NovelToon NovelToon
Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Epik Petualangan
Popularitas:918
Nilai: 5
Nama Author: Space Celestial

Menara yang Misterius yang sudah berdiri dan berfungsi sejak sangat lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Space Celestial, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Hari Kedua, Kelas Archer

Di hari berikutnya sofia mengikuti kelas Archer, dia mau melatih presisinya dalam Bidik atau Aim dan melempar.

Semua Regular sudah berkumpul pada pagi hari termasuk salah satu orang dari tim Shawn, Clara Sun. Clara merupakan penembak jitu tim Shawn, bidikannya mematikan saat meggunakan sniper dari jarak jauh meggunakan mana bullet membunuh monster.

Sofia mengingat kembali bagaimana Clara mensupport tim-nya dari belakang dan membantu mereka.

“Baiklah!”

Suara keras memecah lamunan mereka semua.

Dari sisi kanan lapangan, muncul sosok aneh.

Seorang pria tinggi, bertubuh ramping dan berotot, mengenakan jas lab putih yang tidak sesuai dengan suasana militer yang keras. Kacamata bulat di hidungnya bersinar saat terkena pantulan matahari, dan senyumnya... terlalu lebar untuk orang waras.

“Nama aku Professor Vance,” katanya, menyapu pandangannya ke seluruh Regular yang hadir. “Aku akan menjadi pengajar kalian di kelas ini... meskipun, yah, sejujurnya aku lebih suka disebut sebagai peneliti. Tapi jangan khawatir, aku sudah melempar tombak lebih lama dari umur kalian semua digabung.”

Beberapa Regular tertawa kecil. Beberapa lainnya tetap kaku.

Sofia hanya mengamati.

“Sekarang,” lanjut Vance sambil berjalan ke tepi bukit, “Ikuti aku.”

Mereka mengikuti.

Di ujung tebing itu, pemandangan yang terhampar begitu luas dan mencengangkan.

Di bawah sana, hamparan tanah kosong membentang sejauh mata memandang, dan di kejauhan, jauh, sangat jauh, terlihat siluet target-target kayu berdiri tegak. Tidak hanya satu atau dua, tapi puluhan. Dan yang mengejutkan... semua target itu berada sekitar dua kilometer dari posisi mereka sekarang.

“Aku ingin kalian masing-masing mengarahkan tombak kalian dan mengenai satu dari target itu,” kata Vance santai, seolah ia baru saja meminta mereka melempar batu ke kolam.

“Dua kilometer?” gumam salah satu Regular.

“Benar,” jawab Vance, tersenyum. “Oh, hampir lupa. Tidak ada kekuatan mana, tidak ada teknik skill, tidak ada buff, tidak ada bantuan sihir. Murni kekuatan otot, teknik melempar, dan... intuisi.”

Beberapa orang mulai mengeluh. Ada yang tertawa tidak percaya. Itu sudah tidak usah ditanyakan lagi bahwa mereka adalah Regular dari luar menara. Tapi tidak Sofia. Dia tetap diam. Fokus.

Vance melihat seseorang mengangkat tangannya.

"Ya Regular, apakah ada masalah?"

"Maaf, professor bukankah posisi Archer seharusnya memakai panah dan busur, kenapa kita menggunakan tombak ke target?"

Regular yang menanyakan pertanyaan tersebut merupakan manusia dari luar menara dan beberapa dari mereka di kelas Archer juga manusia dari planet bumi.

"Dia ada bernarnya juga."

"Archer bukannya menggunakan busur dan panah seperti permainan di MMO?"

"Itu betul kenapa kita memakai tombak untuk mengenai target?"

Para Regular dari luar menara berbicara dan mempertanyakan hal ini, tetapi Regular yang berasal dari luat menara tidak komplain karena mereka sudah tahu dan belajar sistem Archer saat mereka 5 tahun di TK.

"Baiklah, aku akan menjelaskan kalian ap arti dari posisi Archer."

Professor Vance melihat ke arah Regular yang bertanya kepada dia.

"Kau berasal dari luar menara bukan?"

Regular yang bertanya menganggukkan kepalanya.

"Aku sudah tahu beberapa Regular di kelas ini berasal dari luar menara... Maka aku akan menjelaskan kepada kalian tentang apa arti dari posisi Archer di menara."

Vance melihat beberapa Regular yang lahir di dalam menara.

"Kalian sudah mengetahui inti dam arti dari posisi Archer, tetapi aku akan menjelaskannya lagi di kelas ini agar Regular yang berasal dari luar menara mengerti apa dari kata Archer."

Regular yang berasal dari luar menara tidak komplain dan beberapa menganggukan kepala mereka, Vance melihat mereka tidak keberatan kemudian menjelaskan arti dari posisi Archer.

"Archer seperti yang semua orang ketahui membidik dan membunuh lawan dari jauh menggunakan panah dan busur, kalian mungkin sering melihat dan mendengarnya di permainan game MMO, itu memang benar dan tidak salah."

