NovelToon NovelToon
My Suffering

My Suffering

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nidati

Penderitaan bisa dikatakan sebagai temannya. Tangis air mata tak pernah lupa untuk hadir. Perih dari luka yang tercipta selalu ia tahan. Namun, bagaimana jika ia harus menikah hanya untuk menggantikan posisi pengantin perempuan.

Elvira Pelita harus menggantikan posisi sang kakak dalam pernikahan, menjadi pengantin perempuan yang bersanding dengan pria yang seharusnya ia panggil kakak ipar.

Arkanio Althaf Zerion harus menikahi sang calon adik ipar karena calon istrinya melarikan diri. Ia selalu membenci pernikahannya karena bagi Arka, Vira penyebab perginya perempuan yang amat dicintainya.

"Jangan mendekat jangan sakiti aku, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bersalah." Vira was-was karena Arka semakin mendekat.

"Kau salah, kau bersalah!" teriak Arka tepat di muka Vira.

Bagaimana pernikahan yang dipenuhi kebencian itu akan berjalan dan bagaimana cara Vira menyakinkan Arka bahwa ia tidak bersalah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hati Bimbang

Arka dinyatakan koma satu jam setelah melewati masa kritis dan selama tiga hari menjalani perawatan tidak ada perubahan yang terjadi sehingga Faras memutuskan untuk memindahkan Arka ke rumah sakit di Indonesia karena tidak mungkin ia membiarkan anaknya dirawat di Negara asing tanpa keluarga yang menemani.

Seminggu telah berlalu, tapi Arka masih tetap sama. Pria itu sangat nyaman menutup mata. Kakek sangat shock saat diberitahu mengenai kondisi Arka, ia ingin menjenguk sang cucu tapi tidak diperbolehkan oleh Faras mengingat bahwa kakek baru saja keluar dari rumah sakit.

Seperti sore-sore biasanya Vira datang untuk menemui Arka. VVIP Room itulah yang tertulis di pintu masuk, Vira memutar knop pintu. Terdapat pria yang masih dalam keadaan sama. Setelah meletakkan tasnya Vira menghampiri Arka, mengambil kain dari wadah yang terisi air, lalu memerasnya. Tangannya terangkat mengelap tubuh Arka, ia selalu melakukan hal ini seminggu belakangan. Dalam keadaan seperti ini setidaknya Vira senang karena bisa melakukan sesuatu sesuai keinginannya tanpa harus takut pada Arka.

Vira menghentikan gerakannya saat akan mengelap wajah yang selama seminggu ini diam-diam ia pandang dan dalam hati ia rindu. Mata yang selalu menatapnya dengan kebencian kini redup tak terlihat. Bibir yang selalu mengucapkan kata-kata pedas kini tertutup rapat.

Vira menunduk sebentar. Jantungnya tak bisa ia kondisikan saat ini. Ia pun melanjutkan aktivitasnya  hingga selesai. Membawa wadah berisi air itu ke kamar mandi untuk diganti.

Ia memijat betisnya yang terasa pegal. Seharian ini ia sudah bekerja keras menggunakan kakinya melangkah kemanapun. Vira belum sempat istirahat, setelah pulang mengajar ia menyempatkan waktu mengunjungi Melisa, memasak untuk kakek sekaligus membersihkan kamar kakek barulah Vira pergi ke rumah sakit.

Ceklek

Pintu terbuka dan masuklah Killa yang membawa kantung plastik bewarna putih. Killa tersenyum menghampiri Vira yang sedang duduk di sofa.

"Kamu sudah menjenguk Cici?" tanya Vira karena salah satu muridnya juga sedang dirawat di rumah sakit yang sama.

Killa mengangguk mengeluarkan sebuah kotak dari kantong plastik yang ia bawa.

"Aku sudah menjenguknya tadi, katanya besok Cici sudah boleh pulang."

Vira tersenyum, ia senang karena kini Killa sudah mau berbaur dengan temannya bahkan gadis itu sudah memiliki teman dekat. Tak disangka, Killa gadis yang dulu dingin kini memiliki selera humor.

"Makanlah, Kak. Tadi aku minta pak sopir membeli bubur di perempatan jalan." Killa memberikan bubur yang sudah ia buka tadi pada Vira yang masih menatapnya tanpa berkedip.

"Kak, hey." Killa menyentuh lengan Vira agar wanita itu sadar.

"Apa," cengo Vira.

"Ini makan buburnya. Aku juga lapar mau makan." Killa mendramatisir dengan memegang perutnya dan menunjukkan wajah yang memelas seperti anak kecil hendak menangis.

