pensiunan menanggapi.
Saras langsung menelepon Mekel. Kebetulan Mekel sedang ada di kampus, ia naik mobil pick up bersama Jordan memimpin demo, unjuk rasa kali ini membahas tentang yaaah itu itu lah.. rancangan undang-undang yang belum disahkan, meskipun terkadang mereka mahasiswa ini juga gak bisa ngasih contoh akhlaqul karimah. Tapi kita sangat menghargai upaya mereka ini, anak muda akan selalu begitu, belajar berpolitik, biar jadi politisi hebat suatu saat nanti mereka.
"Orasi selanjutnya akan dipimpin oleh wakil presiden BEM kita, Mas Mekel Kusumaningrat ! Kepadanya waktu dan tempat kami persilahkan, hidup mahasiswa !!" pekik Vano yang bertugas jadi MC acara.
Mekel pun ambil mic, sementara Jordan mojok dulu, ia sudah memberikan orasi pertamanya tadi. Jordan masih mau mengawasi sebenarnya sejauh apa hubungan Siti dan sahabatnya itu. "Hidup mahasiswaa !!!" pekik Mekel membakar semangat.
"Hidup !!" jawab anak-anak yang ikut-ikut unjuk rasa pagi itu.
Ini slogan-slogan kuno sebenarnya, hidup… bangkit…. maju dll, slogan yang diajarkan turun-temurun sejak zaman dulu, kadang artinya juga membingungkan kalau dipikir mendalam, tapi intinya slogan untuk menumbuhkan semangat saja.
"Assalamualaikum Warohmatullohi wabarokatuh," ucap Mekel di mic, ia buka teks kecilnya supaya gak lupa, sudah ia tulis teks itu seindah sepuitis dan semembara semangat nasionalis dalam dadanya semalam.
Tiba-tiba Siti telpon, "aaakuh butuh perhatiaaan," nada dering dangdut manis manja grup hp itu berbunyi lagi.
Mekel langsung menjauhkan mic, "maap, saya angkat telpon dulu," katanya gak jadi orasi.
"Mohon maaf teman-teman, orasinya Mas Mekel dipending," ujar Vano.
Mekel turun dari pick up dan menerima telpon, "halo, Sayang ?" sapanya.
Jordan sempat menguping percakapan itu. Mekel agak menjauh, Jordan terus memandangi dari atas mobil. "Jemput ? Sekarang ? Aduh ini lagi ikut demo, gimana dong ?" kata Mekel.
"Ya gimana dong, Mas, ada cowok gak jelas nguntit aku, aku ditungguin depan kost, aku gak bisa kuliah kalau begini," keluh Saras.
"Yaudah yaudah, Kang Mas ke sana sekarang ya, tunggu 5 menit, Kang Mas ambil mobil dulu di parkiran," jawabnya.
"Iya, Mas, I love you," ucap Saras.
"I love you too, muah muaah," jawab Mekel pringisan.
Mekel pun pergi ke parkiran dan ambil mobilnya, melajukan ke arah kosan Siti, ia yakin Jordan tak akan meninggalkan lokasi demo sampai selesai, jadi semuanya aman. Padahal Jordan diam-diam izin meninggalkan lokasi demo, menyerahkan orasi selanjutnya pada Hadi untuk mengikuti kemana Mekel pergi.
Begitu mobil Mekel tiba depan kosan Siti, Saras pun bergegas masuk dan mengunci pintu mobil. Setelah mobil melaju anak buah Wira bangkit dari kursi plastik yang mereka duduki masing-masing. "Dia naik kendaraan itu, Patih, kita ikuti dia ?" ujar salah satu.
"Jangan dulu, kita akan ringkus dia nunggu perintah dari Bhre Rakha, lebih baik kita bagi tugas, kau dan kau jaga di gerbang depan dan belakang perguruan ini, kau jaga di depan sarang wanita dan aku akan awasi sepanjang jalan sambil minum-minum es dawet," jawab Wira.
"Baik," kata para anak buah macan itu mengerti.
Para jin ini pun mulai menyebar, dan Wira sempat melihat lelaki tamvan berkulit putih yang bernama Jordan nangis di balik gerobak bakso kosong, "siapa itu ? Udah gedhe nangees," gumamnya sambil geleng-geleng kepala.
***
#Kembali ke Alam Jin….
Siti terbangun mendengar suara panggilan Sugeng dan Karmila, "Kak City !!"
Penjaga berusaha mengusir bocil-bocil kesayangan Siti itu, "Bapak sudah bilang, Kak City lagi bulan madu sama Bhre Rakha, gak bisa diganggu, Nak," katanya menasehati.
"Tapi kemaren kami udah gak ketemu Kak City, masak sekarang gak ketemu lagi sih ?" ucap Sugeng kecewa di depan gapura.
Siti sekuat tenaga bangkit, ia sudah mulai bisa jalan pelan-pelan, ia pakai baju cepat-cepat dan menengok anak-anak itu, "Sugeeng ! Karmilah ! Ini udah malem apa nggak dicariin Bapakmu nanti ?" sapanya.
