Mencintai jodoh sepupu sendiri?
Salahkah itu?
Berawal dari sebuah pertemuan yang tak di sengaja. Senja, gadis 22 tahun yang baru pulang dari luar negeri itu bertemu dengan sosok pria bernama Bumi yang menurutnya sangat dingin dan menyebalkan.
Semakin Senja tidak ingin melihat wajahnya, justru makin sering Senja bertemu dengannya.
Dari setiap pertemuan itulah muncul rasa yang tak biasa di hati keduanya.
Tapi sayangnya, ternyata Bumi adalah calon suami dari sepupu Senja, Nesya. Mereka terlibat perjodohan atas permintaan almarhum ibunda Bumi pada sahabatnya yang merupakan ibu dari Nesya.
Sanggupkah Bumi dan Nesya mempertahankan perjodohan itu?
Bagaimana nasib Senja yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Bumi? Mampukah ia mempertahankan hatinya untuk Bumi?
Baca terus kisah mereka, ya.
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Menjaga Nama Baik Keluarga
Malam itu di rumah keluarga Adrian sudah terlihat sangat sepi. Lampu-lampu rumah sudah banyak yang dimatikan. Para asisten rumah tangga pun sudah beristirahat. Hanya ada dua security saja yang masih tampak berjaga di pos depan rumahnya.
Tak lama datang sebuah mobil berwarna merah memasuki halaman rumah. Terlihat Nesya keluar dari mobil itu dengan mengendap-endap lalu memberi kunci mobil pada security agar menyimpan mobilnya dalam garasi.
Nesya masuk dengan perlahan ke dalam rumah yang pintunya masih belum dikunci itu. Sudah hampir jam 12 malam, Nesya baru pulang ke rumahnya.
Nesya berjalan sambil menenteng heels-nya agar tak menimbulkan suara berisik. Saat kakinya tengah melangkah hendak naik ke tangga rumahnya, tiba-tiba lampu yang tadi sudah padam kini menyala kembali.
Nesya terkejut. Ia pun menoleh ke arah tepat dimana ayahnya berdiri saat ini.
“Beginikah tingkah laku calon istri dari keturunan keluarga Dirgantara? Pulang selalu tengah malam, bahkan kadang tidak pulang ke rumah. Dari mana saja kau, Nesya?” tanya ayahnya yang tak lain adalah Adrian.
Nesya memasang wajah malas. Ia tau, pasti ayahnya akan mengomelinya lagi seperti yang sudah-sudah.
“Aku ada acara bersama temanku. Lagipula aku kan sudah ada di rumah. Sudahlah, Pa. Jangan terlalu dibesar-besarkan, ini sudah malam,” jawab Nesya tanpa merasa bersalah.
“Apa tiap hari temanmu membuat acara sampai kau harus pulang larut malam? Kau itu sebentar lagi akan jadi bagian dari keluarga Dirgantara, kau harus merubah sikapmu, Nesya,” ucap Adrian dengan sangat jengkel.
“Merubah sikap apa sih, Pa? Papa tidak usah berlebihan. Nesya bukan anak kecil lagi, Nesya sudah dewasa,” bantah Nesya.
“Kau memang sudah dewasa, tapi tingkah lakumu masih belum mencerminkan seorang wanita dewasa. Senja bahkan umurnya lebih muda darimu, tapi lihat bagaimana dia bersikap. Dia punya sopan santun dan bekerja keras. Semua rekan bisnis memujinya, Om Andika mu sangat bangga punya anak seperti dia,” kata Adrian yang membandingkan Senja dan Nesya.
“Pa, aku dan Senja berbeda. Aku juga punya butik sendiri. Itu juga hasil kerja kerasku,” kata Nesya tak mau kalah.
“Itu hasil kerja keras mamamu, kau hanya melanjutkannya. Bahkan sampai sekarang pun mamamu yang mengurus butik kalau sedang dalam masalah, bukan? Sampai kapan kau berubah Nesya? Kalau kau terus seperti ini, Bumi bisa-bisa menolak untuk dijodohkan denganmu,” kata ayahnya lagi.
