Melati berubah pendiam saat dia menemukan struk pembelian susu ibu hamil dari saku jas Revan, suaminya.
Saat itu juga dunia Melati seolah berhenti berputar, hatinya hancur tak berbentuk. Akankah Melati sanggup bertahan? Atau mahligai rumah tangganya bersama Revan akan berakhir. Dan fakta apa yang di sembunyikan Revan?
Bagi teman-teman pembaca baru, kalau belum tahu awal kisah cinta Revan Melati bisa ke aplikasi sebelah seru, bikin candu dan bikin gagal move on..🙏🏻🙏🏻
IG : raina.syifa32
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raina Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27
Revan terduduk lemas di depan pintu kaca yang menghubungkan kamar putrinya dengan kamar pribadinya, bahunya bergetar menahan rasa putus asa. Tangannya terus mengetuk pintu berulang kali dengan pelan agar tak mengganggu tidur putrinya.
"Sayang, buka pintunya, Mas mau jelasin semuanya. Kamu salah paham, Sayang. Dewi itu bukan istriku. Kamulah satu-satunya istriku dan wanita yang paling aku cintai," suaranya bergetar, penuh harap dan ketakutan kehilangan.
Namun, hanya keheningan yang membalas. Revan menundukkan kepala, napasnya memburu, mata merah menahan air mata yang hampir tumpah. Detik-detik itu terasa seperti siksaan. Tiba-tiba, ponselnya berdenting, membuatnya terkejut. Sebuah pesan masuk dari Melati: “Bisa berhenti ketuk-ketuk pintu nggak, Mas. Ganggu Ayana tidur.”
Jantung Revan semakin sesak. Dengan tangan gemetar, ia segera menghubungi nomor istrinya, berharap ada kesempatan untuk menjelaskan langsung. Tapi suara nada dering di ujung sana berubah menjadi suara operator yang memberitahu jika nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Revan menggenggam ponselnya erat-erat, wajahnya penuh kecewa yang tak tertahankan. Ia merasa seolah-olah dunia runtuh di sekelilingnya, sementara pintu itu tetap tertutup rapat, menahan segala kata dan penjelasan yang ingin ia sampaikan.
"Sepertinya percuma aku merayunya," gumam Revan pelan, bibirnya mengerucut sambil menatap kosong ke sudut ruangan. Dadanya sesekali naik turun, tanda gelisah menguasai pikirannya.
"Kalau terus maksa, bisa-bisa istriku pergi dari rumah." Dengan langkah berat, Revan berdiri lalu melangkah gontai ke balkon kamar. Tangannya menggenggam pagar besi yang dingin, matanya menatap langit malam yang pekat tanpa bintang. Udara panas dan lembab terasa menyesakkan, seperti beban yang tak kunjung hilang dari dadanya. Setelah beberapa saat, ia kembali masuk, mengambil benda yang selama ini sangat dijaga rapi agar istrinya tak menemukannya.
Jarinya akhirnya menemukan sebungkus rokok yang disembunyikan dengan cermat. Kembali ke balkon, Revan menghisap rokok itu pelan, lalu meniupkan asapnya perlahan hingga membentuk lingkaran kecil yang menghilang dalam kegelapan malam.
Revan menoleh ke pintu kamar putrinya yang masih bisa terlihat dari tempatnya berdiri. "Kalau aku tahu bakal begini, aku tak akan pernah menyembunyikan semuanya, siapa Dewi, bagaimana aku bertemu dan mengenalnya" gumamnya pelan, suara hampir tertelan di udara.
Tangannya menekuk, lalu meremas ujung lengan bajunya, tanda gelisah. Ia berharap, sang istri keluar dan mau bicara dengan kepala dingin.
Di kamar yang remang, Melati duduk terpaku di atas pembaringan. Tangannya mengepal erat, menutup telinga seolah ingin memblokir semua suara kasar yang baru saja terdengar. Air mata jatuh membasahi pipi, tak mampu ia bendung lagi. Jantungnya berdetak kencang, bergemuruh antara luka dan sakit hati yang terlalu dalam untuk diungkapkan. "Aku nggak tahu...apa aku bisahidup tanpamu, Mas," suaranya bergetar, nyaris terputus, "tapi kalau terus kamu bohong, main gila di belakang aku... apa aku sanggup bertahan?"
Ratapan pilu itu menggantung di udara, menggema tanpa jawaban. Pelan, Melati menoleh ke sebelah, tempat putrinya tertidur lelap.
***
Keesokan harinya, Melati bangun lebih awal, seperti biasa setelah sholat subuh, wanita itu akan membantu Sri asisten rumah tangganya, menyiapkan sarapan pagi.
Melati membuka pintu penghubung, matanya segera mencari sosok suaminya, Revan. Napasnya memburu ketika pikirannya melayang ke tempat yang tak diinginkan. “Kemana, ya, Mas Revan? Jangan-jangan dia lagi ketemu perempuan itu di Bandung,” gumam Melati sambil memaksakan senyum pahit yang bergetar di bibirnya.
Namun, di hidungnya tiba-tiba mengendap bau yang sangat ia benci, tajam dan menusuk. Aroma rokok. Perlahan, langkahnya menuju balkon, bau itu makin pekat menusuk indra penciumannya.
“Dasar laki-laki brengsek, pengkhianat, tukang selingkuh” desahnya lirih sambil melewati pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon.
Di sana, tubuh Revan meringkuk di sudut, wajahnya kusut seperti beban yang tak sanggup diungkapkan. Di sebelahnya, asbak penuh abu dan puntung rokok yang sudah habis. Melati menjatuhkan pandangannya ke tangan suaminya yang masih menggenggam bungkus rokok—kosong. Jantungnya berdegup kencang.
“Satu bungkus rokok habis dalam satu malam, Mas? Kenapa semua larangan aku selalu kamu langgar, enggak pernah kamu anggap serius?” Suaranya bergetar, penuh kecewa, tapi mencoba tetap tenang meski luka itu semakin dalam.
Tubuh Revan tiba-tiba menggeliat, bibirnya bergetar tanpa kendali. Matanya sesekali berkaca-kaca, seperti melawan gelombang perasaan yang bergemuruh di dalam dada. Melati menatapnya dengan mata membelalak, hati ikut mencelos melihat suaminya dalam keadaan yang begitu rapuh.
Revan tersentak, begitu melihat Melati berjongkok disisinya. Dia buru-buru duduk dan meraih tangan Melati, mencoba menahan guncangan hatinya.. "Sayang, akhirnya kamu keluar kamar juga," suaranya serak, hampir seperti permohonan. Melati meronta, menarik tangannya kuat-kuat.
"Lepas, Mas!" katanya dengan suara gemetar, campuran antara marah dan kecewa. Revan menggigit bibir, menatap tajam ke mata istrinya.
"Sayang, dengarkan aku, untuk kali ini saja" suaranya mulai bergetar, "Dewi... dia bukan istriku. Kami nggak punya apa-apa. Kedekatanku sama dia cuma karena kasihan, dan rasa bersalahku sama dia. Aku nggak sengaja menabrak suaminya... sampai tewas..."
Ada jeda hening yang begitu tebal, seolah beban pengakuan itu melumat ruang antara mereka. Tubuh Melati bergetar, campur aduk antara benci, sedih, dan bingung.
dari dulu kok melati trus yg nerima siksaan dan kjhtan,
Ini perempuan siapa lagi yang ganti nyulik Melati.
Kalau punya suami ganteng, mapan dan kaya banyak pelakor bersliweran pingin gantiin istri sah. Semoga Revan bisa nolong Melati dan anaknya. Kasihan......