Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Perjumpaan
************
Mata Kiran terlihat tidak berkedip menatap sosok
gagah yang kini sedang berdiri di hadapannya,
sedang menatapnya penuh cinta dan kerinduan
yang tidak bisa di sembunyikan nya.
"Tuan..mari saya antar keluar.!"
Sari mendekat kearah pria itu ingin membimbing
nya agar keluar ruangan.
"Kau boleh keluar sekarang.!"
Kiran segera menahan nya sambil kemudian
bangkit perlahan dengan tatapan tidak lepas
dari sosok di depannya. Sari menatap sekilas
kearah bos cantiknya itu dengan penuh tanda
tanya apalagi saat melihat reaksi Kiran saat ini.
Tapi kemudian dia mengangguk seraya berlalu
keluar ruangan.
"Apa kau tidak merindukan ku.?"
Senyum tipis terukir di bibir pria itu yang kini
merentangkan tangannya. Dengan derai air
mata Kiran melompat kedalam pelukan pria itu.
"Agraa... bagaimana kamu bisa ada di sini..!"
Tangis Kiran langsung pecah, keduanya saling
berpelukan erat dengan perasaan yang sama-
sama tidak terjabarkan, sangat kompleks.
"Dimana pun kamu berada aku pasti akan bisa
menemukanmu Nona Sashikirana.."
Desis pria itu yang tiada lain adalah Agra, dia
semakin mempererat pelukannya, menciumi
puncak kepala Kiran, menghirup aroma wangi
yang keluar dari rambutnya yang bisa membuat
jiwanya tenang seketika.
"Maafkan aku.. sungguh aku tidak bermaksud
meninggalkan mu begitu saja."
Lirih Kiran di tengah isak tangisnya sambil
menyusupkan wajahnya dalam rengkuhan
dada bidang suaminya itu. Ini seperti mimpi
bagi Kiran, laki-laki yang selama beberapa
hari ini tidak pernah lepas dari ingatannya
tiba-tiba saja ada di depan matanya.
"Tapi kenyataannya kau memang pergi tanpa
sepengetahuan ku Nona.."
"Itu bukan kemauanku.."
Kiran semakin menenggelamkan mukanya di
belahan dada bidang Agra yang menguarkan
aroma wangi maskulin yang sangat membuai
hingga membuat jiwa Kiran seakan melayang
tak menentu. Agra mencium kening Kiran cukup
lama, keduanya memejamkan mata mencoba meresapi segala rasa yang kini memenuhi jiwa mereka.
Setelah cukup lama menumpahkan air mata
nya Kiran menarik dirinya dari pelukan Agra,
keduanya kini saling pandang kuat berusaha
untuk menyampaikan rasa yang ada di hati
mereka. Tangan Agra bergerak menghapus
air mata di wajah Kiran yang masih terus
berjatuhan.
"Apa kau sengaja meninggalkan ku karena
ingin menghindari ku ?"
Suara Agra terdengar berat, tatapannya terasa
begitu menusuk hingga rasanya menembus
jantung Kiran membuat dia menggeleng kuat
dengan lelehan air mata yang terus saja keluar.
"Tidak sama sekali.! aku tidak bermaksud untuk
menghindari mu, semuanya di luar kehendak ku.!"
Lirih Kiran sambil menunduk. Agra mengangkat
wajah Kiran, keduanya kembali saling pandang
kuat, ada sorot mata kerinduan yang sama-sama
terpancar dari kedua bola mata mereka.
"Apa kau tahu, aku gila karena kehilanganmu.!
kau sudah merusak hariku Kiran.."
Hati Kiran bergetar hebat saat mendengar
ucapan Agra yang terkesan begitu dalam.
"Maaf aku tidak bisa menghubungi mu karena
tidak memiliki nomor kontak mu.!"
"Kau bisa menghubungi Badar.!"
"Aku sudah mencobanya, tapi tidak terhubung.
Aku sangat menyesali semua yang terjadi. Aku
bahkan belum pamit pada semua orang."
