Setelah tiba-tiba menyeberang, Li Tian dibantu oleh Sang Naga untuk dapat beradaptasi dan berlatih seni bela diri dan kultivasi. Li Tian akhirnya menjadi seorang ahli bela diri dan kultivator yang sangat kuat dan terkenal di seluruh negeri. Namun, kekuatan dan kemenangan Li Tian tidak selalu mudah diperoleh. Ia harus menghadapi banyak rintangan dan bahaya dalam perjalanan hidupnya. Namun, dengan keberanian, tekad, dan kemampuan yang dimilikinya, Li Tian selalu berhasil melewati setiap rintangan tersebut.
Di antara semua lawan yang pernah ia hadapi, ada satu orang yang menjadi musuh paling berat bagi Li Tian. Ia adalah seorang pemimpin kejahatan yang sangat jahat dan sulit ditaklukkan. Namun, dengan kekuatan dan keberanian yang dimilikinya, Li Tian akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya itu dan membawa keadilan bagi masyarakat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richieus El Velerira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 28
Beberapa tahun kemudian. Untuk ketujuh pedang naga yang berhasil Li Tian rebut kembali, ia memberikan pedang tersebut kepada tujuh muridnya, setelah menghilangkan kekuatan jahat dalam tujuh pedang tersebut.
Setelah memastikan bahwa pedang-pedang tersebut benar-benar bebas dari kekuatan jahat, Li Tian dengan hati-hati memberikan masing-masing pedang kepada murid-muridnya. Ia menekankan pentingnya untuk menjaga kekuatan pedang dan tidak membiarkannya jatuh ke tangan yang salah.
"Murid-muridku, ini adalah tujuh pedang naga yang berhasil saya rebut kembali dari tangan Xuan Chen dan telah dinetralkan kekuatan jahatnya. Ingatlah, kekuatan yang terkandung di dalam pedang ini sangatlah besar. Jangan pernah menggunakan kekuatan ini dengan sembrono atau untuk keperluan yang tidak benar. Pedang-pedang ini harus dijaga dengan baik dan hanya digunakan dalam keadaan yang darurat,” ucap Li Tian serius.
Murid-murid Li Tian mendengarkan dengan seksama menganggukkan kepala sebagai tanda pengertian. Mereka tahu betapa pentingnya tanggung jawab yang diberikan oleh guru mereka. Masing-masing murid menerima pedang dengan penuh hormat, merasa terhormat dan bersemangat untuk mengambil langkah selanjutnya dalam perjalanan mereka sebagai prajurit yang tangguh.
"Pedang-pedang ini memiliki sejarah dan kekuatan yang luar biasa. Hati-hatilah karena kekuatan besar juga datang dengan tanggung jawab besar. Anda harus menyalurkan kekuatan ini dengan bijak dan bertanggung jawab,” tegur Li Tian.
Setelah memberikan pedang kepada murid-muridnya, Li Tian melanjutkan pelajarannya. Mereka belajar tentang teknik dan strategi menggunakan pedang naga serta latihan fisik yang intens untuk meningkatkan kekuatan dan ketangkasan mereka.
Dalam beberapa bulan, murid-murid Li Tian semakin terampil dalam penggunaan pedang naga. Mereka telah melalui ujian yang sulit dan dapat memperlihatkan kemampuan mereka dalam mengendalikan kekuatan pedang dengan bijak. Li Tian sangat bangga melihat perkembangan mereka dan percaya bahwa mereka akan menjadi prajurit yang kuat dan pemberani.
Namun Li Tian juga menyadari bahwa perjuangan mereka belum berakhir. Pedang-pedang naga itu masih memiliki kekuatan luar biasa yang dapat menarik perhatian musuh. Oleh karena itu ia menyuruh murid-muridnya untuk tetap berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.
"Saudara-saudara, ini adalah awal dari perjalanan yang panjang. Pedang-pedang ini memberikan kita kekuatan untuk melawan kejahatan tapi juga meningkatkan tanggung jawab kita. Kita harus terus berlatih dan meningkatkan kemampuan kita sehingga dapat melindungi dan mendefinisikan kekuatan pedang ini dengan baik,” kata Li Tian penuh semangat.
Murid-murid Li Tian mengangguk mereka yakin bahwa dengan bimbingan Li Tian dan tekad mereka yang kuat mereka dapat menjadi prajurit yang tangguh dan mempergunakan kekuatan pedang naga dengan bijaksana. Dalam hati mereka, mereka bersumpah untuk menjaga pedang-pedang naga tersebut dengan baik dan menjadi penerus yang hebat bagi Li Tian.
Ketujuh murid yang Li Tian berikan pedang naga itu adalah:
Zhang Wei
Chen Mei
Wang Jing
Liu Hong
Zhao Lin
Li Hua
Liu Qiang
Setelah ketujuh pedang naga itu diberikan, Li Tian akhirnya kembali kepada dua istrinya, Qin Yu'er dan Mo Yu.
Li Tian telah lama meninggalkan Mo Yu dan Qin Yu'er untuk mencari dan melatih murid-muridnya. Ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika melihat murid-muridnya berhasil menguasai ilmu pedang yang hebat.
