Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 Kesepakatan
Pagi ini Imah berangkat kerja pagi-pagi sekali, bahkan untuk mengisi perutnya dengan sepotong roti saja tidak sempat.
'' Kenapa pagi sekali Mah? Apa gajimu sekarang sudah naik?'' Tutur Mang Dudung setelah mengengkol motor metik buntut Imah untuk memanasinya terlebih dahulu.
'' Boro-boro naik gaji Pak, berdo'a saja agar Imah ga kehilangan kerjaan.'' Jawab Imah sembari mengenakan helmnya.
'' Wah kalo gitu buruan sana, jangan sampai kita harus balik kampung lagi. Bapak mah ogah.'' Cerocos Mabg Dudung sambil mendorong bahu Imah ke arah motornya.
'' Ish dasar Bapak, bukannya disemangatin malah bikin kesel Imah aja.'' Sewot Imah dan melaju cepat menuju kantor sebelum Tama datang.
Dengan langkah lebar Imah menuju lift karena waktunya cuma tinggal 5 menit lagi. Seharusnya dia sudah sampai satu jam yang lalu, akan tetapi nasib buruk menimpanya. Motor buntutnya tiba2 kempes ban, dan dia harus mendorong sejauh hampir satu kilo meter untuk mencapai tempat tambal ban. Oleh karena itu dia kehilangan banyak waktu dan hanya menyisakan 5 menit mencapai ruangan tempat di mana nasib pekerjaan jadi taruhannya.
Ceklek...
Saat Imah membuka pintu dan menyembulkan kepalanya tidak terlihat siapapun di dalam, berarti Tama belum datang. Senyum bahagia langsung terbit dari wajah dengan nafas yang sudah ngos-ngosannya.
'' Oh syukur ya Allah, si beruang kutub belum datang hihihi...'' Gumam Imah cekikikan sambil mengelus dadanya.
'' Kamu terlambat 1 menit 34 detik.'' Ujar seseorang dari balik pintu tepat saat pintu sudah tertutup.
'' Aaa....bugh.'' Reflek Imah menendang selangkang Pria tersebut dan mata Imah langsung mau copot saat tahu siapa Pria yang tengah membungkuk menahan sakit itu.
'' Awwwhh...auuwwh... Nagaku patah uufh...uufh..'' Tama meringis kesakitan sambil memegang aset berharganya itu.
'' Aduh Tuan, maaf saya pikir orang jahat. Jadi reflek kaki saya langsung nendang.'' Imah mulai panik dan langsung jongkok lalu mengelus dan meniup-niup aset berharga Tama. Seketika Tama membeku, entah mengapa perlakuan Imah itu membuat sakitnya lansung hilang malah berganti menjadi aura panas yang kian meningkat ke ubun-ubunnya.
'' Sakit ya, aduh kasian banget huuuf..huuuf.'' Imah mengulangnya lagi tanpa melihat wajah Tama yang sudah memerah.
Sebelum Imah sadar sesuatu yang keras sudah mulai meronta-ronta, cepat-cepat Tama tepis tangan Imah dan langsung berjalan menuju kursi kebesarannya sengan jalan yang terseok.'' Sudah, saya baik- baik saja. Ayo cepat duduk di sini.''
Mendengar itu bergegaslah Imah menuju kursi yang tepat di depan meja Tama. Imah hanya bisa menunduk dengan sesekali mengintip Tama yang terlihat sedang berusaha menetralisir sesuatu akibat kejutan yang di berikan Imah tadi.
'' Baiklah, langsung saja. Syarat yang harus kamu lakukan adalah kamu harus menjadi asisten pribadi saya alias babu saya tapi dengan gaji tetap sebagai CS.'' Ujar Tama dengan wajah yang masih sedikit meringis akibat rasa ngilu yang kembali terasa pada ujung tobaknya.
'' Apaaaa?'' Imah kaget bukan main.
''Dan itu akan berarkhir kalau saya lihat kamu sudah memperlihatkan rasa penyesalanmu yang terdalam.'' Jelas Tama lagi.
'' Apa kamu mau? Kalau tidak ya saya terpaksa penjarakan kamu atas tuduban pembunuhan Papa saya.''
'' Baik, baik Tuan saya mau. Tapi Tuan harus janji setelah ini tidak akan mempersalahkannya lagi.'' Sahut Imah.
'' Deal.'' Jawab Tama dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman tanda setuju.