"Kau sudah membuat semua orang bingung
Kiran..kau pergi begitu saja..!"
Bisik Agra, mata mereka saling mengunci dan
bertaut dalam. Kiran tampak merasa sangat
bersalah mendengar penuturan Agra.
"Sekali lagi maaf.."
Lirih Kiran bergetar, tubuhnya kini mulai
tegang karena wajah Agra semakin mendekat. Bagaimana dia bisa tahan sekarang..laki-laki
yang selama tiga hari sudah menyiksa bathin
nya saat ini ada di hadapannya.
Agra membuka topi penutup wajah nya hingga
kini wajah tampan berkharisma itu terpampang
nyata di depan mata Kiran yang membuat hati
nya kembali bergetar hebat .
"Apa kau merindukan ku sayang.?"
Pertanyaan Agra membuat wajah Kiran bersemu
merah, hatinya semakin meronta saat mendengar
kata sayang yang terucap dari bibir laki-laki itu.
Apa yang ada di dalam hatinya saat ini, hingga
membuat jiwanya seakan sulit untuk di kontrol.
"Tidak..! a-aku hanya merasa bersalah karena
pergi darimu tanpa kejelasan.."
"Jangan bohong..aku tahu kau merindukan ku.!"
"Tidak, itu tidak benar.."
"Oya..? tapi aku melihatnya dengan jelas di matamu.!"
"Agra..itu tidak benar aa..!"
Dalam sekali gerakan Agra mengangkat tubuh
ramping Kiran di dudukkan diatas meja kerja
kemudian dia meraih pinggangnya, membelit
nya kuat hingga kini tubuh mereka merapat.
Jantung Kiran saat ini berpacu dengan kencang.
Matanya menatap dalam wajah tampan Agra
yang terlihat begitu sempurna.
Perlahan tangan Agra meraih dagu indah Kiran,
matanya kini sudah mengunci bibir ranum istri
nya itu yang sudah membuat jiwanya gelisah
selama beberapa hari ini.
"Kau sangat merindukan ku Kiran..karena aku
juga merasakannya.!"
Bisik Agra dengan suara sedikit serak, jantung
Kiran kian bergelombang. Belum juga dia dapat
menguasai dirinya, bibir Agra sudah menyergap bibirnya, ********** lembut dengan gerakan
yang sangat halus namun terkesan begitu kuat. Semakin lama ciuman itu semakin intens, Kiran
mulai membalas dengan sama panasnya
membuat Agra semakin menekan hingga
akhirnya ciumannya berubah liar dan memburu.
Tubuh Kiran lemas seketika, angannya langsung
melayang, laki-laki ini seolah memiliki magnet
kuat yang membuat dia tidak berdaya untuk
menolak segala perlakuannya. Dia juga tidak
ingin munafik, sesungguhnya dirinya pun sangat menginginkan sentuhan lembut suaminya ini.
Keduanya terhanyut dalam ciuman lembut dan
panas di penuhi oleh dorongan hasrat yang kini
mulai menguasai diri mereka. Ada keinginan
aneh yang kini mulai membakar aliran darah
Kiran, namun dia berusaha untuk menguasai
dirinya. Ciuman mereka terlepas sebentar
untuk mengambil oksigen kemudian berlanjut semakin panas dan membara.
Agra melepaskan pagutannya, namun kini bibir
nya mulai bergerilya ke tempat yang lebih intim.
Bibir Agra mulai turun memberikan sentuhan
lembut di sekitar leher jenjang Kiran membuat
darah Kiran semakin terbakar. Tanpa sadar
tangan nya meremas kuat rambut Agra karena
tidak tahan dengan dorongan hasrat yang kini
semakin menguasai dirinya. Namun di saat
aksi liar Agra semakin tidak terkendali Kiran
segera mendorong halus tubuh suaminya itu.
Keduanya saling pandang kuat dengan napas
yang masih memburu.
Agra kembali ******* lembut bibir Kiran sebelum
dia mengakhiri permainan panasnya.
"Kapan kau akan memberiku izin untuk memiliki
dirimu seutuhnya sayang..?"