Namun, ketika kembali ke istana keluarganya, Li Tian merasa ada kekosongan dalam hatinya. Ia merindukan kehangatan dan cinta dari istri-istrinya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk mengakhiri kehidupan sebagai seorang guru pedang dan menghabiskan sisa hidupnya dengan Mo Yu dan Qin Yu'er.
Ketika Li Tian tiba di istana keluarga, ia disambut dengan sukacita oleh Mo Yu dan Qin Yu'er. Mereka merindukan kehadiran Li Tian selama ini dan sangat senang dapat melihatnya kembali. Ketiganya saling berpelukan dan air mata bahagia mengalir di antara mereka.
Li Tian memutuskan untuk menjalani sisa hidupnya dengan lebih santai dan damai. Ia tidak lagi sibuk melatih murid-muridnya atau berjuang melawan musuh. Yang ia inginkan hanyalah kebahagiaan bersama kedua istrinya.
Mereka menghabiskan waktu bersama dalam kebersamaan dan cinta. Li Tian belajar untuk menghargai setiap momen bersama keluarganya. Mereka pergi berjalan-jalan menikmati alam dan berbicara tentang masa lalu dan masa depan mereka.
Selama beberapa tahun, Li Tian hidup dengan penuh kedamaian. Ia tahu bahwa kesuksesan dan kehormatan yang ia dapatkan dari melatih murid-muridnya tidak sebanding dengan kebahagiaan yang ia rasakan bersama Mo Yu dan Qin Yu'er. Ia merasa beruntung memiliki dua wanita luar biasa dalam hidupnya.
Sayangnya, takdir memiliki rencananya sendiri. Suatu hari Li Tian jatuh sakit secara tiba-tiba dan kondisinya semakin memburuk. Mo Yu dan Qin Yu'er menjaga dan merawatnya dengan penuh cinta, tetapi tidak ada yang dapat dilakukan untuk menyembuhkannya.
Ketika akhir hidupnya semakin mendekat, Li Tian merasa damai dan puas. Ia tahu bahwa ia telah menjalani hidupnya dengan maksimal dan tidak memiliki penyesalan apa pun. Ia berterima kasih kepada Mo Yu dan Qin Yu'er atas cinta dan kesetiaan mereka sepanjang hidup ini.
Pada saat yang akhirnya tiba, Li Tian menghembuskan napas terakhirnya di antara kerinduan dan cinta dari kedua istrinya. Mo Yu dan Qin Yu'er merasa kehilangan yang mendalam, tetapi juga merasakan hadirnya kebahagiaan dan keberuntungan yang mereka bagikan dengan Li Tian.
Mereka berdua melanjutkan hidup mereka dengan mengenang kenangan indah bersama Li Tian. Meskipun kehilangan yang besar, mereka menghormati keputusan Li Tian untuk kembali kepada mereka. Mo Yu dan Qin Yu'er memilih untuk menjaga cinta dan kasih sayang yang Li Tian tinggalkan dan membawanya dalam hati mereka selamanya.
Mereka akan selalu mengingat Li Tian sebagai guru, suami, dan ayah yang sangat dicintai. Meskipun ia telah pergi, warisannya tetap hidup dalam bentuk cinta yang penuh kasih di antara mereka bertiga.
Beberapa ratus tahun kemudian.
Ketika Li Tian berpikir hidupnya telah berakhir, ia justru terlahir kembali seratus tahun kemudian setelah hari kematiannya. Setelah itu, ia melihat ketujuh muridnya yang mewarisi pedang naga, mereka telah memiliki sektenya masing-masing.
Li Tian merasa terkejut melihat ketujuh muridnya telah tumbuh menjadi tokoh-tokoh besar di dunia persilatan. Setiap sektenya memiliki reputasi yang tak tergoyahkan dan menjadi kekuatan yang disegani oleh banyak orang.
Murid pertamanya, Zhang Wei, telah menjadi pemimpin Sekte Pedang Angin. Dengan kepandaian pedangnya yang sempurna, Zhang Wei berhasil mengalahkan banyak musuh dan menjaga kedamaian di dunia persilatan. Dia dikenal sebagai penguasa angin yang tak terkalahkan.
Murid kedua, Wang Jing, memiliki keberanian yang luar biasa dan telah mendirikan Sekte Pedang Api. Dengan pedang berapi yang ia kuasai, Wang Jing telah menaklukkan berbagai iblis dan menegakkan kebenaran di dunia persilatan. Dia dijuluki sebagai penguasa api yang tak terkendali.
Murid ketiga, Chen Mei, telah menciptakan Sekte Pedang Es yang dikenal karena keahliannya dalam mengendalikan es. Pertempurannya yang elegan dan penuh keanggunan telah membuat banyak orang jatuh hati. Dia dijuluki sebagai penguasa es yang tak tergoyahkan.
Murid keempat, Liu Hong, mengembangkan Sekte Pedang Tanah dengan kepandaian bertarung yang tak tertandingi. Kekuatannya yang kukuh dan imbang membuat musuh-musuhnya gentar. Dia disebut sebagai penguasa tanah yang tak tergoyahkan.