“Tidak. Tidak mungkin Bumi menolak wasiat almarhum ibunya. Aku sudah mengenal Bumi dari kecil,” jawab Nesya dengan mantap.
“Itu sudah bertahun-tahun lalu. Sekarang lihat dia, dia pengusaha paling sukses sekarang. Wanita mana yang tidak bersusah payah menarik perhatiannya? Dan kau, kau malah keluyuran saja tiap malam. Menurutmu apa yang bisa Bumi banggakan darimu?"
“Aku akan buktikan ke Papa, Bumi akan tetap berjodoh denganku.”
“Buktikan ucapanmu. Satu lagi, jaga nama baik keluarga Wijaya. Jangan sampai perbuatanmu di luar sana mencoreng nama baik keluarga kita! Yang malu bukan cuma kita, tapi keluarga Om Andika mu juga.”
Nesya mendengus kasar, lalu ia tersenyum sinis pada ayahnya.
“Menjaga nama baik keluarga? Seharusnya Papa juga mengingatkan itu ke diri Papa sendiri,” sindir Nesya.
“Tutup mulutmu! Itu bukan urusanmu,” bentak Adrian.
“Papa egois! Papa minta aku jaga nama baik keluarga. Sementara Papa sendiri, apa Papa tidak pernah berpikir bagaimana jadinya kalau orang di luar sana tau Papa punya simpanan lain?” kata Nesya tak mau kalah tinggi suaranya.
“Cukup Nesya!” Tangan Adrian sudah terangkat ke atas hendak menampar Nesya.
Tapi dari tangga, suara istrinya menghentikan perbuatannya.
“Adrian, hentikan!” teriak ibu Nesya lalu berlari mendekati anak perempuannya yang hampir terkena tamparan oleh ayahnya.
“Ini sudah malam. Jangan membuat kegaduhan! Lebih baik kalian semua masuk ke kamar dan istirahat,” ucap ibu Nesya sambil merangkul anaknya.
Adrian menarik kembali tangannya. Ia sebetulnya sangat geram sekali pada Nesya yang menyudutkannya seperti itu.
“Nasehati dia baik-baik! Kalau tingkah lakunya seperti ini, jangan bermimpi untuk bisa menikah dengan anak Tuan Dirgantara!”
Setelah itu Adrian pun pergi meninggalkan mereka berdua dan masuk ke kamarnya dengan membanting pintu kuat-kuat.
“Papa egois!” umpat Nesya dengan kesal.
“Papamu benar, Nesya. Kalau kau tidak berubah, Tuan Dirgantara tidak akan mau punya menantu sembarangan. Mereka keluarga terpandang. Sebenarnya apa yang kau lakukan di luar sana sampai pulang telat terus?” tanya ibunya dengan sabar.
“Ma, aku masih muda. Aku hanya senang-senang dengan teman-temanku,” jawab Nesya.
“Tolong kurangi kegiatanmu bersenang-senang dengan temanmu. Kau ini calon istrinya anak Tuan Dirgantara. Mama tidak mau kau salah pergaulan lalu terjerumus ke hal-hal yang tidak-tidak, Nesya.”
Deg.
Nesya langsung merasa tersindir. Orang tuanya tidak tau saja bagaimana tingkah lakunya di luar sana.
“Mama tenang saja. Aku tau jaga diri. Ya sudah ya, Ma. Aku ke kamar dulu.”
Nesya langsung beranjak meninggalkan ibunya. Ia tak mau ibunya banyak bertanya lalu akhirnya kelakuannya selama ini terbongkar di hadapan orang tuanya.
Tidak boleh ada yang tau tentang apa yang aku lakukan di luar sana. Aku harus lebih waspada lagi. Batin Nesya.
saat Bebek panggang madu terhidang di hadapanku tp tak bisa kumakan krn perut terlanjur kenyang..
maka cepatlah bangun Senjanya Bumi.. krn Bumi mu begitu bersedi sama seperti yg ku rasakan saat merelakan Bebek panggang madu utk mereka.. 😭