Vira mengacak poni rambut Killa dengan gemas, kemudian mengambil bubur yang masih berada di tangan Killa.

"Issh, Kakak mah sekali aja gak ngacak rambut aku gak bisa yah. Sebel deh," kesal Killa membenarkan rambutnya.

"Gak bisa, model rambut kamu tuh lucu Kakak jadi gemes."

"Udah kayak Kak Arka aja suka ngeberantakin rambut aku, pokoknya aku gak mau tahu kakak jangan lagi pegang-pegang rambut aku," ucap Killa sebelum memasukkan bubur yang sudah dicampurnya ke dalam mulut.

Vira tak menanggapi perkataan Killa. Ia justru fokus pada kegiatan Killa yang sedang mencampur bubur miliknya. Selera makannya menguap entah kemana karenanya. Ia mual melihat bubur yang di campur oleh Killa. Dari kecil Vira memang lebih suka bubur yang tidak dicampur karena setiap kali melihat bubur yang telah dicampur ia membayangkan makanan hewan.

"Loh kok gak dihabiskan. Belinya pakai duit loh, Kak bukan pakai daun."

"Ya, tahu mana ada penjual nerima daun. Kakak sudah kenyang," alibi Vira.

"Baru juga beberapa sendok udah kenyang aja," cibir Killa.

"Gak usah gitu ngomongnya. Kalau kamu mau ya udah makan aja. Kakak mau ke kantin rumah sakit sebentar." Vira mengambil beberapa uang dari dalam tas.

"Di sini juga ada minum." Killa menunjuk sudut ruangan yang terdapat dispenser. Mengira jika Vira haus.

"Selesai makan jangan lupa diberesin. Anak gadis gak boleh jorok," pesan Vira sebelum pergi.

Killa hanya mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu fokus pada bubur yang belum habis ia makan. Sesekali pandangannya tertuju pada ranjang rumah sakit. Killa menghela nafas, tak habis pikir bahwa sang kakak berakhir berbaring di sana.

"Kesalahan yang Kak Arka perbuat telah menyakiti hati Kak Vira, tapi lihatlah Kak Vira tetap mengurus kakak dengan baik. Apa kakak tidak bisa merasakan bagaimana tulusnya Kak Vira. Ah, sudahlah Kakak tidak akan bisa mendengarku."

Killa melanjutkan aktivitasnya dengan nyaman. Setelah bubur yang ia makan habis tak tersisa, Killa segera membersihkan semuanya. Duduk bersandar memainkan ponsel miliknya.

Vira membeli susu kotak, lalu duduk untuk meminumnya. Suasana kantin cukup sepi hanya terdapat segelintir orang yang sedang menikmati makanan mereka. Vira mengeluarkan ponsel dari saku memainkan benda pipih itu selama beberapa menit.

Dug

Vira mengangkat kepalanya melihat seorang anak kecil yang menangis karena tersandung kaki kursi

"Hey sayang kenapa nangis. Anak cantik gak boleh nangis dong ntar cantiknya ilang." Vira membantu anak itu berdiri, memangku dan menghapus air mata yang mengalir.

"Sakit, tante. Kaki Lia bedalah," ucap anak itu dengan gaya cadelnya.

"Owh, nama kamu Lia, mana sini tante liat. Ah, enggak kok ini cuma luka kecil. Lia kan anak hebat jadi gak boleh cengeng." Vira meniup luka Lia pelan-pelan.

"Sudah gak sakit lagi."

"Tapi es kim Lia jatuh, Lia beli itu buat Bunda." Lia menangisi nasib es krim yang sudah jatuh mengotori lantai.

"Tante belikan lagi ya. Jangan nangis dong kan sudah tante ganti." Lia mengangguk imut melingkarkan tanganya dileher Vira dan menghapus air matanya sendiri dengan tangan kecilnya.

Vira tersenyum menggendong Lia mendekati tempat es krim. Memilih satu jenis es krim lalu membayarnya. Lia terlihat sangat senang setelah mendapat apa yang ia mau.

Muach

"Makasih, tante. Bunda pasti seneng Lia bawain es kim," ucap Lia dengan binar bahagia di matanya.

"Sama-sama, sayang. Bundanya Lia di mana tante kan gak tau."

Terlihat jika Lia menepuk dahinya sendiri, kemudian tersenyum lebar.

"Bunda ada di taman hehe."

Vira hanya mampu membalas dengan senyum karena sekarang ia sedang berjalan di koridor rumah sakit, padahal jika ia menanyakan lebih cepat pasti dari kantin tinggal berbelok untuk menuju taman, tapi ya sudahlah hitung-hitung untuk mengalihkan perhatian Vira yang terus memikirkan Arka.

