🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Mobil berhenti disebelah kanan gerbang, Lee Ryder memarkir mobilnya dekat pintu masuk agar Morgan Evans bisa turun dengan mudah.
Morgan membuka pintu mobil tetapi Lee Ryder mencegahnya cepat.
''Tunggu !'', ucapnya.
Lee Ryder meraih tangan Morgan sehingga gadis itu tidak dapat membuka pintu mobil.
''Apa !?'', sahut Morgan melengos.
''Kau tidak berpamitan padaku ? Apa itu aturannya sekarang ?'', kata Lee Ryder.
''Apa harus aku berpamitan padamu ? Memangnya kamu siapa ?'', sahut Morgan merengut.
''Hai ! Anak kecil ! Jangan suka membantah ucapanku !'', kata Lee Ryder.
Lee Ryder menarik tangan Morgan hingga gadis itu terpaksa berbalik padanya.
''Auwh !? Sakit, Lee Ryder !'', sahut Morgan Evans merintih.
''Ayo, berpamitan padaku !'', perintah Lee Ryder.
''Aku tidak mau !'', sahut Morgan berontak.
''Ehk, kau tidak mau !? Aku ini atasanmu sekarang dan kamu wajib berpamitan padaku, apakah kamu tidak mengerti juga !?'', kata Lee Ryder.
''Bagaimana caranya aku harus berpamitan padamu ? Bersalaman ? Atau memelukmu ?'', sahut Morgan kesal.
''Seperti ini...'', jawab Lee Ryder.
Pria maskulin itu langsung menarik wajah Morgan Evans lalu mencium bibir gadis cantik itu mesra.
Ciuman Lee Ryder sangat dalam, membuat Morgan hanyut dalam setiap ciuman membara pria tampan itu.
Dia tidak mampu menolak ciuman Lee Ryder yang terus memburunya dan membalas ciuman-ciumannya.
CUP... CUP... CUP...
Keduanya saling berciuman mesra serta saling membalas ciuman masing-masing.
''Ahk...'', gumam Morgan Evans tersengal-sengal.
Lee Ryder yang melihat reaksi yang terjadi dari ciuman mereka semakin menambah intens ciuman mesranya. Dan langsung dibalas oleh Morgan Evans yang mulai menikmatinya.
''Hmmm...'', gumam Lee Ryder membalas ciuman Morgan yang agresif darinya.
Senyum membentuk kedua sudut bibir Lee Ryder, dia merasa menang hari itu.
''Kau suka ?'', bisik Lee Ryder disela-sela ciumannya.
''Ehk !?", Morgan tersadar.
Dia menjauh dari Lee Ryder seraya cepat-cepat membuka pintu mobil dan turun.
''Terimakasih atas tumpangannya pak sopir !'', seru Morgan.
Morgan menutup pintu mobil dengan keras sambil melambaikan tangannya ke arah Lee Ryder lalu berlari cepat menuju gedung sekolah.
Lee Ryder hanya duduk termenung memandangi Morgan Evans yang berlari pergi meninggalkannya duduk didalam mobil.
''Astaga !? Bagaimana bisa gadis nakal itu membodohiku ?'', ucap Lee Ryder.
Dia hanya tertawa kecil sembari menghidupkan mesin mobilnya melanjutkan kembali perjalanannya ke kantor.
''Dasar gadis jaman sekarang ! Tidak mengerti cara berpamitan yang benar !'', kata Lee Ryder meringis.
Mobil melaju cepat meninggalkan sekolah tempat Morgan Evans belajar sedangkan gadis bermata indah itu terlihat berlarian menuju kelasnya.
Seorang gadis seumuran dengannya lalu menyapanya ramah.
''Morgan ! Morgan Evans !'', panggil gadis itu.
Gadis pirang dengan dua kuncir di kepalanya sedang melambaikan tangannya ke arah Morgan Evans yang berhenti di area selasar sekolah.
Dia mendekati Morgan Evans dengan senyum tersungging di wajahnya.
''Natalia ? Kau sudah datang ? Tumben ?'', kata Morgan Evans heran.
''Ah, iya, iya... ! Hari ini aku diantar oleh ibuku ke sekolah dan aku sangat senang dia mau menyempatkan waktunya untukku'', sahut Natalia Chloe.
''Wow ! Ini menakjubkan sekali kedengarannya, Natalia !'', ucap Morgan senang.
Morgan Evans memeluk temannya karena ikut senang mendengar bahwa ibu Natalia akhirnya bersedia meluangkan waktunya untuk temannya itu.
''Aku ikut senang dan bahagia mendengarnya, Natalia !'', lanjut Morgan Evans tersenyum lebar.
''Aku juga begitu bahkan aku sangat bersyukur kalau ibuku mau melakukannya meski itu hal kecil tapi bagiku itu adalah kesempatan hebat bersama dengan ibuku'', kata Natalia Chloe.
''Benarkah ? Apakah kau sangat senang ?'', sahut Morgan Evans.
''Tentu saja, aku sangat senang dan aku berharap ibuku akan melakukannya setiap hari'', kata Natalia Chloe.
''Ha... Ha... Ha...'', Morgan tertawa lepas. ''Bagaimana kalau kamu mentraktir makan siang sebagai bentuk rasa syukur ?'', sambungnya.
''Apa tidak terbalik ? Seharusnya kamu yang memberiku hadiah atas berkat ini'', sahut Natalia Chloe.
