KESEMPATAN KEDUA

"Oh gitu kamu sekarang, putus dari aku karena ingin dekat dengan lelaki yang lebih kaya, matre ya kamu."

Adila tersenyum culas, kata kata inilah yang ia nanti dari mulut Joan. Dengan wajah meremehkan Adila memegang tangan Joan yang sedari tadi mencekram tangannya.

"Kamu merasa rendah diri? Lagi pula cewek mana sih yang mau jadi donatur untuk cowok kayak kamu. Udah nggak modal malah selingkuh pula dan sekarang kamu sok sok an merasa jadi korban." Dengan sedikit usaha Adila melepaskan tangan Joan tapi itu malah membuat kulitnya menjadi luka dan bajunya sedikit sobek.

"Kamu hanya ingat kesalahan aku tapi apakah kamu tidak ingat saat..." Ucapan Joan langsung di potong Adila.

"Ingat!! Aku ingat saat kamu membantuku ketika aku depresi! Aku ingat ketika kamu menolong aku mencari tempat tinggal, aku ingat semua hal yang kamu lakukan untukku. Tapi pernah nggak kamu ingat apa yang aku lakukan untuk kamu?" Wajah Adila berubah menjadi datar.

"Kamu ingat nggak bagaimana aku seperti pelayan bagi kamu ketika kita jalan bertiga dengan Molly. Kamu ingat nggak, ketika aku menghabiskan tabunganku selama satu tahun untuk melunasi hutang hutang kamu! Nggak usah ngomong tentang bagaimana menjadi baik karena aku sudah menjadi orang bodoh karena menjadi baik kepada kamu." Adila menunjuk dada Joan dengan sedikit di tekan.

"Kita putus dan bukan kah ini adalah bagus untuk kamu, seharusnya kamu bisa kencan dengan sahabatku tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kamu bisa mempublikasikan hubungan kamu dengan dia tanpa takut kenak caci maki."

"Cukup!! Aku tidak akan berhubungan dengan Molly lagi jika itu yang membuat kamu cemburu, aku akan memutuskan segala hubungan antara aku dengan dia." Joan berbicara dengan nada tegas menatap mata Adila dengan penuh keyakinan.

"Hahahahah... Bukankah dia sangat cantik dan cocok dengan tipe kamu. Kenapa kamu bisa rela melepaskannya?" Mata Adila menatap Molly yang berdiri diam di belakang Joan berjarak satu mobil dari mereka.

"Dia hanya untuk senang senang, aku tidak pernah berfikir untuk menjadikan dia sebagai pasangan seumur hidup, aku hanya bermimpi menjadikan kamu sebagai istriku dan menjalani waktu menua kita bersama." Joan memegang tangan Adila, kali ini dengan lembut dengan tatapan yang juga lembut.

Adila tersenyum sinis mendengar hal itu. Inilah Joan , meskipun dia bermain main diluar tapi nyatanya dia juga ingin istri yang baik.

"Maaf... Maafkan aku. Aku salah karena telah membuat hubungan kita menjadi retak. Aku khilaf karena terbujuk rayuan wanita itu, tapi aku janji setelah ini aku tidak akan mengulangi perbuatan tercela ini. Aku hanya akan mencintai kamu dan menyayangi kamu." Joan sedikit menunduk dengan wajah penuh penyesalan dia memegang tangan Adila.

Senyuman Adila semakin lebar, jika dia tidak mengetahui akhir dari hubungan dia dengan Joan mungkin dia tetap akan memaafkan Joan setelah mendengar betapa manisnya mulut pria itu.

"Kamu yakin?" Adila menatap mata Molly yang tampak sudah berkaca kaca. Inilah rasa sakit yang dulu Adila rasakan ketika dia membutuhkan pertolongan dari pria yang ada di depannya ini tapi dia malah pergi dengan sahabatnya meninggalkan dia di ranjang penyakitan rumah sakit.

"Lihatlah disana! Kamu yakin ingin meninggalkan dia?" Adila menunjuk Molly yang masih terdiam.

.

.

.

bersambung

jangan lupa like and vote ya

salam hangat dari author