"Ria!"

"Om Ian!"

Seorang lelaki dengan jas dokter yang berlogo rumah sakit menghampiri keduanya. Lia berpindah gendongan pada lelaki itu.

"Aduh Ria kamu kemana aja dari tadi om nyariin kamu. Bunda juga panik banget." Lelaki itu memeluk dan juga menghadiahi banyak kecupan pada gadis kecil dalam gendongan.

Untuk sesaat Vira terus memperhatikan lelaki tersebut. Ia merasa tak asing dengan wajah itu.

"Bian!" ucap Vira cukup keras menyadarkan lelaki yang masih fokus pada gadis kecil itu.

Kerutan di dahi pria yang Vira panggil Bian itu menunjukkan jika dia sedang mengingat-ingat siapa perempuan yang memanggilnya.

"Kamu...."

"Ini aku Vira, Elvira. Kamu gak inget sama aku?"

"Kamu Vira, si kutu buku itu."

"Haha, iya itu aku."

"Wah gak nyangka bisa ketemu sama kamu lagi."

Bian, teman Vira semasa SMA. Satu-satunya laki-laki yang berani mendekati Vira, si gadis kutu buku yang pendiam. Setelah lulus mereka berpisah karena jalur pendidikan yang mereka ambil.

Bian menurunkan Ria, berucap beberapa kata pada gadis kecil itu dan tak lama Ria berlari pergi meninggalkan mereka berdua. Bian membawa Vira duduk.

"Jadi, Lia itu anak kamu." Vira berkata.

"Namanya Ria, dia itu keponakan aku." Vira manggut-manggut mengerti.

"Oh, keponakan, aku kira anak kamu soalnya mirip. Aku gak nyangka sekarang kamu jadi dokter." Vira menatap Bian dari rambut hingga ujung kaki. Benar-benar perfect sebagai seorang dokter.

"Dan yang paling mengejutkan aku adalah dokter kandungan. Kau tahu, setiap kali memeriksa ibu hamil aku selalu merasa takut karena tatapan suami mereka bagai singa yang siap menerkamku." Bian tertawa di akhir kalimatnya dan membuat Vira tertawa juga.

"Waah playboy kelas kakap bisa takut juga. Coba bayangin aja gimana kalau kamu ngegombal, bisa dikasih bogeman mentah kali yah." Hanya untuk membayangkannya saja sudah membuat Vira tertawa.

"Oke, berhenti membayangkan hal yang tidak-tidak padaku. Sudahlah berhenti tertawa. Tawamu itu seakan mengejekku." Bian menatap kesal pada Vira yang masih asik dengan tawanya.

Namun, ia cukup senang karena bisa melihat tawa Vira setelah sekian lama. Kutu buku yang dulu selalu ia ganggu dan recoki.

Vira menghentikan aksinya menarik nafas dalam agar lebih tenang. Sudah lama sekali Vira tidak tertawa lepas seperti hari ini. Ia menengok melihat Bian yang terdiam dengan pandangan tertuju padanya. Vira mengernyitkan dahi merasa heran.

"Gak boleh ngelamum ntar kerasukan baru tahu rasa." Vira menepuk pelan bahu sang teman.

"Kamu gak berubah masih sama kaya dulu, cantik."

"Dasar Raja Gombal."

Sudah tak asing lagi bagi telinga Vira mendengar gombalan Bian karena sewaktu SMA mereka cukup dekat dan Vira menjadi bahan percobaan Bian untuk menyatakan berlatih merayu perempuan.

"Bian maaf, tapi aku harus kembali. Lain kali kita bisa bertemu lagi."

"Oke janji ya kita harus ketemu lagi. Aku juga harus mengantar Ria pulang."

Mereka berpisah, saling melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Vira melangkah cepat menuju ruangan Arka. Sudah hampir malam dan Killa harus segera pulang. Vira tidak ingin jika Killa mendapat masalah karena pulang terlambat ya meskipun Lydia akan mengerti, tetap saja Vira merasa perlu menjaga hubungan Killa yang sudah semakin membaik.

Vira mendekati Killa yang terlelap di sofa dengan ponsel yang masih menyala menayangkan sebuah drama yang banyak digemari gadis seusia Killa.

"Killa bangun." Vira mengguncang lengan Killa hingga gadis itu menggeliat dan membuka matanya pelan. Killa menguap lebar dengan merentangkan tangan.

"Ada apa, Kak." Killa berkata dengan lesu dan hampir berbaring kembali jika Vira tidak segera mencegahnya.

"Sana pulang sopir sudah menunggumu. Kamu pasti sangat lelah seharian ini, pulang dan istirahat."