'' Deal.''
'' Lihat Tuan, Anda akan ada saingan. Kemungkinan besar janinnya berjenis kelamin laki-laki.'' Ujar Dokter sambil memainkan alat USG pada perut Imah.
'' Alhamdulillah...bersiap-siaplah Mas, Rangga junior akan menggeser posisimu.'' Kata Mayang dengan menatap Danu yang masih terpaku menatap layar monitor yang memperlihatkan sebuah gambar dimana janin terlihat bergerak-gerak.
'' Kenapa kamu nangis Mas''. Ucap Mayang saat melihat Danu meneteskan air matanya.
'' Terimaksih sayang, kamu sudah jaga calon anak kita. Mas bahagia sekali sayang, Mas sangat bahagia.'' Danu mencium kening dan tangan Mayang yang selalu berada dalam genggamannya.
Kandungan Mayang sekarang sudah menginjak tujuh bulan, dan itu berarti dua bulan lebih lagi Mayang akan melahirkan. Setelah sedikit berkonsultasi dan mendengarkan pengarahan dari dokter, Danu langsung mengajak Mayang untuk melihat Tisa di ruangannya.
Tanpa mengetuk lebih dulu, Danu langsung membuka pintu ruangan Tisa. Sebuah pemandangan indah langsung disuguhkan oleh dua orang yang ada di dalamnya. Terlihat Beni tengah menyuapkan Tisa bubur dengan begitu penuh kasih sayang.
'' Wah ada yang makan gaji buta nih.'' Ujar Danu dari ujung pintu yang membuat Beni dan Tisa langsung menoleh ke arah pintu.a
'' Bos, kok udah bisa jalan sih?'' Ucapa Beni.
'' Jadi lo berharap gue tetap sakit gitu! Dasar anak buah durjana.'' Satu tepukan berhasil mendarat dibahu Beni.
'' Maaf Bos, bukan begitu. Bos kan masih sakit, kenapa malah jalan-jalan.'' Sahut Beni.
'' Alaaa, dasar kamu aja yang ngeles ketangkap basah di sini. Minggir, gue mau duduk.''
'' Gimana Dek, apa masih sakit?'' Danu duduk di pinggir tempat tidur Tisa dan kemudian mengelus lembut kepala Tisa.
'' Sekarang masih terasa perih Kak, cuma ga terlalu.'' Jawab Tisa.
'' Tentang Papamu....'' Danu tak sanggung meneruskan kalimatnya.
'' Tisa minta maaf atas nama Papa ya Kak hiks...hiks..Tisa minta maaf, jangan benci Papa ya Kak. Tolong maafkan Papa, biar Papa bisa tenang di alam sana.'' Tisa menangis terisak dalam pelukan Danu. Tisa sejak awal memang sudah tahu tentang meninggalnya Papanya, Beni terpaksa menjelaskan karena Tisa terus meronta ingin bertemu dengan Papanya.
'' Semua yang berlalu biarlah berlalu, Kakak dan Kakak Iparmmu sudah memaafkan dan mengikhlaskan semuanya. Jadi kamu jangan pernah membahasnya lagi, kami semua sangat menyayangimu. Kamu tetaplah Adek kecil Kakak. Jelas Danu sambil mengelus punggung Tisa.
'' Terimakasih Kak.''
'' Kakak Mayang, mana pelukan sayang buat Tisa.'' Ucap Tisa sambil merentangkan kedua tangannya.
Mayang pun berjalan mendekat dan memuluk Tisa dengan penuh rasa haru.
'' Mulai sekarang tidak ada lagi air mata, kecualai air mata bahagia. Kakak sudah memafkan almarhum Tuan Bagas, kamu jangan pikirkan lagi ya. Sekarang yang penting kamu fokus untuk sama kesembuhan kamu ya.'' Tutur Mayang sembari menghapus air mata yang sudah membasahi pipi cabi mulusnya.
'' Ben, jangan lupa handel semua meeting penting. Dan satu lagi, kamu temanin Tama bertemu Miss Yukito nanti malam. Dia salah satu klien penting kita. Sana ke kantor, jangan sampai gaji kami saya potong.'' Ujar Danu pada Beni yang wajahnya makin merengut.
'' Iya iya Bos, tapi bisa ga sih ga bahas gaji. Bikin buku romaku berdiri.'' Ucapa. Beni sontak membuat semua yang ada di sana tertawa.
