Takdirku Turun Ranjang Dengan Suami Kakak Ku

Iren yang menyadari keberadaan Sigit spontan membuat jantung nya nyeri dan ingin copot dari tempat nya.

" kakak...kakak ngapain kesini?" tanya Iren dengan perasaan yang gelisah.

" Menurut kamu aku harus kemana lagi" jawab Sigit ketus

" Maksud kakak apa,? tanya Iren kembali yang tidak mengerti kenapa Sigit harus berada di kamar nya

" ya aku mau tidur lah, aku capek, dan butuh waktu istrahat, kamu siapin diri, besok lusa kita akan pulang ke singapure, banyak kerjaan yang sudah menumpuk dan harus segera di selesaikan, kamu gak usah berfikir macam macam, aku hanya sebatas menghargai kamu, dan aku hanya akan memberi nafkah lahir kepadamu, lebih dari situ kamu gak usah berharap lebih." jawab Sigit penuh dengan kekesalan.

" Siapa juga yang mau mengharap lebih, justru ini yang ku ingin kan, jadi aku gak harus melakukan tugas seorang istri sepenuh nya. ya kali aku harus melayani suami dari kakak ku" jawab Iren ketus, membuat Sigit merasa emosi mendengar jawaban Iren.

"Jaga ucapan kamu, jangan pernah bawa bawa Alm kakak kamu ke dalam masalah kamu, kalau bukan gara gara kamu yang terlalu ambisi dengan lelaki brengsek seperti pacar kamu, tasya pasti akan belum mati dan kamu gak akan pernah ada di posisi ini. kalau kamu tidak suka, kenapa kamu setuju untuk menikah dengan ku hahh,,, jika aku masih mendengar ucapan sampah yang keluar dari mulut mu, bahkan sekali lagi saja, aku gak akan segan segan berbuat kasar padamu." ucap Sigit kasar, membuat Iren merasa terkejut dan takut.

Air mata Iren mengalir deras mendengar ucapan Sigit, Iren tidak menyangka, Sigit yang dulu ia kenal sungguh berbeda dengan sekarang, Iren berlari ke kamar mandi, karna ia sudah tidak tahan menahan sesak di dadak nya, Iren menghidup kan air keran di kamar mandi nya, Agar sigit tidak mendengar suara tangisan nya.

" Dasar cengeng, dia yang salah dia yang menangis" ucap Sigit seakan akan tidak peduli.

Tidak menunggu lama Sigit pun memutuskan untuk tidur siang, ia merasa sangat lelah, sejak kematian Istri nya, tidur nya tidak pernah nyenyak dan teratur.

Iren masih saja menangisi dirinya, ia merasa takdir sedang mempermainkan hidupnya, lagi lagi dia merasa tuhan tidak adil kepadanya, bagaimana bisa ia akan menjalani hidup dengan lelaki yang tidak ia cintai, yang bersikap kasar dan cuek kepadanya bahkan nanti jauh dari orang tua nya.

Semakin lama ia merasa semakin lelah, hingga suara tangisan nya yang nyaris sudah tidak terdengar,tidak menunggu lama Iren pun terlelap dengan wajah yang sembab dan memprinhatinkan itu.

Sigit terbangun mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar Iren. dia meraih telfon genggam miliknya, betapa terkejut nya dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 20.00

" Astaga kok bisa aku tidur selama ini, " ucap Sigit lalu bergegas membuka pintu, untuk melihat siapa yang sedang mengganggu tidur nya.

Tampak sosok seorang wanita seumuran dengan Mertua nya, bukan lain ia lah bik inah pembantu dari mertua nya

" Maaf saya telah mengganggu tidur tuan, nyonya menyuruh saya untuk memanggil tuan dan non Iren untuk makan malam, mereka sudah menunggu tuan dan non Iren di meja makan." ucap bi Inah

Sigit mencari Iren di sekililing kamar nya, dan ia tidak dapat melihat keberadaan Iren disana.

" Apa masih di kamar mandi " tanya Sigit dalam hati nya.

"gak pa pa kok bik, bilang ke mama Saya dan Iren akan segera turun" jawab Sigit

"Baik tuan" jawab Inah lalu pergi meninggalkan Sigit

Sigit pun segera mencari keberadaan Iren di kamar mandi

Tokkk...tokk.... Tokk,,,tok,,,, ( Mengetuk pintu)

" Iren apa kamu di dalam"

tokkk,,,tokkk,,, tokkk

" Iren,, buka pintu nya,," ucap Sigit

Iren yang menyadari ada suara memanggil namanya, lekas segera bangun, spontan Iren merasa terkejut melihat sekeliling nya dan bertanya, kenapa ia bisa tertidur di dalam kamar mandi nya.