Mencintai Sahabat Papa

Bela dan Maya sudah siap dengan keberangkatannya menuju singapura. Mereka saat ini sedang menunggu pesawat take off.

"Bel loe yakin gak akan nginep di tempat Adit?" Tanya Maya meyakinkan Bela lagi.

"Iya May gw yakin. ada anak teman papa disina."

"Agam tahu kalau loe liburan di singapura?" Tanyanya lagi, karena Maya sudah lama tidak mendengar Bela menyebutkan nama Agam.

"Ya ampun Maya. Gw lupa kasih tahu Agam. Aduh... gimana nih? mana udah mau take off." Panik Bela.

Bela baru ingat bahwa dia belum memberitahu Agam tentang kepergiannya ke singapura.

"Udah loe tenang aja, nanti Begitu sampai loe langsung kasih tahu dia."

"Kok gw bisa lupa sama Agam ya?" Bela merutuki dirinya karena terlalu asik sampai melupakan Agam.

"Loe keasyikan mempersiapkan liburan Bel. Mungkin karena memang kita udah lama gak pergi liburan."

Jarak jakarta - singapura memang tidak terlalu lama. Mereka hanya mengobrol ringan di dalam pesawat, mereka sudah sampai di negara yang berbeda.

Bela dan Maya menarik kopernya menuju ruang tunggu. Mereka menunggu Adit menjemput.

"Hai sayang,Bela.gimana penerbangan kalian?" Adit langsung memeluk Maya, melepaskan rasa rindunya.

"Seru dong sayang, Apa lagi tujuan aku adalah ketemu kamu." Maya berlaku manja.

"Haduuh.... Bucinnya di mulai." Ucap Bela mencibir, pasangan yang sedang melepas kangen.

"Rese loe Bel." Maya memanyunkan bibirnya.

"oh ya kamu kapan di jemput?" Tanya Adit yang khawatir kepada Bela.

"Kalian duluan aja, dia lagi di jalan." Bela menyuruh sahabtanya untuk tidak mengkhawatirkannya dan agar segera pulang ke apartmenanya untuk beristirahat.

"Serius kita duluan?" Tanya Maya meyakinkan Bela.

"Iya, gak apa-apa sana." Bela mendorong punggung Maya dan Adit agar segera pergi.

"Oke Beb, see you tomorrow."Maya melambaikan tangannya.

Setelah Adit dan Maya pergi, Bela langsung menelphon Daniel. untuk memberitahukan posisi Bela.

Tak lama Daniel datang dan langsung memeluk Bela.

"Hai Bela, Apa kabar?" Daniel memang sedari tadi menunggu Bela. kebetulan hari ini dirinya baru selesai dari pkerjaannya. dan mempunyai waktu 2 hari sebelum jadwal penerbangan berikutnya.

"Kabar Baik, kamu apa kabar Dan?" Bela balik bertanya.

"Im fine. kamu udah makan?"

"Belum."

"Oke kita belanja bahan makanan dulu, nanti aku masakin kamu sesuatu."

"Kamu bisa masak?" Sangat jarang bela menjumpai laki-laki yang bisa masak selain Agam.

"Harus dong, apa lagi aku yang tinggal sendiri."

Setelah merasa cukup dengan belanjanya, Daniel menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

Setelah Belanja langsung mengajak Bela menuju Apartmennya yang jaraknya tidak jauh tempat mereka berbelanja bahan makanan.

"Silahkan masuk." Ajak Daniel memasuki Apartmennya.

"Wow... apa selalu serapih ini?" Bela takjub melihat Apartmen Daniel yang sangat bersih, rapih dan juga wangi.

"Iya, aku sangat suka tempat rapih, bersih. itu membuat nyaman kita sebagai penghuninya."

Bela masih mengelilingi Apartmen Daniel. Dia masih tidak percaya ada laki-laki super bersih seperti Daniel. Bahkan Agam tidak seapik ini.

"Kamu bisa tidur di sini!" Daniel membawakan koper Bela kedalam kamar yang akan ditempati Bela.

"Kamarku ada di depan kamar ini, dan ada kamar mandi di setiap kamar. Aku harap kamu suka tinggal di sini!"

Bela mendengarkan semua arahan Daniel dengan Baik.

"Aku suka Dan, terimkasih."

"Silahkan, kamu bisa istirahat. Aku akan memask makan malam."

Setelah menjelaskan semuanya Daniel keluar kamar Bela. Dia akan mengganti bajunya dan mulai memasak untuk makan malam dirinya dan Bela.

Bela menjatuhkan dirinya di atas kasur. memejamkan matanya. Namun Bela teringat bahwa dirinya belum memberi kabar kepada Agam tentang liburannya.

"Hallo Gam..."

"Kamu kemana aja, kenapa seharian Hp kamu gak aktif?" Omel Agam di sebrang sana.

"Sorry Gam, aku gak sempet bilang, kalau aku pergi liburan."

"Kenapa kamu baru bilang? Kita kan bisa liburan bersama!"

"Dadakan Gam, aku pergi sama Maya. Lagi pula aku tahu kalau kamu lagi banyak kerjaan."

"Iya, kamu benar. Aku hampir tidak ada waktu untuk diriku sendiri. ya sudah, selamat liburan sayang."

Bela menutup telphonnya. Bela tidak menceritakan lengkap tentang liburannya. Dia khawatir jika Mengatakan bahwa saat ini dirinya sedang bersama Daniel, pasti Agam tidak suka. Bukan maksud Bela menyembunyikannya, hanya saja lebih baik dia diam. karena Agam sendiri tidak menanyakannya.

