Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Menguntit
Kenaan baru saja sampai di caffe tempat Andin menunggunya. Ia tahu gadis itu mengajak bertemu pasti ada hal yang sangat mendesak.
Pernah menyelamatkan wanita itu dari kubangan hitam membuat Kenaan paham, Andin adalah wanita baik akan tetapi keadaan sering kali tak berpihak padanya.
"Sudah lama?" tanya Kenaan kemudian menarik kursi di hadapan Andin hingga gadis itu tersentak dari lamunannya.
"Eh, belum Tuan!"
Disudut caffe itu, Hana mengepalkan tangan murka dibalik buku menu yang ia pegang tinggi-tinggi demi menutupi wajahnya agar tak ketahuan oleh Kenaan. Ia memesan meja tepat di belakang Kenaan dengan posisi duduk saling membelakangi. Beruntung, sampai disana Kenaan belum datang meski mobilnya sudah terparkir di depan caffe.
Mungkin suaminya sedang mendapat panggilan mendesak dari Marvin atau yang lain. Hal itu mempermudah Hana mengambil posisi bahkan memesan minum lebih dulu sebelum Kenaan berada disana.
"Mau pesan makanan? Atau minum?" tanya Kenaan.
"Saya minum saja, Tuan!"
"Oh, yaudah! Kita pesan minum."
Hana hampir tersedak kalau tak buru-buru menutup mulutnya. Kita?? Bahkan Kenaan menggunakan kata 'kita' saat bersama Andin membuat hatinya semakin dongkol mendengarnya.
Andin memanggil pelayan caffe lalu memesan minum untuk ia dan Kenaan.
"Ini demi apa sih? Kok dia nggak nanya dulu Kenaan pesan apa? Langsung sebut gitu ke pelayan sok-sokan tahu apa yang disukai Kenaan. Kenaan juga malah diem dan gak nolak," batin Hana menggerutu. Perasaan sebal, dongkol bercampur-campur dengan cemburu.
Brakkk!
Hana menggebrak kecil mejanya secara spontan hingga berhasil memancing Andin untuk ingin tahu.
Namun, itu tak berpengaruh apapun pada Kenaan yang cuek tanpa memperdulikan sekitarnya.
"Ehm, begini Tuan!"
Kenaan mengisyaratkan dengan tangan agar Andin diam lebih dulu. Lagi-lagi Marvin menghubunginya membuat Andin mau tak mau menunggu laki-laki itu selesai mengangkat panggilannya.
Belum juga kembali buka suara, pelayan datang menghantarkan minuman ke meja Andin dan Kenaan.
"Shitt, bahkan mereka memesan minum yang sama!" lagi Hana hanya dibuat kesal oleh suaminya.
Andin menarik napas perlahan setelah mencicipi minumannya.
"Tuan!"
"Hm, ya? Kamu bilang ada yang penting? Apa kamu butuh uang?"
Andin menggeleng pelan, lalu kembali menarik napas.
"Saya hamil, Pak!"
Deg.
Hana terkejut bukan main, mendengar kenyataan Andin hamil. Otaknya mendadak buntu mencerna kalimat yang keluar dari bibir wanita di hadapan Kenan itu.
"Hamil?" Kenaan terkejut lalu berhasil menguasai diri.
Hana langsung gegas pergi begitu saja, ia kesal, marah, benci dan muak dengan Kenaan.
Dan hal yang semakin membuatnya tak habis adalah respon sang suami yang biasa saja.
"Atau jangan-jangan itu emang anak kamu, makanya kamu bersikap biasa," gerutu Hana keluar caffe dengan mengenakan kaca mata hitamnya.
Ia memesan taksi online dan pergi begitu saja tanpa mendengar obrolan lanjutan Kenaan dan Andin.
Hana pergi menuju taman, ia butuh tempat untuk menenangkan dirinya sendiri setelah banyak hal yang sudah terlewati. Semua berlalu begitu saja, dan sekarang ia sedang kacau memikirkan apakah memberikan kesempatan kedua Kenaan akan menjadi kesalahan kedua baginya?
"Hana akhirnya aku bertemu denganmu," ucap seseorang kemudian ikut duduk di samping Hana tanpa menunggu izin.
"Arka? Astaga Arka?" Hana langsung menghambur dalam pelukan Arka setelah melihat laki-laki itu duduk di sampingnya.
"Kamu kemana aja? Sejak kejadian di apartemen itu kamu benar-benar menghilang! Aku nggak habis fikir, kamu ternyata setega itu sama aku."
"Sama sepertimu, aku juga sedang lari Hana. Banyak hal yang membuat aku ingin pergi dari zona nyaman ini. Ketidakadaan dirimu, pernikahan Papa dengan..." Arka terdiam, ia tak melanjutkan kalimatnya dan melihat Hana tiba-tiba merubah ekspresi menjadi datar setelah mendengar kata Mama dari bibir Arka.
"Terus?"
"Aku ke LN, aku pikir bisa menghalangi pernikahan mereka ternyata aku salah. Sampai kapanpun rumah yang sudah hancur tak akan pernah bisa utuh kembali dengan bahan yang sudah rusak. Pun juga dengan hubunganku dan Papa. Kejadian ini meninggalkan luka di hati kita masing-masing."
"Hm..." Hanya hanya berdehem sebagai respon, rasa-rasanya ia tak mungkin membagi kepedihan bersama Arka sementara laki-laki itu sedang berada di fase terendah hidupnya.
Hana memegang pundak Arka, "aku nggak bisa bantu apa-apa! Tapi, sebagai laki-laki aku yakin kamu kuat menghadapi ini semua."
"Na, meski begitu sekarang kita adalah saudara bukan?"
"Apa kita bisa begitu sementara hubungan saudara kita terbentuk dengan penuh rasa sakit. Maaf Arka, tapi aku masih belum bisa memaafkan Mamaku! Dan kita tidak bisa menjadi saudara," ujar Hana.
Arka mematung, sementara Hana bangkit meninggalkan mantan kekasihnya itu.
"Na, aku anterin ya?" tawar Arka setelah berlari mengikuti Hana.
"Aku nggak mau Kenaan salah paham," alibi Hana.
"Kali ini saja, Na?"
"Maaf," ujar Hana menggeleng. Ia menatap Arka sekilas lalu membalikkan badan meninggalkan taman.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..