Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXVIII: Bebas dan Kejam
Kekacauan yang terjadi di gudang bawah tanah segera menyebar ke seluruh rumah. Polisi memenuhi setiap sudut, mencatat kerusakan dan mencari bukti. Luna, yang kini kehilangan potensi emosionalnya dan ikatan psikis-nya dengan Arion, hanya menangis tersedu-sedu, memeluk Arion seperti pelampung terakhir di lautan badai.
Kyra kembali. Ia berjalan menuruni tangga, wajahnya tenang, mengenakan jaket tebal. Ia memimpin Inspektur yang bingung itu ke Arion.
"Dia adalah Arion Dwiputra. Dia waliku. Kami telah disandera secara psikologis oleh ayah kandungku dan komplotannya," Kyra menjelaskan dengan suara dingin dan meyakinkan. Cincin 'K' di jarinya tampak seperti lambang kemenangan.
Kyra menyerahkan flash drive Bukti kepada Inspektur. "Ini adalah bukti kejahatan dan organisasi mereka, Tuan. Ini adalah alasan mengapa Ayah Kandungku datang kemari."
Inspektur itu menatap flash drive itu, lalu ke reruntuhan gudang, dan kemudian ke Luna yang menangis. Ia tahu ini bukan kasus rumah tangga biasa.
Setelah beberapa jam, polisi mengamankan rumah itu. Ayah Kandung Luna dan Danu telah melarikan diri, tetapi gudang itu adalah tempat kejadian perkara. Arion, Luna, dan Kyra dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan.
Proses interogasi sangat panjang dan melelahkan. Kyra, sebagai Pengawas, mengambil alih kendali cerita. Ia menceritakan kisah yang Arion dan Elara ciptakan: kisah tentang anak-anak yang diculik, trauma, dan Ikatan Mata sebagai kultus penculik yang kejam. Kyra mengalirkan detailnya dengan kepastian seorang manipulator, menggunakan tangisan Luna sesekali sebagai penekanan emosional.
Luna, tanpa Gelang dan tanpa kekuatan liar, adalah korban yang sempurna: rapuh, cantik, dan trauma.
Arion hanya mengonfirmasi cerita mereka, menambahkan lapisan logis dari seorang arsitek yang menemukan rahasia yang mengerikan. Ia menyembunyikan kebenamaran tentang potensi mereka, Pengawas, dan peran paksaannya sebagai Jangkar.
Setelah matahari terbit, mereka dibebaskan dan kembali ke rumah. Rumah itu kini disegel, tetapi mereka diizinkan tinggal di kamar mereka di lantai atas.
Saat mereka tiba di rumah, Luna segera menuju kamarnya. Kyra menahan Arion di ruang tengah yang berantakan.
"Kita sudah bebas, Kak," kata Kyra, suaranya dipenuhi kemenangan.
"Kita tidak bebas, Kyra. Kita telah menjadi target nomor satu dari Ikatan Mata dan Danu," balas Arion, merasa lelah dan pahit.
"Tapi sekarang kita punya perlindungan hukum. Dan Bukti itu sudah di tangan polisi. Itu yang Ibu inginkan," Kyra membalas. Ia menatap cincin 'K' di jarinya, lalu ke Arion. "Dan yang paling penting, Kakak tidak akan pergi. Aku sudah memutus Ikatan Luna. Sekarang, Aku adalah Jangkar Utama-mu."
Kyra mendekati Arion, melingkarkan lengannya di leher Arion. Pelukan itu kini adalah pernyataan kepemilikan.
"Luna sudah kehilangan kendali. Dia akan mencari jangkar baru di luar. Tapi aku tidak, Kak. Aku akan selalu mengawasimu. Kau milikku."
Arion menepis Kyra. "Aku bukan milik siapa-siapa, Kyra. Dan Luna tidak akan mencari jangkar baru. Dia akan hancur."
Arion mencari Luna. Ia menemukannya di kamar Luna, dikelilingi oleh bantal dan selimut. Luna tidak menangis. Ia hanya duduk diam, menatap pergelangan tangannya yang kosong.
"Luna," panggil Arion, berjalan mendekat.
Luna menoleh. Matanya kering, tetapi kini memancarkan sesuatu yang dingin dan asing—kebosanan total.
"Kau memutusnya," kata Luna, suaranya tanpa emosi. "Kau memutus ikatan yang membuatku kuat. Kau pikir kau membebaskanku? Kau membuatku menjadi kosong."
Ia menunjuk pergelangan tangannya. "Gelang itu bukan hanya penanda. Itu adalah wadah-ku. Wadah untuk emosi yang besar. Sekarang, aku tidak merasakan apa-apa. Tidak ada amarah, tidak ada cinta, tidak ada ketakutan. Aku bebas... tapi aku kejam."
"Luna, itu tidak benar. Kau hanya syok," Arion memohon.
Luna tertawa pelan. "Oh, aku tidak syok, Jangkar. Aku hanya sadar. Aku sadar kau berbohong padaku. Kau bilang kau mencintaiku hanya untuk memutus ikatan Ayah kandungku. Kau memilih Kyra. Kau memilih kebohongan."
Luna mengambil cincin 'L' yang patah dan melemparkannya ke lantai.
"Aku tidak butuh Ikatan Mata. Dan aku tidak butuh Jangkar yang Menipu," kata Luna.
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Arion, khawatir dengan ketenangan yang tiba-tiba ini.
"Aku akan mencari tahu bagaimana cara mengisi kekosongan ini," Luna menjawab, ia berdiri. "Aku bebas. Dan kebebasan yang kosong ini... terasa sangat menyenangkan. Aku tidak lagi terikat pada rumah ini."
Luna berjalan melewati Arion, menuju pintu. Ia menoleh ke Arion, senyumnya dingin.
"Kau dan Kyra. Nikmati saja sangkar kalian. Aku sudah bosan dengan permainan ini."
Luna meninggalkan kamar, meninggalkan Arion sendirian dengan ketenangan yang mengerikan. Luna tidak mencari Jangkar. Ia mencari dunia untuk dijadikan mainannya yang baru.
Arion menyadari bahwa ia telah memenangkan perang melawan Ikatan Mata, tetapi ia telah melepaskan sesuatu yang jauh lebih berbahaya ke dunia: Bidadari yang Bebas dan Kejam.