Setelah menelphon Agam, Bela mengeluarkan semua isi kopernya. Dia membereskan bajunya di tempat yang sudah di siapkan. Kemudian mengambil handuknya untuk pergi mandi.

Setelah merasa fresh dan semua lelah karena perjalanan hilang, Bela keluar kamarnya untuk melihat apa yang sedang Daniel kerjakan."

"Kenapa keluar kamar? Kamu tidak lelah?" Tanya Daniel yang begitu melihat Bela ada di sampingnya.

"Aku sudah kembali fresh setelah mandi. Kamu masak apa Dan?" Tanya Bela yang memperhatikan Daniel memasak.

"Steak. Kamu tunggu di sana, sebentar lagi makanan siap." Daniel menyarankan Agar Bela menunggunya dengan cantik di kursi makan.

Bela menuruti apa kata Daniel, Dia duduk di meja makan yang sudah di siapkan Daniel.

"Apa kamu setiap hari seperti ini?" Tanya Bela penasaran.

"Gak setiap hari, hanya waktu tertentu. lagi pula aku jarang pulang, kecuali jadwal libur yang cukup lama. Biasanya aku tidur di penginapan yang di sediakan kantor. karena akan lebih menghemat waktu."

"Aku juga ingin hidup mandiri. tinggal di apartmen sendiri. memasak sendiri dan melakuka hal-hal lainnya.Tapi papa tidak mengijinkan." Bela mengutarakn keinginannya selama ini untuk hidup terpisah dari bayang-bayang papanya.

"Jelas om David sangat menyangi kamu Bel. Bagaimana perkembangan hubungan kamu dengan Dia?" Daniel menanyakan hubungan Bela dan Agam. Dia cukup penasaran dengan hubungan rumit yang di jalani Bela.

"Agam maksud kamu?"

"Iya Agam!"

"Ya begitu saja, Belum ada perkembangan. Dia masih bersetatus suami orang. Dan aku, masih tak jelas statusku apa." Jawab Bela seakan sudah terbiasa dengan situasi seperti itu

"Memang kalian harus lebih bersabar."

"Iya, betul yang kamu bilang."

...※※※※...

Reyna yang kesal dengan orang tua Agam, pergi kerumah Harun untuk mempertanyakan mengapa mereka tidak mendukung dirinya.

Tok...tok...tok...

Pintu di buka erika dari dalam.

"Ada apa kamu datang sepagi ini rey?" Tanya Erika

"Mah, Dimana papa?" Reyna langsung menanyakan keberadaan Harun.

"Papa ada di ruang makan, kita sarapan dulu Rey!"

"Termakasih mah, Reyna gak akan lama."

Reyna menerobos masuk kedalm rumah Harun dengan tergesa-gesa dirinya sudah tidak sabar ingin mendengarkan alasan Harun tidak menudukungnya.

"Pah, kenapa papa hanya diam saja setelah mengetahui Agam seprti itu? Rumahtanggaku akan hancur pah!" Tanya Reyna yang marah kepada papa mertuanya.

"Kamu tenang dulu Rey. Ayo keruangan papa!" Harun mencoba menenangkan menantunya dan mengajak Reyna keruangannya.

Reyna yang sedang marah, terpaksa mengikuti Harun dari belakang.

"Rey kamu jawab pertanyaan papa dulu, Apa benar kekasih Agam adalah Bela Davinson, anak dari David Davinson?"

"Iya Benar pah. Dia Bela Davinson."

"Kalau begitu kamu tenang saja. Agam masih milikmu."

"Maksud papa gimana, aku gak bisa tenang pa, aku sudah dapat surat panggilan dari pengadilan pah."

"Kamu percaya papa kan, ikuti saja apa maunya Agam. Dia tidak akan meninggalkanmu Rey."

"Aduh pah aku gak ngerti maksud papa. dengan kami bercerai itu artinya Agam meninggalkanku pah."

"Agam masih milikmu Rey, dia tidak akan pernah meninggalkanmu. Kedekatannya dengan Bela hanya Rencananya. Dia mendekati Bela karena Bela adalah keturunan Davinson."

"Aku masih belum mengerti pah?"

"Yang membuat perusahaa Agam hampir hancur adalah David Davinson."

"Tidak mungkin pah, mereka bersahabat."

"Ya, Persahabtan murni mereka tercoreng oleh perbuatan curang David. Papa selalu curiga terhadap David. Bisnisnya selalu lancar. Tidak pernah sekalipun David mengalami kesusahan. Berbeda dengan Agam. Akhirnya Agampun menyadarinya."

"Apa papa yakin?" Reyna tidak langsung percaya dengan mertuanya, mengingat Agam sangat menghormati David dan tidak mungkin itu sandiwara belaka.

"Iya, papa yakin, Ini pasti rencana Agam. Dia pasti sudah merencanakannya secara matang."

"Jadi aku harus bagaiman pah?" Tanya Reyna yang masih bingung harus melakukan apa.

"Ikuti permainan Agam. Kita lihat apa yang agam lakukan setelah kalian Bercerai."

"Aku harus setuju dengan perceraian ini?"

"Iya, kamu harus mempermudah jalan Agam."

Reyna pun menyetujui usulan Dari Harun. Dia berharap apa yang di yakini Harun adalah kebenarannya.