**Ini adalah sekuel terakhir dari "Jatuh Cinta Sama Duda"
#follow ig author ya @dydyailee536 disana ada visual semua tokoh, hehehe
Tampan, kaya, mempesona, dan digilai banyak wanita adalah deskripsi dari sosok Brian Arga Putra Dirgantara, putra seorang konglomerat ternama. Tidak perlu kerja keras, karena sejak dilahirkan ke dunia, Brian sudah digariskan menjadi orang kaya.
Dengan ketampanan dan kekayaan yang dimilikinya, Brian dapat dengan mudah menaklukkan hati para wanita. Tak jarang pula Brian membuat hati wanita-wanita itu patah.
Sikapnya itu akhirnya membuat Brian harus mendapat hukuman dari orang tuanya. Hukuman itu mereka berikan karena mereka ingin Brian menjadi pribadi yang dewasa dan menemukan cinta sejatinya, cinta yang tak memandang kekayaan Brian.
Kira-kira apa hukuman yang akan Brian terima?? Dan berhasilkah Brian mendapatkan cinta sejati yg tulus??
Yukkkk kepoin serunya kisah Brian yang mengharu biru dan kocak, hehehehe....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dydy_ailee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH- 26 Berubah!
Setibanya di kampus, semua mata menatap Brian dengan sinis. Ada perasaan aneh dan risih di dalam hati Brian saat semua orang menatapnya seperti itu. Karena biasanya semua orang menatapnya penuh rasa kagum namun kini justru sebaliknya.
"Dasar miskin!"
"Mau gaya kok ngutang!"
"Belagu tapi kere!"
Begitulah suara sumbang yang Brian dengar sepanjang jalan ia menuju kelasnya. Begitu sampai di kelas, semua teman sekelasnya menyoraki Brian dan kembali melempari Brian dengan bola-bola kertas. Brian merasa geram, tangannya mengepal dan rahangnya mengeras.
"Stop! I've had enough of you judging me." Ucapnya dengan penuh penekanan.
"You're all stupid! judging people by material things better we compete with the brain. Not with money!" sambung Brian yang kembali mempertegas ucapannya.
"Apa ada yang salah dengan diriku? Hah? Pengecut kalian semua. Oke, aku memang pura-pura kaya tapi aku masih punya otak yang bisa diandalkan. Jadi, berhenti menghujat dan membullyku!" ucap Brian dengan tegas. Tatapan nyalangnya, membuat se-isi kelas menjadi terdiam seketika. Ghea yang baru saja tiba dan masih berdiri diambang pintu, suka dengan ketegasan Brian kali ini. Ia juga merasa salut karena akhirnya Brian mengakui kekurangannya.
"Pagi-pagi udah ramai aja nih," celetuk Ghea seraya duduk di bangkunya.
"Tuh, siapa yang udah buat kotor kelas, buruan dibersihin sebelum dosen datang," sambungnya. Tanpa banyak bicara, semua yang telah membuat ulah, segera membersihkan kerusuhan yang telah mereka buat pagi itu. Ghea membulatkan jarinya membentuk huruf O ke arah Brian. Brian memberikan senyuman sekilas untuk Ghea.
Dan pagi itu pelajaran di mulai, kali ini Brian tampak lebih serius dari biasanya. Ia ingin membuktikan, bahwa ia bukan sekedar tampan saja tapi mempunyai otak yang cerdas. Beberapa pertanyaan dan diskusi yang disampaikan oleh dosen, dibabat habis oleh Brian. Membuat se-isi kelas bungkam dengan kecerdasan Brian, begitu pula dengan Ghea. Apalagi soal bahasa Inggris, sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Dosen pun puas dengan pemikiran kritis dan sikap Brian yang aktif, lebih menyenangkan jika dibandingkan dengan beberapa hari yang lalu.
Jam kuliah selesai, saatnya istirahat. Saat jam istirahat, Brian memilih keluar begitu saja dan lebih memilih menyendiri. Ghea memperhatikan sikap Brian yang hari ini berubah. Sosok tengil, slengekan dan sombong, kini tidak lagi terlihat di mata Ghea.
"Eh, si Brian beneran kesambet ya. Tapi dia keren," ucap Roni.
"Iya sejak di bully kemarin, dia jadi diem. Tapi dia emang pintar. Dan dia pasti sebelumnya juga bener kuliah di London. Dia nggak pura-pura kaya tapi emang kaya tapi ya emang lagi bangkrut bisnis keluarganya," imbuh Lula dengan analisanya.
"Hmmm... Apapun itu gue nggak peduli sih. Dia mau beneran kaya atau emang beneran dari London, nggak ada untungnya buat gue juga, Lula. Yang bikin gue kesel, gue nggak suka cara Raymond dan Fiona membully orang seperti itu. Mereka itu emang bener-bener keterlaluan banget sih. Jadi apa yang gue lakuin ke Brian, sama kayak yang gue lakuin ke kalian."
