Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rival Cinta dan Butuh Perjuangan Besar.
Xavier membawa mobil dengan fokus, sesekali dia memeriksa GPS. Ia melirik melalui kaca spion depan wajah kelelahan Esther, "Kamu tidurlah, saat sampai aku akan membangunkanmu. Jaraknya sangat jauh, sepertinya kita akan sampai lewat tengah malam sekitar pukul 1 pagi."
"Tidak apa-apa, ayo mengobrol saja. Atau jika kamu lelah kita bisa bergantian mengemudi?" tawar Esther tak enak hati.
"Aku seorang pria, tidak akan lelah hanya karena menyetir ratusan km. Kamu ingin mengobrol? Bagaimana tentang masa-masa bahagiamu?" jawab Xavier.
"Masa bahagia? Hm," saat pertanyaan itu muncul, yang terpikirkan oleh Esther adalah saat ia melahirkan Justin, itu adalah momen paling membahagiakan untuknya. Padahal saat dikabarkan hamil ia sempat frustasi dan tak ingin menerima anak dari pria seperti Vard. Pernah terbesit ingin menggugurkan kandungannya, tapi saat mengingat kembali kebaikan Vard padanya sejak kecil ia akhirnya mengurungkan nya. Bagaimana pun kelakuan bejat Vard padanya dan segila apapun obsesi pria itu padanya tapi ia tak memungkiri kebaikan dan kasih sayang pria itu padanya sejak kecil hingga remaja. Bahkan sampai saat ini, ia masih menyesali karena pernah memikirkan ingin mengugurkan anaknya apalagi seorang anak tak ikut menanggung kesalahan orang tua, seorang anak sangat lah suci.
"Kok malah melamun, tidurin aja," suara Xavier membawa kembali Esther dari lamunan nya.
"Kalau begitu maaf, biarkan aku tidur setengah jam saja," Esther mulai menutup matanya.
Tak lama setelah melihat Esther tertidur, Xavier membenarkan jok duduk memundurkan ke belakang membuat posisi nyaman untuk wanita itu tidur. Lalu ia fokus kembali mengemudi dan setelah menempuh perjalanan berjam- jam akhirnya ia sampai. Seorang penjaga gerbang perkemahan mendekatinya, ia membuka jendela dan meminta ijin masuk. Setelah si penjaga gerbang menelepon ke pihak sekolah, penjaga itu membiarkan mobilnya lewat.
Xavier membelokkan mobilnya ke arah kiri sesuai intruksi penjaga, tak jauh dari gerbang tenda-tenda kemah sudah terlihat. Ia menghentikan mobil dan keluar dari mobil membiarkan Esther tidur dan tak membangunkan nya.
Setelah menanyakan tenda Justin pada orang disana, ia kembali ke mobil lalu mengangkat tubuh Esther memangkunya dalam pelukan berjalan menuju tenda Justin.
Taylor yang sedang merokok di luar tenda nya, seketika terkejut melihat Nona Queena dipangku oleh Xavier. "Ada apa ini? Kenapa mereka ada disini?" ia segera berlari secepat kilat ke tenda Tuan-nya.
"Presdir!"
Vard baru saja ingin menutup matanya, ia seketika berdiri mendengar nada cemas dari suara assisten-nya, " Ada apa dengan Queena?" firasatnya mengatakan itu tentang Queena.
"Iya, Nona Queena tiba-tiba ada disini. Dia baru saja dipangku dalam pelukan Tuan Xavier menuju tenda Tuan muda Justin... entah-"
Belum sempat ucapan Taylor selesai, Vard berlari keluar tenda dengan wajah menyeramkan.
Setelah sampai di tenda Justin, tanpa ijin masuk ia menyerobot masuk ke dalam. "Queena! Sayang..."
Ketiga pasang mata di dalam sana menatap terkejut pada Vard.
Xavier yang maju mendekat, "Kau brengsek! Sedang apa kau disini?!"
"Presdir! Presdir!" Taylor baru datang menyusul.
Justin melihat Mommy-nya merengsek mundur ke belakang, seperti ingin bersembunyi. Ia menarik nafas menyesal, kenapa tadi ia harus berbohong menyebabkan Mommy-nya datang.
"Mommy..." Justin maju memeluk Mommy-nya, suara menyesalnya saat memanggil sang Mommy membuat ketiga pasang kepala pria dewasa di dalam tenda menoleh padanya.
"Queena!"
"Esther!"
Vard dan Xavier berebut jalan ingin maju lebih dulu, di tenda yang terbilang tidak terlalu besar itu tubuh tinggi besar mereka berdua saling bergesekan.
"Minggir! Biar aku yang mengurus Queena!" geram Vard.
"Kau yang harusnya pergi! Esther ketakutan saat melihatmu, bajingan!" balas Xavier tak kalah sengitnya.
"Kalian berdua keluarlah! Tinggalkan aku dan Mommy! Aku yang akan mengurus Mommy-ku! Pergi!" geram Justin dengan mata memerah, ia tidak terlihat seperti bocah 7 tahun. Bentakan nya membuat Vard dan Xavier yang bergerak maju kembali memundurkan tubuh mereka.
"Justin..." ucap kedua pria itu berbarengan.
"Aku bilang pergi!" Bocah itu menggeram.
Taylor yang lebih dulu keluar, di ikuti Xavier dan akhirnya Vard juga ikut keluar tenda setelah menatap penuh maaf pada putranya dan Queena.
Kedua pria dewasa yang mencintai wanita yang berada di dalam tenda itu berjejer diluar pintu tenda seperti penjaga, dengan wajah mereka yang sarat akan emosi dan teramat sangat ingin mengajak duel kembali rival cinta mereka seperti perkelahian mereka berdua tempo hari.
Taylor yang duduk di batu besar tidak jauh dari tenda hanya menggelengkan kepalanya, sepertinya perjalan Presdir-nya untuk mendapatkan lagi hati Nona Queena benar-benar butuh perjuangan besar.