Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Hak.
Aku kembali keruangan OB, jam menunjukan pukul 16,05 itu artinya sebentar lagi jam pulang kantor. Aku sedang membersihkan kaca bagian loby, bersama mbak Dewi.
"Kei, kita hari ini kebagian lembur." kata mbak Dewi sambil tangannya sibuk membersihkan kaca di sampingku.
"Ada jam lembur juga ya mbak?" tanyaku, karna selama satu Minggu lebih aku bekerja dikantor belum pernah mendapat jatah lembur.
"Ada, sebenarnya jatah lembur kamu kan udah berapa hari lalu waktu kamu izin sakit jadi diganti hari ini."
"Oh, begitu. Memang kalau lembur pulangnya jam berapa, mbak?" aku bertanya lagi karna aku benar-benar tidak tau.
"Jam 7 malam sudah pulang." kata mbak Dewi. Aku menganggukan kepala.
Tepat pukul 16.30 orang-orang mulai berkemas untuk pulang, aku segera menyelesaikan tugasku diruang loby agar tidak melihat mas Izham dan Mira, sudah pasti mereka pulang dan lewat disini. Sebisa mungkin aku ingin menghindari bahkan tak ingin bertemu kedua manusia itu lagi.
Beruntung aku sudah menjauh dari posisiku tadi, tepat seperti dugaan ku mereka terlihat jalan bersama keluar dari lift. Tangan mas Izham menggandeng tangan Mira, sesekali tangannya mengelus perut Mira yang sudah semakin besar. Ku pejamkan mata ku hirup udara yang seperti ada racun yang menyesakan dada, meski aku sendiri sudah menikah tetapi tetap saja ada rasa iri melihat kemesraan mereka. Sedang pernikahan ku sendiri tidak tau pernikahan seperti apa yang aku jalani, aku sendiri tidak tau seperti apa hatinya dan tujuan menikah denganku serius atau hanya akan membuang ku ditengah jalan seperti mantan suamiku dulu, terlebih saat tau bahwa aku tak sempurna.
"Apa kau akan tidur disini!" suara dingin itu menyadarkan ku dan sekaligus mengagetkanku.
"Tuan Ken.."
"Kenapa tidak berkemas pulang?"
"Aku ada lembur tuan, jadi tuan tidak perlu menunggu ku." kataku. Sekretaris Lee setia dibelakang tuan Ken, suamiku benar-benar dingin bukan? tanpa menjawab dia pergi begitu saja. Apalagi yang bisa ku harapkan, kembali ku buang nafas berat. Sempat terfikir aku harus menjadi wanita mandiri, maka ketika tuan Ken menceraikan ku dan mengusirku aku tidak perlu khawatir, masih punya tujuan hidup.
Rasanya lelah sekali apalagi harus lembur kerjaan, tinggal 30 menit lagi waktunya pulang. Aku harus berkemas, tinggal beberapa orang yang masih terlihat lembur sama sepertiku.
"Kei, ayo bersiap untuk pulang." mbak Dewi mengajakku untuk bersiap dan berganti pakaian, setelah berganti baju aku menyimpannya di loker khusus milik ku. Hanya mbak Dewi yang dekat denganku, meski banyak karyawan lain tetapi tak begitu akrab. Sayangnya rumahku dengan mbak Dewi berbeda arah terpaksa kami harus berpisah diparkiran depan.
"Kei hati-hati ya, kamu tunggu saja angkutan umum di halte depan sana biasanya jam segini masih ada yang lewat." kata mbak Dewi sambil memakai helmnya, mbak Dewi membawa kendaraan roda dua yaitu motor matic.
"Iya mbak. Mbak juga hati-hati ya, nggak usah ngebut-ngebut." mbak Dewi mengangguk dan menghidupkan mesin motornya berlalu pelan meninggalkan ku. Aku menyebrang jalan menuju halte yang ada tak jauh dari kantor. Kulihat sepi tak ada orang, memang kebanyakan yang bekerja di perusahaan mereka membawa kendaraan sendiri.
Angin berhembus kencang sepertinya akan turun hujan, kugosok-gosok telapak tangan yang mulai dingin. Rambut panjang yang ku urai terkena angin, kemeja tipis berwarna biru muda tak membuat tubuhku hangat aku tidak membawa jaket hawa dingin terasa sampai ketulang-tulang. Rok ketat hitam diatas lutut sering tersingkap terkena angin.