''Berkat, ya !? Baiklah, aku akan mentraktirmu makan siang atas rasa syukur ini, hitung-hitung ini hadiah spesial untukmu !'', kata Morgan Evans.
Gadis itu lalu merangkul pundak Natalia Chloe sambil berjalan melewati selasar sekolah.
''Terimakasih, Morgan'', sahut Natalia Chloe.
''Kau suka ? Kenapa tidak kekasihmu saja yang mentraktirmu ? Aku ini temanmu bukan pacarmu, Natalia !?'', lanjut Morgan Evans.
''Hadeh..., kau selalu saja bercanda. Kapan aku punya kekasih ?'', sahut Natalia Chloe.
''Bukankah Lincoln itu pacarmu sekarang ?'', kata Morgan Evans.
''Lincoln ? Siapa dia ?'', tanya Natalia Chloe bingung.
''Anak kelas 12, namanya Bob Lincoln, kemarin kamu pergi bersamanya, kemana ?'', jawab Morgan.
''Oh, si Bob ? Dia bukan pacarku, kami hanya teman satu club renang, kemarin dia ikut pulang denganku karena mobil dia mogok'', sahut Natalia.
''Dia menumpang ? Astaga ! Lebih baik kamu menjauh saja darinya ! Daripada dia terus-terusan memanfaatkanmu'', kata Morgan.
''Tidak perlu secemas itu, dia anak baik, tidak seperti yang kamu bayangkan'', ucap Natalia.
''Kamu membelanya ?'', kata Morgan kaget. ''Apa jangan-jangan kamu jatuh cinta padanya ?'', sambungnya.
''Apa !? Kamu bisa saja, Morgan !'', jerit Natalia.
''Mengakulah, Natalia ! Kau pasti jatuh cinta pada Bob Lincoln !'', sahut Morgan terus menggoda Natalia.
Natalia Chloe tersipu malu seraya menundukkan pandangannya.
''Yah ! Dia malu ! Itu tandanya kamu jatuh cinta dengannya, Natalia !'', kata Morgan lagi.
''Berhentilah menggodaku, Morgan !'', sahut Natalia malu.
''Natalia jatuh cinta !!!'', teriak Morgan Evans sambil berlarian.
''Morgan ! Hentikan ! Nanti terdengar oleh yang lainnya !'', teriak Natalia merah padam.
''Natalia jatuh cinta ! Natalia jatuh cinta !'', teriak Morgan Evans berulang-ulang.
''Morgan Evans !!!'', sahut Natalia malu.
Natalia Chloe mengejar temannya itu yang berlari di depannya menuju ke dalam gedung sekolah.
Terdengar tawa Morgan Evans sepanjang jalan menuju ke arah kelas sedangkan Natalia Chloe berlari dibelakangnya.
Wajah kedua gadis muda itu sama-sama terlihat bahagia.
Berlarian asal sambil saling meledek menuju ke ruangan kelas.
BRAK !
Morgan Evans menubruk seseorang saat masuk ke kelas.
Rasa sakit menjalar di hidung Morgan ketika dia menubruk badan seseorang cukup keras.
''Auwh !?'', rintih Morgan Evans.
''Apa kau tidak pakai mata kalau berjalan, ya ?'', teriak suara seorang gadis.
Morgan Evans mendongakkan kepalanya ke atas dan dilihatnya seorang siswa laki-laki berdiri dihadapannya.
Menatapnya dingin tanpa ekspresi ketika Morgan Evans memandangnya.
''Oh, maaf !? Aku tidak sengaja...'', ucap Morgan Evans buru-buru.
''Hai ! Menyingkirlah darinya !'', teriak seorang gadis penuh emosi pada Morgan.
''Apa !?'', sahut Morgan.
Morgan Evans memalingkan muka ke arah gadis yang berteriak padanya lalu menatapnya cemberut.
''Siapa kamu ? Beraninya melarangku ?'', kata Morgan Evans sambil membelalakkan kedua matanya.
''Kau tidak mengenalku ? Aku satu kelas denganmu ! Apa kamu tidak melihatnya ?'', sahut gadis itu sewot.
''Apa peduliku ? Bukan urusanku untuk mengenalmu, perlu itu aku lakukan sedangkan fungsimu tidak ada artinya buatku disini !'', sahut Morgan Evans.
''Apa ! Berani sekali kamu berkata seperti itu ! Aku ketua kelas disini dan juga ketua organisasi siswa paling terutama di sekolah ini !'', kata gadis itu bersungut-sungut.
''Oh, iya !?'', jawab Morgan Evans sambil berkacak pinggang.
''Kau ? Dia berani sekali menentangku !'', kata gadis berambut coklat dengan ikat kepala warna pink.
''Kenapa ? Kamu marah ? Tidak terima ya kalau aku berani padamu ? Memang kamu nenekku yang harus aku takuti ?'', jawab Morgan Evans.
''A--apa !? N--nenek ? Dia... Dia memanggilku nenek ??? Coba !? Berani sekali dia...'', ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
''Yeee !!! Memangnya kamu siapa harus aku takuti ? Nenek !'', sahut Morgan nakal.
Gadis di depan Morgan terlihat semakin marah dan kesal ketika Morgan Evans terus-menerus meledeknya, hampir membuatnya menangis menahan emosi.