Hampir satu jam Mayang dan Danu berada di ruang rawat Tisa, mereka pun pamit saat Mayang merasa perutnya butuh diisi sesuatu.
'' Mas, Kenapa ya May rasanya pengen makan cilok Mas. Rasanya udah di ujung lidah, liat sampai ludah May meleleh hihihi..'' Mayang pun cekikikan.
'' Kalo gitu Mas suruh Beni belikan ya.'' Mayang menganggukan kepalanya dengan semangat.
Tidak butuh waktu lama, cilok pesanan Mayang datang yaitu cilok super pedas lengkap dengan pangsit goreng. Setelah mengantar cilok, Beni langsung pamit karena takut disindir Danu lagi.
'' Nah Mas, ayo buruan di makan.'' Mayang menyodorkan semangkuk cilok yang sangat merah menyala.
'' Sa sayang, ko kok di kasih ke Mas sih? Ini kan pesenan kamu Sayang.'' Danu mulai merasakan aura-aura yang tidak baik dari tatapan Mayang.
'' Jadi Mas ga mau? Hiks...hiks...Mas jahat. Mas ga sayang sama May, Mas ga sayang sama calon anak kita. Ini kan permintaan anak kita Mas, hiks..hiks..'' Mayang terlihat menangis sesegukan, air matanya tumpah begitu saja saat melihat Danu belum juga memakan cilok itu.
'' I iya sayaaang, iya Mas makan sekarang ya. Jangan nangis lagi, nanti anak kita jadi cengeng. Nih liat nih..aa aamm.'' Danu meyendok satu sendok cilok ke dalam mulutnya.
Sedetik, dua detik dan tiga detik...
'' huwah..huwah..pedes banget sayang.'' Tutur Danu namun tetap menyendok cilok kemulutnya sampai habis tak bersisa.
'' Kamu tega, huwaah pedes baget sih yang hah...huwah...pedes banget huwah...hah.'' Keringat sudah mengucur deras di wajah Danu. Dengan lembut Mayang mengusap wajah Danu.
'' Maaf ya sayang, May hanya menuruti mau ya anak kita hihihi..'' Mayang cekikikan.
'' Iya sayang, apapun akan Mas lakukan buat kalian.''
Saat ini Tuan Agung bersama Sekretaris Rudi tengah datang berkunjung ke kantor pusat, Tuan Agung memanggil Tama untuk bicara di ruangannya.
'' Bagaimana Tama, apakah semua aset kita sudah kembali?'' Ujar Tuan Agung.
'' Sebagian masih on proses Kek, sebagian hari ini berkasnya langsung siap.'' Jawab Tama.
'' Bagus, dan satu lagi. Mengingat tugasmu akan bertambah setelah ini, carilah asisten yang akan membantu pekerjaanmu apalagi kamu akan lebih sering bekerja di luar. Agar sekretarismu bisa tetap stay di kantor.
'' Iya Kek.''
Setelah semua urusannya beres, Tuan Agung berencana akan berkunjung ke sebuah restoran langganannya. Entah mengapa belakangan ini Tuan Agung merasa sangat rindu dengan mendiang Istrinya. Di sinilah mereka sekarang, duduk di tempat yang selalu di siapkan oleh pelayan restoran setiap kali Tuan Agung datang berkunjung.
'' Sikahkan Tuan, semua pesanannya telah tersaji.'' Ucapan Rudi membuyarkan lamunan Tuan Agung yang menatap lurus ke luar dinding kaca restoran.
'' A iya, ayo kita makan.'' Sahut Tuan Agung.
Mereka pun makan dengan kitmat, sampai isi piring mereka kosong. Ketika Tuan Agung akan keluar dari pintu testoran, bahu tuan Agung disenggol oleh seseorang yang bertubuh tinggi kekar.
'' Sorry Tuan, saya tidak sengaja.'' Ujar Pria tersebut.
'' Ah ya tidak apa-apa.'' Jawab Tuan Agung tanpa melihat wajah Pria tersebut. Namun Sekretaris Rudi sempat melihat wajahnya sekilas.
'' Kenapa wajahnya sangat familiar''. Batin Rudi.
'' Ternyata keangkuhamu masih sama seperti dulu Tuan Agung Baragajasa. Kita lihat, apakah setelah ini kepalamu masih bisa kau tegakan.'' Gumam Pria itu sambil terus menatap punggung Tuan Agung yang berjalan menuju parkiran.