Vance menjelaskan dan mereka semua menyimak terutama para Regular dari luar menara.

"Tapi itu belum menjelaskan arti dari posisi Archer."

"Tenang, kita akan masuk lebih dalam tentang posisi Archer di menara."

Seorang Regular dari luar menara masih bingung tetapi Vance berkata kepadanya untuk sabar karena perkataan dia selanjutnya akan membuat mereka mengerti apa dari posisi Archer di menara.

"Archer secara pendek, merupakan konsep "Bidik" dan "Lempar". Contoh: Seorang pria menggunakan tombak seperti kalian, pria itu membidik targetnya lebih jauh dan melemparnya ke targetnya dari jauh lalu membunuhnya. Contoh kedua, seorang wanita melawan seorang pria, lalu wanita itu mengambil sebuah pisau dapur, dia membidik ke badan pria itu lalu saat dia sudah menentukan kekuatannya untuk melempar, lalu dia melempar pisau ke arah lawannya, melukai pria tersebut."

Vance melihat Regular dari luar menara yang menyerap kata-kata dia.

"You see, Archer bukan hanyalah menggunakan busur dan panah, Archer bisa menggunakan alat lain untuk melempar ke arah lawan menggunakan pisau, batu, tombak, tongkat, pedang dan benda lain, bukan hanya busur dan panah saja. Jika kalian semua terlalu mengandalkan busur dan anak panah maka kalian akan mati, tetapi meggunakan senjata jarak dekat seperti pisau, tombak, kapak, dan lain setidaknya kalian bisa melindungi diri kalian dan menggunakannya untuk membidik dan melempar ke arah lawan untuk dibunuh."

Para Regular dari luar menara berfikir tentang perkataan Professor Vance tentang posisi Archer di menara.

"Baiklah, karena saya sudah menjelaskan arti dari posisi Archer, kalian sekarang cobalah untuk melempar ke target. Jika kalian gagal cobalah lagi dan lari ke bawah untuk mengambil tombak kalian masing-masing lalu coba lagi dan lagi." Kata Vance.

Para Regular mulai mengambil posisi, satu per satu, masih dengan raut wajah penuh kebingungan dan tekanan. Beberapa tertawa canggung, mungkin mencoba menyembunyikan rasa malu yang perlahan muncul karena tahu mereka akan gagal. Yang lain menggenggam tombaknya terlalu erat, seolah berusaha menyerap kekuatan dari logam dingin yang mereka genggam.

Namun di tengah kerumunan itu, Sofia tetap diam.

Dia berdiri dengan tenang. Tatapannya lurus ke depan, menatap titik samar tempat target-target itu berada. Di dalam pikirannya, ia memutar kembali penjelasan Profesor Vance barusan.

“Bidik dan lempar.”

Itu saja intinya. Tidak lebih. Tidak kurang. Sederhana, namun kompleks. Ini bukan tentang senjata. Ini bukan tentang sihir atau teknologi. Ini tentang membaca angin, mengukur jarak, memperkirakan gravitasi, menimbang kekuatan tubuh dan kemampuan pengendalian otot. Semuanya adalah ilmu, dan ilmu adalah sesuatu yang bisa dipelajari.

Sofia memejamkan matanya sejenak. Ia mendengar detak jantungnya sendiri. Perlahan-lahan, ia menarik napas dalam.

Di sekelilingnya, para Regular mulai melempar satu demi satu.

Suara tombak menghantam tanah kosong.

Satu tombak meleset sejauh seratus meter dari target.

Tombak lain bahkan tak mencapai setengah dari jarak yang diminta.

Sebagian Regular tampak kesal, menyumpahi tombak mereka sendiri. Sebagian lagi hanya diam, berjalan menuruni tebing untuk mengambil kembali tombak mereka dan mereka semua adalah Regular penghuni menara. Beberapa bahkan sudah mulai menyerah, hanya berdiri dan menatap kosong ke kejauhan, seolah jarak dua kilometer itu adalah lelucon kejam dari langit.

Tapi Sofia belum melempar.

Dia berjongkok pelan. Tangannya menyentuh tanah, merasakan tekstur debu yang tertiup angin. Ia mengambil sedikit, menggosoknya di ujung jarinya, lalu melepaskannya ke udara untuk melihat arah angin. Angin berhembus dari kiri ke kanan. Tidak terlalu kencang. Mungkin cukup untuk menggeser jalur lemparan sejauh beberapa meter kalau ia tidak mengatur sudut dengan benar.

Dia berdiri kembali, lalu memeriksa tombaknya. Panjangnya kira-kira dua meter, terbuat dari campuran baja ringan dan bahan tak dikenal dari dalam menara. Beratnya... cukup bisa dikendalikan jika dia melempar dengan seluruh kekuatan tubuhnya dan bukan hanya mengandalkan lengan.

