"Aku kira pernikahan ini seperti kisah di novel romansa yang sering aku baca. Berawal dari perjodohan dan berkahir dengan cinta sungguhan. Ternyata, aku salah." -Elyna Prameswa-
Menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya cinta sudah lumrah pada cerita fiksi novel romansa modern. Beda halnya dengan Elyna yang mengharapkan suaminya melihatnya sebentar saja. Jangan hanya menjadikannya bahan jinjingan ketika menghadiri acara penting perusahaan. Padahal, pada nyatanya dia terus diabaikan selama menikah dengan pria yang bernama Rifal Addhitama. Seorang suami yang mengharapkan wanita lain untuk kembali padanya. Bukankah itu sangat menyakitkan?
Akankah Elyna mampu mempertahankan rumah tangganya? Ataukah dia menyerah, memilih pasrah dan mengikhlaskan suaminya kembali ke pelukan wanita yang memang dia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Bahagia Yang Tak Bisa Diutarakan
Perkataan Elyna membuat Rifal tak dapat tidur. Kenapa dia merasa tidak rela Elyna diambil orang?
"Gua harus tahu siapa Fareeq itu." Rifal sudah bertekad ketika di Jakarta nanti dia akan menemui Fareeq. Dia bisa meminta bantuan Radit untuk bertemu dengan dokter tersebut.
Subuh menjelang, Elyna keluar kamar. Namun, suaminya masih terpejam dengan begitu damai. Dia tidak tega membangunkan. Elyna pun memilih untuk membersihkan badan dan bersiap menjalankan solat subuh.
Selesai solat subuh, Elyna keluar kamar. Dia melihat ke ruang tamu dan suaminya sudah terjaga. Masih duduk di sofa.
"Sudah bangun?" Rifal hanya berdehem. "Mau langsung dibuatkan kopi?"
Rifal malah menepuk sofa di samping dirinya. Menyuruh Elyna untuk duduk di sana. Elyna menghidupkan lampu. Dia menghampiri Rifal dan duduk di samping suaminya tersebut.
"Seorang teman boleh 'kan minta dipeluk?" Elyna menukikkan kedua alisnya. Wajah Rifal nampak memohon. "Dingin." Elyna tersenyum. Dia pun memeluk tubuh Rifal.
"Gimana? Udah hangat?"
"Belum." Elyna pun tertawa.
Semenjak semalam mengutarakan isi hatinya kepada Rifal, Elyna merasakan kelegaan yang tak terkira.. Semalam setelah menangis di pelukan Rifal, dia langsung melaksanakan sujud di sepertiga malam. Ada sebuah bisikan yang menenangkan dan membuat dirinya tidak terlalu dingin kepada Rifal. Dia mengadu kepada Tuhan, bahwa dia memang mencintai suaminya. Tuhan seakan menjawab ucapan Elyna. Tuhan menyuruh Elyna untuk bersabar dan terus berjuang.
Setelah meminum secangkir kopi, Rifal dan Elyna langsung meninggalkan kampung halaman Elyna. Sebelumnya Elyna dan Rifal pamit kepada ketua RT setempat.
"Ada yang ketinggalan gak?" Elyna menggeleng.
"Mas, kamu belum sarapan loh," ujar Elyna ketika memasang seatbelt.
"Nanti kita berhenti di jalan. Pasti banyak tukang makanan." Rifal menatap ke arah Elyna yang terlihat khawatir. "Saya gak apa-apa. Jangan khawatir." Usapan lembut Rifal berikan di ujung kepala Elyna.
Mobil pun melaju menjauhi kampung halaman Elyna. Tidak ada pembicaraan di antara keduanya hingga ada kedai soto daging yang menggugah selera.
"Kita sarapan di sini, ya." Elyna melihat ke arah kedai tersebut. Namun, dia tidak ingin sarapan soto. Dia ingin makan bubur.
"Mas, aku gak mau makan soto. Aku pengen makan bubur," tolak Elyna ketika suaminya membuka seat
belt.
"Saya ingin makan soto, El. Gak mau bubur." Rifal pun bersikukuh.
"Tapi, Mas--"
"Turun!" titah Rifal dengan wajah serius. "Istri harus menuruti perintah suami." Elyna merengutkan wajahnya dan mengikuti Rifal membuka seatbelt. Menghentakkan kakinya dan membuat Rifal terkekeh dalam hati.
Mereka duduk berdua dan Rifal sudah memesan dua mangkuk soto beserta nasi. Elyna masih terdiam dan wajahnya masih direngutkan.
"Jelek ih!" goda Rifal.
"Emang udah jelek, gak kaya mantan Mas yang bernama Key-"
Cup.
Rifal mengecup bibir Elyna di kedai soto tersebut. Di mana cukup ramai orang, dan kini mereka jadi sorotan. Rifal menatap Elyna dengan begitu dalam.
"Lanjutkan bicaranya supaya saya bisa cium bibir kamu lebih dalam lagi." Nyali Elyna pun ciut. Dia menggelengkan kepala dengan cepat.
"Silakan dinikmati," ujar pramusaji. Senyum pun tersungging di bibirnya. "Pasti pengantin baru, ya," tebaknya. "Mesra banget."
Wajah Elyna merah padam. Dia pun menunduk dalam. Beda halnya dengan Rifal yang sudah tersenyum. Dia pun menggenggam tangan Elyna dan menjawab pertanyaan pramusaji itu.
"Kami memang pengantin baru. Baru tiga bulan menikah." Elyna menganggap perkataan Rifal hanya sebatas kepura-puraan saja. Dia tidak terlalu mendengarkan.
Rifal sudah mengaduk soto pesanannya. Beda halnya dengan Elyna yang masih tak berselera.
"Makan dong," ujar Rifal. Elyna menggeleng pelan.
Rifal meraih mangkuk berisi soto. Menambahkan perasan jeruk nipis juga sambal. Dia mulai meniupi kuah soto yang masih panas. Kemudian, menyuapi Elyna. Istrinya malah terpaku. Apa dia tidak salah.
"Buka mulutnya, enak loh." Perlahan mulut Elyna pun terbuka dan rasa kuah sotonya segar. Apalagi jika ditambah sambal lagi.
"Mas, kurang pedas."
"Masih pagi, nanti sakit perut." Rifal dengan telaten menyuapi istrinya yang ternyata memiliki sifat manja. Rifal malah terlihat bahagia hingga soto miliknya diabaikan.
"Mas, Mas juga makan dong," ujar Elyna.
"Saya gak akan makan jika punya kamu belum habis." Rifal masih senang menyuapi istrinya. Ada kebahagiaan yang tak bisa dia katakan.
"Habis." Senyum pun melengkung di wajah Rifal. Elyna ikut tersenyum melihat suaminya sebahagia ini.
"Sekarang giliran Mas yang makan," kata Elyna dengan begitu lembut.
"Suapin." Tingkah Rifal bagai anak kecil dan membuat Elyna terkekeh kecil.
"Iya. Aku suapin."
...***To Be Continue***...
Komen dong ....
di sat orang2 yg kita sayang telah tiad
salam dari sang mantan /Smile//Smile/
dan menepati janji ny
tapi masalalujugamshbrersemayam i dah do hati kang Rifal.
dan sakit
jangan berhara kepada manusia klu tak ingin kecewa dan sakit../Sob//Sob//Sob/
melihat kaudan dia...