"Kak City !! Ini Sugeng sama Adek cuman mau ngasih tape ketan sama tetel," jawabnya bahagia.
Kedua bocil itu masuk ke halaman rumah dinas Bhre, keduanya menyerahkan bungkusan daun pisang di dalam keranjang anyaman bambu itu, "terima kasih anak-anak sholeh sholehah," ucap Siti memuji.
"Heheh, Kak City kok bau ? Kotor ? Kakak habis ngapain ?" tanya Karmilah kepo.
"Emm… hehe, Kakak belom mandi, habis ini Kakak mau mandi, udah sore, kalian pulang gih, oh ya ini buat kalian," kata City menyerahkan dua keping emas.
"Yeeaaah makasih Kakak," ucap kedua bocah itu bersorak, habis ini bisa beli banyak gulali ye.
Memang sudah menjadi adatnya orang Indonesia ya kalau ada makanan di anter anak-anak, yang dikasih makanan itu pasti memberikan sedikit uang. Ada sisi positif ada negatifnya dari adat itu, adat positifnya kelak anak-anak itu akan ingat terus sama yang ngasih mereka uang dan membalas budi di kemudian hari saat mereka sudah kerja, sisi negatifnya.. yah mungkin akan terkesan mengurangi pahala si pemberi, dan jika yang dikasih makanan kebetulan gak ngasih uang karena memang gak ada rezeki lebih akan membuat kecewa anak-anak itu.
Siti meletakkan tape itu di meja makan kemudian bergegas pergi ke arah petirtaan karena ia sudah merasakan sendiri betapa dinginnya air saat malam di sana. Beberapa pelayan mengikuti sambil membawakan pakaian ganti, kluwak (tanaman pembuat sabun), kayu siwak, wewangian dari bunga dan minyak zaitun.
"Saya mau pipis dulu," kata Siti sembari menjinjing jarik yang terbelit di tubuhnya.
"Baik, Putri," jawab mereka menjauh dikit.
Siti menapaki bebatuan petirtaan itu, ia melihat masih ada noda darah di salah satu bagian, bayangan kejadian kemarin terbersit lagi dan langsung membikin ia merinding, 'pyur pyur pyur,' "sadis," gumam anak Babe membilas noda itu hingga bersih dengan air kolam.
Setelah itu Siti mulai berjongkok di salah satu bilik yang memang untuk buang air, tempatnya terpisah dari kolam untuk mandi. "Ini dia…..," gumamnya mulai mengeluarkan sesuatu yang sudah ia tahan-tahan dari tadi, daaaaan…. "AAAAAAAAHHHKKK !!! PERIIH !!!" jeritnya dalam hati.
Mahasiswi malang ini sampai nangis menahan betapa WOW sakitnya, rasanya seperti ada luka robek di dalam sana yang belum dijahit, dan memang ada, luka ini bagi gadis yang masih perawan akan bertahan selama seminggu dan akan terasa menyakitkan selama seminggu juga. Siti sampai gigit kain jariknya menahan semua itu, sekujur tubuh sampai bergetar hebat.
"Hiks hiks… huhuhu huwaaaa… perih banget Ya Allah, harga yang harus gue bayar demi bisa balik ke alam manusia sesakit ini hiks… lakik mana tahu, lakik mana paham, taunya enak doang," ucap Siti nggerundel sendiri.
"Ada apa, Putri ? Ada yang bisa saya bantu ?" tanya salah satu pelayan dari balok bilik. Ia pasti mendengar isak tangisan tadi.
"Gak papa kok, I am fine, thank you," jawab Siti kembali berdiri dan keluar sambil usap-usap air matanya.
Siti pun dibaluri sekujur tubuh dengan minyak, minyak ini memudahkan lumpur dan kotoran meleleh dari tubuh dan rambut itu, kemudian dibilas dengan air dan busa klerak. Saat busa yang lembut itu mengenai beberapa bagian, lagi-lagi Siti menahan rasa perihnya.
"Putri terluka di beberapa bagian, saya sudah menduga, makanya saya bawakan serta obat dari getah daun diom," katanya.
"Makasih ya, nanti pas udah selesai mandi aja tolong olesin, Mbak ini pelayan yang paling perhatian dari sekian banyak pelayan, nanti klo saya udah pulang ke alam saya, saya pasti kangen banget sama Mbak," ucap Siti menatap wanita muda cantik itu.
"Hehe, terima kasih, Putri," jawabnya tersenyum.
Setelah Siti berubah cantik dan bersih kembali, ia menunggu Rakha dengan sabar di meja makan. Namun hingga larut sang suami jin tak pulang juga, ia makan tape dari Sugeng sendirian. Bahkan ia terus menunggu hingga tengah malam.
"Bang Rakha kemana sih ? Katanya udah janji mau balikin gue sore ini ke alam manusia, kok sampe malem gini gak pulang-pulang ?" keluhnya kesal.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit