Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Diam Lebih Baik
Siang itu hujan turun dengan deras Ira pulang dengan menggunakan payung . Ia berjalan menuju tempat mobil angkutan umum mangkal sepeti biasa .
Dari arah belakang seorang teman pria tiba-tiba masuk dan merangkul Ira berjalan di sebelahnya dengan santai . "Eh eh ," Ira merasa canggung jantungnya berdegup kencang karena belum pernah berdekatan dengan seorang pria sedekat ini .
Teman pria itu tersenyum tipis tanpa bicara sedikitpun . Ira pun akhirnya hanya diam tanpa menolak karena posisi sedang hujan mencoba berpikir positif saja .
“Numpang sampai depan gak apa-apa kan !" akhirnya Temon bersuara selama perjalanan . "Oh ... Iya ... Gak apa-apa," sahut Ira dengan perasaan tidak nyaman karena tangan Temon tetap di bahunya membuatnya risih .
“Santai aja kali tidak usah grogi gitu ," kata Temon seolah tahu apa yang dirasakan Ira . "Siapa yang grogi ?" tanya Ira melirik Temon yang berada di sebelahnya .
Belum sampai angkot Temon berlari menuju mobil angkutan umum . “Eh , kok main kabur sih ," Ira ingin mengantar sampai ke mobil angkutan umum yang di tumpangi Temon namun sudah pergi duluan .
Ira berjalan menuju mobil angkutan umum jurusan ke desanya . Ia masuk dan duduk dengan nyaman , beberapa teman satu jurusan masuk ke dalam angkutan umum setelah sudah tidak ada lagi siswa naik , pak sopir menyalakan mobilnya dan melaju di jalan raya mengantar siswa pulang ke rumah masing-masing.
Selama perjalanan seperti biasa satu angkutan sama Kokoh siswa humoris . "Koh , kamu daftar saja jadi pelawak pasti terkenal seindonesia ," kata Sofi di sela tertawa karena candaan Kokoh .
"Tidak jadi artis saja aku sudah terkenal apalagi jadi artis semakin terkenal ," canda Kokoh . "Iya terkenal antar sekolah ," sahut Ira .
"Bukan antar sekolah lagi tapi sekampung ," kata Kokoh di barengi tawa seluruh orang yang ada di dalam angkutan umum . "Kamu bisa ngelawak dapat ide darimana ,Koh ?" tanya Ira ingin tahu .
"Kepo deh ," sambung Kokoh . "Halah gitu aja pakai rahasia segala , "Ira melengos .
"Ide selalu ada entah darimana saja asal jadi kata-kata ," jawab Kokoh . Ia sendiri juga heran kenapa bisa membuat lelucon tanpa mengarang dan itu tiba-tiba saja asal ceplos namun tidak membuat orang lain merasa tersinggung .
"Kokoh memang the best," celetuk seseorang dari belakang . "Yoi , terimakasih, terimakasih buat penggemar semua , aku cinta kalian emmuah ," kata Kokoh sambil cium jauh melambaikan tangan ke arah penumpang . Semua orang membalas secara bersama seperti paduan suara .
Mobil sampai di pertigaan Ira turun dan membuka payung . Ia berjalan seorang diri menuju rumah . Saat di daerah persawahan payung terbuka ke atas membuatnya basah kuyup . Suara petir menggelegar di angkasa , Ira terus melangkah tanpa rasa takut hingga tiba di rumah .
Setelah Ira berganti pakaian ia segera makan karena perutnya sudah perih . “Enak sekali ehhmm ," batinnya menikmati makan nasi sama ikan asin dan sambal sampai nambah dua kali .
"Wah , wah , lapar sekali ya sampai nambah banyak ," kata Yaman kakaknya muncul dari arah dapur . Ira yang sedang mengunyah tersenyum sambil mengangguk .
Yaman duduk di ruang tamu sambil melihat ke luar rumah . Hujan belum juga turun padahal sudah tidak ada petir . Jalanan tergenang air namun tidak sampai banjir karena jalannya turun jadi air langsung turun ke tempat lebih rendah .
Malam hari terjadi mati lampu , hujan tinggal sisa gerimis . Haryati menyalakan lilin dan meletakkan di ruang tamu dan dapur .
"Bu , masih ada gak lilinnya ?" tanya Ira mendekati ibunya ."Masih ini ," Haryati memberikan lilin kepada Ira .
"Tolong nyalakan aku tidak bisa ," kata Ira meminta tolong pada ibunya . Setelah itu Ira meletakkan lilin dikamarnya untuk menerangi kamar karena ia sedang belajar .
Ira tertidur setelah terasa mengantuk , ia tidak tahu kalau lampu sudah menyala sekitar pukul dua belas malam .
Pagi harinya Ira sudah siap berangkat . Seorang gadis remaja di depan rumah Ira mengajak berangkat bareng. Ira mengiyakan dengan begitu ia tidak merasa sendirian .
""Ira , tunggu aku sebentar , bareng ," teriak Ifa dari dalam rumah . Ira mengerutkan dahinya melihat ke arah depan rumah tetangga .
" Siapa dia kok kenal sama aku ?" batin Ira penasaran . Setelah beberapa menit Ifa keluar rumah sudah rapih dengan pakaian seragam dan tas dipunggungnya .“ Ayo berangkat ," ajak Ifa . Keduanya berjalan menuju sekolah dengan menaiki mobil angkutan umum .
Begitu sampai sekolah sudah terlambat lima menit ternyata bukan mereka saja , ada beberapa siswa yang terlambat mereka semua berlari mengitari halaman depan sekolah .
"Sekarang kamu kok sering terlambat ?" tanya Nina penasaran karena tidak biasanya Ira terlambat dan selalu tepat waktu .
Ira juga heran sekarang kok bisa terlambat . "Aku kesiangan ," jawab Ira bohong . Ia terlambat karena menunggu teman tetangga depan rumah .
“Ira terlambat kerana semalam mojok sama pacarnya ,“ celetuk Danang sambil tertawa senang , Ira langsung menoleh melihat Danang sedang tertawa sambil menjulurkan lidah ke arahnya .
Ira mengepalkan tangannya ke arah Danang seolah ingin melawan padahal sama halnya mengancam . Tapi Danang tidak terpengaruh ia sangat senang menggoda Ira yang pendiam .
Setiap hari selalu saja Ira yang selalu jadi bahan bercandaan Danang dan teman-temannya padahal Ira sendiri tidak pernah buat ulah atau bertingkah .
Tidak banyak yang dilakukan Ira , ia hanya ingin belajar dan belajar . Apapun kegiatan sekolah tidak selalu ia ikuti hanya beberapa saja yang disukai .
Apakah itu yang disebut buly tentu saja bisa karena mencemarkan harga diri , meskipun terkesan bercanda hal seperti itu sering membuat Ira semakin tertekan dan tidak merasa nyaman .
Semakin hari semakin santer dengan bercanda yang terkadang kelewat batas . Malu tentu saja yang membuat canda tidak pernah merasa bersalah bahkan meminta maaf saja tidak .
Setiap hari Ira menjadi sangat pendiam dan tidak banyak bicara , Nina sampai heran dengan perubahan sikap Ira yang semakin pendiam dan lebih senang diam di kelas ketika istirahat .
Temon teman usil sekarang pun tidak berani mengajak bercanda biasanya duduk di samping Ira dan mengajak bicara sebentar saja sekarang tidak sama sekali .
Ira merasa lega dan lebih tenang karena sudah tidak jadi bahan bercanda oleh Danang dan teman-temannya .
“Syukurlah mereka sudah tidak lagi bercandain aku , semoga saja selamanya tidak seperti kemaren , bosan rasanya dengar mereka selalu menghinaku terus menerus ," gumamnya sambil melirik ke teman-teman di belakang .
Semua teman-temannya saling bercanda dengan teman sebangku sedangkan Ira duduk sendirian di depan lebih tenang dan nyaman .
Namun ketika sedang membuat tugas dari seorang guru tiba-tiba teman pria duduk di sampingnya tanpa permisi membuat Ira terkejut langsung menoleh , dadanya bergemuruh .