Mantan Tapi Menikah? begitulah yang dirasakan oleh Aditya dan Syahira. Mantan terindah semasa SMA dulu bertemu kembali dalam sebuah perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka.
Namun, sialnya Aditya yang menyandang status pria playboy memiliki seorang kekasih saat sebelum dia menerima perjodohan dari orang tuanya. Kekasih yang Aditya pacari baru sebulan itu tak ingin melepaskan Aditya begitu saja.
Bagaimana Aditya menghadapi mantannya itu yang selalu mencoba merusak dan menganggu hubungannya dengan Syahira, setelah keduanya menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MTM 28
Siang hari, Aditya dan Syahira pergi bersama ke klinik kebidanan untuk memeriksa kandungan Syahira. Mereka duduk berdampingan di ruang tunggu, saling berpegangan tangan erat.
Aditya menatap istrinya dengan penuh perhatian dan cinta, ingin memastikan bahwa Syahira merasa tenang dan tidak khawatir. Tak lama kemudian, nama Syahira dipanggil oleh perawat.
Aditya segera menggenggam tangan Syahira erat-erat dan berbisik, "ayo, Sayang! Jangan takut, aku di sini untuk kamu." Syahira tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang dengan dukungan suaminya.
Di ruangan pemeriksaan, Aditya terus mendampingi Syahira saat dokter memeriksa kandungan istrinya. Syahira merasa tidak nyaman dengan alat ultrasonografi yang ditempelkan di perutnya, tetapi Aditya terus mengelus punggung istrinya untuk memberi rasa aman dan nyaman.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter memberi tahu mereka bahwa kandungan Syahira sehat dan perkembangannya sesuai dengan usia kehamilan. Aditya dan Syahira bersorak kecil, gembira mendengar kabar baik tersebut.
Mereka berpelukan erat, berbagi kebahagiaan mereka sebagai calon orang tua. Sebelum meninggalkan klinik, Aditya membeli buket bunga mawar merah sebagai tanda terima kasih dan cinta kepada istrinya.
Syahira tersenyum bahagia, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Aditya. Aku sangat beruntung memiliki suami seperti kamu," ucap Syahira dengan suara lirih. Aditya tersenyum lembut, memeluk istrinya erat-erat.
"Aku yang beruntung, Sayang. Kita akan menjalani ini bersama, selalu ada satu sama lain." Janji Aditya membuat Syahira semakin merasa yakin bahwa mereka akan menjadi orang tua yang hebat nantinya. Aditya dan Syahira memilih untuk kembali ke rumah sebelum malam.
...****************...
Dua hari kemudian....
Pagi-pagi sekali Aditya bergegas ke kantor setelah mendapat kabar dari Alex jika proposal miliknya telah di curi oleh seseorang.
"Adi, kenapa buru-buru?"Nyonya Daniah bertanya saat melihat sang anak yang berjalan dengan terburu-buru menuju pintu utama.
"Ada masalah di kantor, Ma. Aku titip Syahira,"
"Baik, hati-hati."
"Emmm,"singkat Aditya yang sudah keluar dan pergi menuju mobil yang terparkir di garasi rumah.
Mobil Yaris bewarna merah keluar dari halaman rumah mewah itu. Syahira melihatnya dari balkon kamar ingin sekali menemani sang suami. Tetapi, Aditya malah melarang Syahira untuk pergi. Aditya mengkhawatirkan kondisi sang istri.
Tiba di perusahaan, terlihat banyak staf karyawan yang lalu lalang di lobi. Mereka sendiri juga baru tiba di sana.
Di lantai kantor yang sibuk, kepanikan mulai menyebar di antara karyawan. Kabar tentang proposal yang hilang telah menciptakan suasana genting dan cemas. Setiap meja dipenuhi dengan tumpukan dokumen, berkas, dan catatan, mencerminkan upaya para karyawan mencari tahu apa yang terjadi.
Lantai beralaskan karpet abu-abu yang biasanya terjaga rapi, kini dipenuhi dengan berkas-berkas yang berserakan. Dinding kaca yang memisahkan ruang rapat menjadi saksi bisu kebingungan dan kekhawatiran yang terpancar dari wajah para karyawan. Seorang manajer dengan ekspresi marah berbicara dengan nada tinggi, tangan bergerak cepat untuk menggambarkan betapa seriusnya situasi ini. Setiap karyawan tampaknya berusaha keras untuk memberikan informasi yang mereka miliki, berharap dapat menemukan jejak pencuri proposal.
Di ruang sebelah, beberapa karyawan berbisik-bisik dengan nada khawatir, berbagi teori tentang apa yang mungkin terjadi dan siapa yang mungkin terlibat. Sementara itu, di sudut ruangan, ada seorang karyawan yang duduk di bawah meja, berusaha menemukan petunjuk dengan memeriksa komputer dan perangkat lain yang mungkin menjadi sumber kebocoran. Suasana di perusahaan tersebut menjadi begitu tegang dan gelisah, hampir seolah-olah setiap detik yang berlalu semakin menambah beban di pundak mereka.
Ketakutan akan kegagalan dan kemungkinan konsekuensi yang akan mereka hadapi membuat udara di ruangan tersebut terasa semakin berat dan menegangkan.