Murid kelima, Zhao Lin, telah mencapai kesempurnaan dalam teknik pedangnya dan mendirikan Sekte Pedang Langit. Semua gerakannya begitu cepat sehingga tak ada siapa pun yang bisa melihatnya dengan jelas. Dia dikenal sebagai penguasa langit yang tak terlihat.
Murid keenam, Li Hua, telah menemukan keajaiban dalam ilmu pedang dan mendirikan Sekte Pedang Cahaya. Cahaya yang dipancarkan dari pedangnya bisa menembus kegelapan dan mengusir kejahatan. Dia dijuluki sebagai penguasa cahaya yang tak terbendung.
Murid ketujuh, Li Qiang, menyatu dengan alam dan menciptakan Sekte Pedang Alam. Dia memiliki kepekaan alam yang tinggi dan kekuatan yang tak terbatas. Dia dihormati sebagai penguasa alam yang tak terkalahkan.
Li Tian merasa bangga melihat prestasi ketujuh muridnya. Mereka telah menjunjung tinggi nilai-nilai yang diajarkan kepadanya dan menjadikan dunia persilatan menjadi lebih baik. Li Tian menyadari bahwa kelahiran kembali ini adalah kesempatan bagi dirinya untuk melanjutkan perjalanan dalam persilatan.
Dengan semangat baru, Li Tian memutuskan untuk mengembara sendiri tanpa membentuk sekte baru. Ia ingin mencari kebenaran sejati dan memperdalam pemahamannya tentang pedang.
Li Tian memulai perjalanan sendirian dengan membawa senjata dan perlengkapan yang diperlukannya. Dia berjalan melintasi dataran luas gunung-gunung yang tinggi dan hutan-hutan yang lebat. Setiap hari, dia berlatih pedangnya dengan tekun dan memperdalam pemahamannya tentang seni bela diri.
Selama perjalanan, Li Tian bertemu dengan berbagai macam orang dari berbagai latar belakang. Dia tidak hanya belajar dari para pejuang yang kuat tetapi juga dari tukang kayu yang bijaksana petani yang gigih dan bahkan anak-anak yang polos. Setiap pertemuan tersebut menginspirasi dan mengajarkan Li Tian sesuatu yang berbeda.
Suatu hari, Li Tian tiba di suatu desa yang terkenal karena sekte pedang yang terkenal. Dia memutuskan untuk mengunjungi sekte Pedang Surgawi tersebut dengan harapan dapat belajar lebih banyak tentang pedang. Namun, saat dia tiba di gerbang sekte, dia dihadang oleh seorang petarung yang tidak ramah.
"Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan di sini?" tanya petarung itu dengan suara kasar.
"Saya adalah Li Tian seorang pengembara yang mencari kebenaran sejati dan ingin memperdalam pemahaman saya tentang pedang,” jawab Li Tian dengan tegas.
"Kami tidak membutuhkan pengembara seperti kamu di sini. Pergilah!" Petarung itu menolak.
Meskipun ditolak, Li Tian tidak menyerah dan mengajukan permohonan sekali lagi. Kali ini dia menunjukkan keahliannya dalam pedang dan bertahan dengan gigih. Petarung itu terkesan dengan kegigihan dan ketekunan Li Tian sehingga dia membawa Li Tian ke dalam sekte untuk bertemu dengan pemimpinnya.
Begitu Li Tian bertemu dengan pemimpin sekte, dia menjelaskan maksud kedatangannya dengan tulus dan rendah hati. Pemimpin sekte melihat potensi yang dimiliki oleh Li Tian dan memutuskan untuk mengajarkannya rahasia pedang mereka.
Selama bertahun-tahun, Li Tian tinggal di sekte dan belajar dari para master pedang yang terkenal. Dia melatih tubuh dan pikirannya, mencermati setiap gerakan dan teknik pedang. Perlahan tapi pasti, Li Tian menjadi pedang yang tangguh dan bijaksana.
Namun, meskipun telah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang luar biasa, Li Tian merasa ada yang kurang dalam pertempurannya. Dia merasa ada aspek dalam seni bela diri yang belum dia pahami sepenuhnya.
Oleh karena itu, Li Tian memutuskan untuk meninggalkan sekte tersebut dan melanjutkan perjalanannya. Dia tahu bahwa dia hanya akan menemukan kebenaran sejati dan pemahaman yang lebih dalam dengan melanjutkan pencariannya sendiri.
Li Tian melanjutkan perjalanan sendirian, mengembara ke tempat-tempat yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Dia terus berlatih dan mengembangkan teknik pedangnya sambil tetap terbuka terhadap pelajaran yang dapat dia peroleh dari setiap orang yang dia temui.
Dengan kesabaran dan tekad yang kuat, Li Tian percaya bahwa suatu hari nanti ia akan menemukan kebenaran sejati dan menjadi pendekar pedang yang luar biasa. Dan dengan semangat ini memandu langkah-langkahnya, Li Tian melanjutkan perjalanannya di dunia yang luas dan penuh misteri ini.