Bisik Agra masih berusaha mengontrol dirinya.
Jemarinya mengusap lembut bibir merah Kiran
yang terlihat seksi dan menggairahkan akibat
aksinya tadi. Wajah Kiran sontak saja di penuhi semburat merah membuat Agra tidak tahan dia mencium pipi kemerahan itu bergantian, Kiran
kembali mendorong dada Agra sambil menutup
wajahnya dengan kedua tangannya. Rasa malu
kini sudah mengubur dirinya dalam-dalam.
Kenapa Agra harus bertanya begitu.??
"Agra.. sudah..! Ada yang ingin aku bicarakan
denganmu, serius.!"
Ucap Kiran, Agra tampak terdiam, menatap tajam
wajah Kiran yang terlihat serius.
"Baiklah..ayo kita bicara.! "
Agra memangku tubuh Kiran di bawa turun dari
atas meja, kemudian dia merapihkan pakaian
semi formal Kiran yang terlihat sedikit kusut
karena ulahnya barusan. Setelah itu dia meraih
tas milik Kiran di ujung meja, kemudian memakai kembali kacamata dan topinya.
Kiran hanya bisa melongo melihat apa yang di
lakukan oleh suaminya itu.
"Apa yang kau lakukan.?"
Tanya Kiran saat Agra menggengam tangan nya.
"Kita akan bicara sambil makan siang..!"
"Tapi satu jam lagi aku ada pertemuan..!"
"Kita akan langsung berangkat dari restauran.!"
"Agra tidak bisa begitu, aku..!"
"Kau perintahkan sekretaris mu untuk datang
menyusul kesana tepat waktu. "
Kiran hanya bisa menganga seraya mengikuti
langkah Agra keluar ruangan. Tiba di ruangan sekretaris, Lia dan Sari tampak menatap heran
kearah Kiran yang di tarik tangannya oleh Agra.
Ada apa ini, siapa pria dengan setelan preman
itu.? apa dia pria spesialnya bos baru mereka.?
Tapi.. kalau di lihat dari segi penampilan sangat
jauh berbeda dengan Tuan muda Wiranata yang
selalu terlihat rapi dan elegan.
Agra kembali menyembunyikan separuh muka
nya di balik topi dan kacamatanya. Dia terlihat
acuh dan santai, tidak peduli pada tatapan
ketertarikan dua sekretaris istrinya itu.
"Lia..saya akan keluar sekarang. Nanti kamu
langsung menyusul ke tempat pertemuan saja.
Saya tunggu di sana ya."
Titah Kiran sambil menatap tajam dua sekretaris
nya yang terlihat sedang mencuri pandang kearah Agra dengan tatapan yang begitu terpesona.
"Ohh.. ba-baik Bu.. nanti saya menyusul kesana."
Sahut Lia gugup sambil menunduk, namun dia
kembali mencuri pandang kearah Agra membuat
Kiran geram sendiri.
"Ingat Lia, jangan sampai telat.!"
Ketus Kiran kesal melihat dua sekretaris nya itu
seakan sudah melupakan tata krama.
"Baik Bu Kiran.."
Lia mengangguk meyakinkan, Agra tampak tidak
sabar dia kembali menarik tangan Kiran membuat
dua sekretaris itu semakin di buat melongo saat
melihat Agra menggandeng Kiran meninggalkan
ruangan lantai teratas di gedung itu.
"Siapa sih pria itu.?".
Gumam Lia dengan tatapan tidak lepas dari dua
sosok itu yang semakin menjauh.
"Entahlah..tapi yang jelas, pria itu sangat berbeda.
Dia laki-laki istimewa yang susah di temukan di
zaman sekarang ini.!"
Sahut Sari dengan mata berbinar.
"Kamu benar, sayang nya dia itu pria nya bos kita.! Ternyata selera Bu Kiran cukup nyentrik juga ya.."
"Sudah sudah..! kita harus tutup mulut sekarang.
Itu adalah urusan bos kita.!"
Debat Sari sambil kembali ke meja kerjanya.