Ia mulai menarik napas panjang. Tangannya menggenggam bagian tengah tombak dengan mantap. Kakinya sedikit terbuka, posisi bahu sejajar. Ia memutar tubuhnya sedikit, menarik lengan ke belakang—semua gerakan dilakukan dengan perlahan, terkendali. Tidak terburu-buru.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik...

Tiba-tiba, dia melempar.

Tombak itu melesat ke udara dengan suara swoosh! yang keras. Semua Regular di sekitarnya langsung menoleh. Mata mereka mengikuti lintasan lengkung tombak yang seakan menembus langit biru cerah, naik... lalu mulai turun. Jatuh perlahan seperti panah dari langit.

Dan kemudian—

DOOG!

Tombak itu menancap di salah satu target kayu.

Tepat di pusatnya.

Hening.

Seluruh tebing mendadak sunyi. Bahkan angin pun terasa berhenti berhembus. Tatapan puluhan pasang mata kini terfokus pada Sofia.

Vance menaikkan alisnya. Ia sempat tersenyum samar.

“Menarik,” gumamnya.

Sofia menurunkan lengannya perlahan. Ia tidak terlihat sombong, tidak ada senyum kemenangan, tidak ada ekspresi puas. Dia hanya diam, seperti seseorang yang baru saja mengerjakan soal ujian matematika yang panjang—dan tahu bahwa jawabannya benar. Baginya, ini adalah proses belajar. Bukan ajang pamer.

“Regular,” panggil Vance. Suaranya tenang tapi tajam. “Namamu?”

“Sofia Carson.”

Beberapa Regular langsung membisikkan nama itu, saling menatap. Beberapa tampak mengingat sesuatu. Mereka tahu Sofia bukan orang sembarangan. Banyak yang mulai sadar, bahwa gadis itu bukan hanya sekadar seorang pemula dengan wajah cantik. Dia adalah seseorang yang mampu berpikir.

“Sofia Carson,” ulang Vance. “Kau berhasil mengenai target pada lemparan pertama. Tanpa mana. Tanpa teknik. Itu bukan keberuntungan. Itu perhitungan. Bagus.”

Sofia hanya mengangguk kecil.

Vance lalu menoleh pada siswa lainnya. “Lihat dan pelajari. Posisi Archer bukan tentang senjata apa yang kalian pakai. Ini tentang bagaimana kalian menggunakan tubuh dan akal kalian untuk membidik. Bahkan jika kalian memakai sendok logam sekalipun, jika kalian tahu bagaimana membidik dan melemparnya, kalian adalah Archer. Mengerti?”

Semua Regular mengangguk, kali ini lebih serius. Tidak ada lagi tawa atau komentar sinis. Yang ada hanya rasa penasaran... dan tekanan.

Salah satu Regular dari luar menara, seorang pria dengan rambut coklat pendek dan mata tajam, maju ke depan. “Aku mau mencoba lagi,” katanya.

Vance tersenyum.

“Silakan. Ambil tombakmu. Lalu cobalah.”

Waktu berjalan lambat. Satu demi satu para Regular mulai mencoba lagi. Kali ini lebih hati-hati. Mereka mulai memperhitungkan arah angin seperti yang dilakukan Sofia. Mereka mulai menyesuaikan postur tubuh dan memikirkan sudut lemparan.

Sebagian masih gagal. Tapi lemparan mereka mulai lebih jauh dari sebelumnya. Beberapa bahkan nyaris mengenai target. Dan beberapa, setelah berkali-kali mencoba, akhirnya berhasil menancapkan tombak mereka ke kayu, meski bukan di tengah.

Sementara itu, Sofia sudah berlari turun ke bawah berkali-kali. Dia mengambil kembali tombaknya dari target yang ia kenai. Tangannya mengelus batang tombak yang dingin. Ia menatap ke sekeliling, melihat tanah lapang yang luas itu.

[Stamina meningkat sebesar 1.]

[Speed meningkat sebesar 1.]

Sofia mendapatkan banyak peningkatan dari stamina dan speed, Regular lain yang lari ke bawah dan melakukan lemparan berkali-kali mayoritas adalah Regular penghuni menara karena mereka tahu selain melempar tombak untuk melatih bidikan dan lemparan, lari ka bawah dan lalu ke atas lagi akan meningkatkan stamina dan speed sendiri.

Sofia bisa mengenai target dengan mudah karena di kehidupan sebelumnya dia melatih bidikan dan lemparan oleh Kaisar Romulus, Founder dan Leader Rome Guild.

Sofia meggunakan pilum, senjata lempar milik Roma. Sofia meggunakan pilum berkalu-kali ke target, itu melatih bidikan dan lemparan dan terutama fokus. Sofia dapat mengenai dan membunuh target dari jauh karena di bawah ajaran gurunya, Romulus.

Sofia berlari kembali ke area latihan kelae Archer dengan tombak-nya dan kemudian membidik dan melempar ke target.

Besoknya dia akan mengikuti pelajaran posisi ketiga, Scout.

1
Ayari Khana
Terpana😍
Android 17
Sangat kreatif
【Full】Fairy Tail
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!