"Huft... kenapa sepi sekali, suasana mencekam. Huh, bagaimana ini! kenapa angkutan umum belum terlihat. Sebentar lagi turun hujan, ya Tuhan...."
"Auh,,," aku berteriak kaget, suara petir menggelegar, tak lama dibarengi hujan turun sangat deras. Tubuhku lemas, bagaimana aku bisa pulang. Mengharapkan suami datang menjemput itu mustahil, tidak mungkin tuan Ken mau menjemput ku. Hampir 30 menit aku duduk di halte tanpa seorang pun, tak ada angkutan umum yang lewat. Baju yang ku kenakan sudah basah karna hujan yang deras dengan angin yang kencang. Aku terus berdo'a semoga ada bantuan agar aku bisa pulang atau pergi dari tempat ini. Aku benar-benar sudah sangat kedinginan, ku rengkuh tubuhku sendiri.
Bip....
Mobil sport berhenti didepan ku, aku tak tau itu mobil siapa pandanganku sudah tidak fokus.
"Kei.."
"Tu,tuan Ken." bagaikan seperti mimpi tuan Ken yang turun dari mobil membuka payung dan menghampiriku.
"Ayo pulang." tuan Ken menuntunku untuk masuk kedalam mobil. Tapi aku tak langsung masuk.
"Tuan, baju ku basah."
"Kamu sudah kedinginan seperti ini dan masih memikirkan bajumu yang basah!" tuan Ken terlihat kesal. Karna takut aku langsung masuk kedalam mobil tak perduli kursi duduk mobil mahal itu akan ikut basah.
Setelah masuk, Ken langsung melajukan mobilnya. Baju yang basah membuatku menggigil kedinginan, Ken mengetahui itu tapi tak bisa berbuat banyak dia lupa tidak membawa jaket hanya memakai kaos saja.
Mobil berhenti di lampu merah.
"Bajumu basah semua, kamu tidak membawa jaket?"
"Tidak tuan." aku menjawab dengan gigi yang beradu karna menahan dingin, bibirku ikut bergetar.
'Ah, sial. Dia benar-benar terlihat sexy seperti itu. Aku tidak tahan untuk menikmati bibir itu lagi.' Ken mencuri pandang. Sulit menahan hasrat saat dekat dengan Kei, apalagi dalam keadaan sekarang. Baju yang dikenakan Kei basah kuyup sampai membuat lekuk tubuhnya semakin tercetak jelas, bayangan panas hadir sangat sulit untuk dikontrol.
"Kei.."
"Iya tu...mmm...." Ken yang tak tahan sudah menyerang bibir Kei, menikmati dan memperdalam ciuman. Tangan yang sudah terangkat didua bukit kembar milik Kei, Kei berusaha menyingkirkan tangan Ken.
"Kenapa?" saat ciuman dilepas Ken bertanya, kenapa Kei mencegah tangannya.
"Lihatlah kita dimana, bagaimana kalau ada yang memperhatikan kita." kata Kei.
"Aku ingin membantumu agar tidak terlalu kedinginan." kata Ken singkat. Ken malu untuk mengakui hasratnya.
'Benarkah begitu? heh, Kei kamu jangan berharap lebih! tuan Ken tidak akan punya perasaan lebih.' Aku tertunduk lesu, ku akui aku pun menikmati ciuman itu. Tetapi ucapan tuan Ken tadi sudah menghempaskan angan-anganku.
"Apa kamu memikirkan kata-kata ku tentang keinginan hadirnya malaikat kecil, apa kamu siap jika aku meminta hak ku?"
Deg... Aku langsung menoleh kearahnya. 'Untuk apa meminta hak jika tak ada cinta. Apa aku harus memberikan haknya?'. Akhirnya aku mengangguk ragu, jika aku menolak aku pasti berdosa karna itu salah satu kewajiban seorang istri untuk mengabdi dan menyerahkan seluruh jiwa raga. Untuk kedepannya aku sudah siap dengan resiko yang akan ku lalui.
Senyum tipis tercetak disudut bibir Ken, entah apa yang dirasa namun ada raut kesenangan.
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