Mereka berdua melanjutkan kesibukan nya
yang tadi sempat tertunda.
Sementara pasangan itu saat ini sudah ada di
dalam lift. Agra kembali menarik tubuh indah
istrinya itu ke dalam dekapan hangat nya.
"Agra..ini di dalam lift.."
Desis Kiran, dia berusaha untuk menarik dirinya
dari rengkuhan kuat suaminya itu.
"Lalu kenapa.? tidak ada orang lain di sini."
Sahut Agra semakin mempererat pelukannya.
Tidak ada lagi sanggahan dari mulut Kiran, dia
terdiam dalam dekapan Agra, menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya itu.
Peduli amat dengan dunia, yang dia tahu saat ini dirinya sangat bahagia bisa berada dalam pelukan hangat laki-laki ini. Jiwanya terasa begitu tentram
dan damai ada dalam perlindungannya. Berbagai
peristiwa mengerikan pernah mereka alami
bersama hingga jiwa keduanya kini seolah
sudah terikat dan terhubung satu sama lain.
Namun ketika dia ingat perjanjian kesepakatan
antara Ayahnya dengan Nathan hatinya tiba-tiba
menjadi resah.Tidak ! dia tidak ingin kebahagiaan
ini hilang begitu saja, dia sudah merasa nyaman
saat ini bersama dengan sosok pengawalnya ini
yang notabenenya adalah suaminya. Dia benar-
benar tidak peduli status Agra walau dia hanya
seorang bodyguard sekalipun.
Tiba di parkiran khusus...
Kiran menatap diam sebuah mobil sport mewah
keluaran terbaru yang telah terparkir di basement.
Supir pribadi ayahnya yang tadi pagi mengantar
nya tampak berdiri menunduk di dekat mobilnya.
"Ayo masuk.."
Agra membukakan pintu mobil itu sambil berdiri
santai dengan wajah datarnya. Alis Kiran bertaut.
"Mobil siapa ini.? kenapa kamu bisa memakai
nya.? kau tidak mencurinya kan.?"
Wajah Agra berubah geli, menatap gemas kearah
Kiran yang masih berdiri mematung.
"Apa aku punya tampang sebagai pencuri.?"
Kesalnya, Kiran tersenyum tipis, menatap lembut
wajah Agra yang terlihat memalingkan wajahnya.
Sebenarnya dia tidak bermaksud merendahkan
suaminya itu, tapi mobil mewah ini.? bahkan
keluarga nya pun tidak akan berani membeli
nya karena itu akan menguras keuangan nya.
"Maaf..aku tidak bermaksud begitu..!"
"Aku ini suamimu Kiran, apa kamu tidak percaya
padaku.?"
"Tidak, bukan begitu Agra.."
"Kalau begitu masuklah, jangan banyak tanya.!"
"Tapi mobil ini.."
"Kau ini cerewet sekali, aku meminjamnya.!"
Dengus Agra sambil kemudian mengangkat
tubuh Kiran yang terkejut sesaat, dengan hati-
hati Agra mendudukkan Kiran, tapi dia belum
beranjak, wajah dan tubuh nya kini merapat
di hadapan Kiran yang menjauhkan dirinya.
Kedua mata mereka saling menatap kuat.
"Kelihatannya kau sangat suka di paksa.!"
Desis Agra sambil mendekatkan bibirnya.
"Agra.. sudah hentikan, ini di tempat terbuka.!"
"Memang nya kenapa.? aku bebas melakukan
apapun padamu !"
"Agraa..aku mohon..eemhh..!"
Agra sudah membungkam bibir Kiran dengan
memagut nya lembut membuat Kiran terkejut
melebarkan matanya. Agra segera melepaskan
ciuman liarnya dengan tersenyum tipis sambil
kemudian melangkah santai menuju ke balik
kemudi. Pintu tertutup otomatis bersamaan
dengan mesin mobil yang mulai menyala.
Kiran menatap sekilas kearah Agra dengan
perasaan dongkol, namun pria itu tampak acuh
saja mulai melajukan mobil mewahnya.