"Iya-iya, Ghe. Gue ngerti kok. Lagian anti banget sih sama cowo. Lo normal kan?" goda Roni. Mendengar ucapan Roni, Ghea menatap tajam Roni sambil menunjukkan kepalan tangannya.
"Tinggal pilih aja. Mau rumah sakit atau kuburan?"
"Hehehehe... Tenang, Ghe. Mending kita ke kantin sambil obrolan rencana ke panti asuhan besok. Besok udah weekend, jadwal kita mengunjungi panti jompo." Ucap Roni mengingatkan.
"Hampir aja gue lupa! Ya udah yuk!" Ghea kemudian bersama dengan Roni dan Lula pergi menuju kantin. Seperti biasa mereka kompak memesan tiga porsi bakso dan tiga gelas es teh manis.
"Kira-kira kita dapat tambahan donatur nggak?"
"Ada kok, Ghe. Lo nggak lihat apa? Kalau di grup ada bantuan dana uang lima juta." Sahut Lula.
"Serius lo, La?" mata Ghea membulat bahagia.
"Iya. Dan tim juga udah belanjain kok buat panti jompo. Kita tinggal ke basecamp aja besok," jelas Lula.
"Syukur deh kalau gitu. Semoga makin banyak donatur deh."
"Amin. Makanya kita harus sering-sering nimbrung buat ngonten sama tim tapi gimana lagi ya, atur jadwal kuliah juga susah. Apalagi rata-rata para relawan udah bapak-bapak sama ibu-ibu," ucap Roni.
"Nggak apa-apa, Ron. Yang penting kita tiap kunjungan selalu ada dan kita bisa bantu kumpulin dana. Ya, sejak gabung sama tim aksi sosial Sayap Hati, gue ngrasa lebih bermanfaat aja jadi manusia."
"Sama, Ghe. Gue juga ngrasa kayak gitu. Tenaga muda kita sangat dibutuhkan." Sambung Roni. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba datanglah gerombolan Fiona dan Raymond. Ghea memutar mata malas melihat kedatangan mereka.
"Eh, ada pahlawan kesiangan. Mana si cecunguk itu. Gaya parlente tapi kere," ucap Fiona dengan nada sinis. Ghea dan ketiga temannya memilih untuk tidak mempedulikan Fiona. Mereka fokus mengobrol sambil makan. Menganggap Fiona tidak ada disamping mereka.
"Heh, gue ngomong sama lo!" ucap Fiona sambil menggebrak meja. BRAK! Ghea geram dengan sikap Fiona yang arogan. Ghea kemudian beranjak dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Fiona.
"Lo ngomong sama gue? Tapi sorry, gue nggak ada waktu," kata Ghea dengan angkuh, berusaha mengimbangi keangkuhan Fiona. Fiona tersenyum miring, berusaha menahan kesal mendengar ucapan Ghea.
"Hhh, belagu banget!" ucap Fiona seraya mengambil segelas es teh dihadapannya lalu menggugurkannya ke kepala Ghea. Roni dan Lula kompak menganga, merasa terkejut dengan apa yang terjadi di hadapannya. Ghea mengeratkan rahang dan mengepalkan tangannya.
"Udah, cuma bisa bikin gue basah? Nggak ada yang lain apa?" ucap Ghea sambil mengangkat kepalanya tanpa rasa takut.
"Oh, mau lagi? Oke." Fiona kemudian menuangkan semua sambal ke dalam mangkuk bakso milik Ghea. Dan setelah itu Fiona menumpahkannya kembali ke atas kepala Ghea.
"Mampus lo! Nantangin Fiona sih," seru Siska dengan tawa cekikikannya.
"Cukup Fiona!" tegas Roni sambil menggebrak meja.
"Wih, ada yang berani bentak cewek gue nih." Sahut Raymond yang langsung menarik kerah baju Roni.
"Cewek lo kurang ajar sama sahabat gue. Bilangin tuh!" kali ini Roni berusaha untuk lebih berani.
"Oh, lo juga mau rupanya." Ucap Raymond. Raymond kemudian mengambil satu gelas es teh milik Roni dan hendak menuangkannya ke atas kepala Roni. Namun tiba-tiba gelas itu direbut oleh Brian. Dan tanpa banyak bicara, Brian mengguyurkan es teh itu ke atas kepala Raymond. Semuanya terkejut melihat Brian yang datang tiba-tiba.
"Dasar pengecut!" ucap Brian dengan sinis.
Bersambung... Hai-hai, aku kembali. Maaf ya sudah membuat kalian lama menunggu. Jangan lupa ya buat like, komen dan giftnya ya, hehehehe makasih 🥰😘
tak sia² penantian ku akhirnya up juga kak dydy.
sehat slalu ya kak Dydy..❤❤❤
lanjut thor msh setia sm Brian semangat ❤
jadi lupa alur ceritanya