------ ------
Kiran kembali di buat heran saat Agra membawa
dirinya ke sebuah restauran mewah yang ada di
pusat kota. Restauran yang hanya bisa di datangi
oleh kalangan berdompet tebal saja.
"Apa kita tidak salah datang..?"
Kiran melangkah ragu saat Agra menggandeng
nya dengan langkah tegap dan tenang.
"Tidak..! sekali-sekali datang ke tempat seperti
ini tidak ada salahnya kan.?"
"Tapi Agra..aku tidak ingin kau menghamburkan
uang hanya untuk mengisi perut seperti ini.!"
Agra menghentikan langkahnya, menatap datar
wajah cantik istrinya itu. Cintanya kini sudah
semakin tidak terukur melihat sikap sederhana
wanita itu.
"Panen kita kemarin lumayan mendapat banyak keuntungan.Tidak ada salahnya bukan kalau kita merayakan nya sekarang."
Kiran menatap wajah Agra dengan segudang
rasa penasaran atas kelanjutan informasi
tentang perkebunannya.
"Baiklah..kita akan membicarakan semuanya
sekarang.!"
Kiran kembali melangkah sambil bergandengan
tangan dengan Agra. Saat ini dia seakan lupa
terhadap segala kerumitan hidupnya. Bersama
dengan suaminya ini , semua beban hidup
seolah terangkat tanpa sisa.
"Silahkan Tuan..kami sudah menyiapkan semua
nya sesuai dengan pesanan anda."
Sambut manager restauran sambil membungkuk
dalam di hadapan Agra tidak berani mengangkat
wajah walau sedikit. Kiran hanya bisa menautkan
alis melihat sikap berlebihan manager restauran
itu. Keduanya masuk ke dalam ruang VVIP. Kiran hanya bisa terdiam saat melihat bermacam
hidangan telah tersedia di meja.
Keduanya duduk berdampingan menghadap
meja. Kiran menatap bingung semua makanan
yang ada di hadapannya.
"Aku sudah sangat lapar Kiran.."
Agra duduk tumpang kaki, menatap tajam wajah
Kiran yang baru menyadari kalau dirinya dari tadi
hanya terdiam saja.
"Maafkan aku Tuan Agra..tapi apa ini tidak
berlebihan.?"
"Nikmati saja apa yang ada di hadapan kita saat
ini, jangan banyak berpikir.!"
"Baiklah.. terserah kau saja.!"
Sahut Kiran dengan tersenyum kecut. Dia mulai
bergerak mengambil makanan di taruh di piring
Agra, setelah itu mendekatkan ke hadapan nya.
Tapi pria itu bergeming, Kiran melirik, menatap
wajah Agra yang kini sudah tidak tertutupi topi
lagi. Agra tampak balik menatap nya dengan
senyum penuh arti.
"Dasar manja..!"
Ketus Kiran mulai menyendok makanan itu
kemudian di dekatkan ke mulut Agra yang
langsung menerimanya dengan senyum puas.
Namun tidak lama kemudian dia makan sendiri
karena Kiran hanya sibuk saja menyuapi dirinya
tanpa ada makanan yang masuk ke perutnya.
Tiba-tiba manager restauran masuk dengan
wajah tidak enak, dia terlihat bingung. Saat ini
ada kegaduhan di luar ruangan.
"Ada apa di luar.?"
Tanya Agra dengan wajah yang berubah sangat
dingin, rahang tegas nya tampak mengeras.
"Ma-maaf Tuan..di..di luar ada Nona Mikhayla
memaksa ingin bertemu dengan anda..!"
Jawab manager restauran gugup. Rahang Agra
semakin mengeras, tangannya terkepal kuat.
Dia melirik sekilas kearah Kiran yang saat ini
juga sedang menatapnya curiga.
"Mikhayla, siapa dia.?"
Tanya Kiran dengan tatapan penuh tanda tanya.
Hatinya tiba-tiba saja tidak nyaman melihat Agra
tampak kesal saat ini..
***********
TBC....