"Aku bisa istirahat di sini, lagipula besok minggu, Kak." Vira menggeleng keras.

"Maka dari itu kamu harus pulang sekarang, menghabiskan malam minggu bersama mama dan papa. Sudah sana pulang."

"Alah itu mah akal-akalan Kak Vira aja biar bisa berduaan sama Kak Arka. Sebagai adik yang baik aku tidak akan mengganggu kalian. Bye, Kak." Killa melambaikan tangan dan segera pergi dari sana sebelum mendapat cubitan maut dari sang kakak ipar.

Vira duduk bersandar pada sofa dengan pandangan yang tertuju pada Arka. Matanya tak lepas dari alat pendeteksi di samping Arka yang menunjukkan grafik yang tak Vira mengerti. Malam ini Vira akan menginap di rumah sakit untuk menjaga Arka. Hatinya berkata untuk tetap tinggal bersama Arka dan tidak meninggalkannya walau sebentar.

Tok Tok Tok

Pintu diketuk tiga kali dan masukklah seorang suster.

"Selamat malam. Waktunya mengganti perban suami Anda," ucap Suster.

Vira berdiri dan menghampiri suster yang sudah lebih dulu menuju Arka. Vira ikut andil dalam mengganti perban Arka, ia harus tahu bagaimana cara mengganti perban yang benar untuk berjaga-jaga.

Pertama suster mengganti perban bekas operasi. Vira memperhatikan bagaimana suster melepas perban. Instruksi dari suster didengar secara baik oleh Vira, ia juga membantu mengambil peralatan yang telah dibawa suster. Vira meminta izin untuk mengganti perban yang berada di dahi Arka dan suster pun mengizinkannya.

Dengan pelan dan penuh kelembutan seakan takut menyakiti Arka, Vira mengangkat sedikit kepala Arka untuk melepaskan perban. Mengoleskan salep antibiotik, lalu menutup luka dengan kain kasa yang baru. Vira tersenyum puas dengan hasil pekerjaanya.

"Kalau begitu saya pamit masih ada pasien yang menunggu," ujar suster.

"Terima kasih," balas Vira dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya.

Vira menarik kursi lalu duduk. Ia terdiam sebentar untuk memperhatikan Arka dan masih sama, Vira hanya melihat Arka yang terlelap tidur.

Vira membenarkan tata letak selimut Arka. Perempuan itu meraih tangan Arka yang bebas infus, menautkan dengan tangannya. Vira tersenyum gentir merasakan genggaman tangan Arka yang tak bertenaga. Perilaku Vira memang terlampau berani, memegang tangan dari pria yang sangat membencinya. Tangan yang digunakan mencekik Vira saat malam pengantin mereka.

Jika Arka sadar, dia pasti tidak akan memperbolehkan Vira menyentuh tubuhnya seinci pun.

"Arka," panggil Vira dengan suara kecil, sesaat perempuan itu menggeleng dengan tersenyum tipis.

"Bolehkah aku mengganti panggilan untukmu. Terdengar aneh jika aku terus memanggil namamu." Vira jadi teringat nasehat Melisa dulu saat ia masih kuliah.

Melisa pernah berkata untuk menghormati pria yang menjadi suaminya. Salah satunya dengan mengganti nama panggilan. Pertanyaan Vira adalah apakah Arka pantas untuk dihormati sebagai suami, sedangkan tingkahnya saja tidak mencerminkan sebagai seorang suami yang pantas untuk dihormati.

Hatinya bimbang. Haruskah Vira melakukannya untuk membangun hubungan baik bersama Arka, sedangkan dirinya saja masih menanti keputusan Arka terkait nasib pernikahan mereka.

"Cepatlah bangun dan beri aku kepastian. Hati dan raga ini lelah menunggu."

***

Happy reading

Maaf, semua. Aku minta maaf gak up beberapa hari. Tetangga dekat hajatan dan aku sebagai tetangga yang baik harus ikut bantu. Tahu sendiri lah gimana hajatan kalau di desa.

Salam sayang dari aku.

1
Lucky Ludjainatun
harusnya dokternya bilang ke ortu klo tejadi kekerasan sexual
Lucky Ludjainatun
bukan manusia tp IBLIS
Lucky Ludjainatun
kasihan Vira
kalea rizuky
ngelunjak ne lama2 vira
Lady Slipper Astriani Indah Yulianti
Luar biasa
kalea rizuky
vira terlalu murahan bodog tolol
kalea rizuky
arleta egois anjing
Nasiati
keren
Nasiati
egois banget
Nasiati
kasihan vira dikira suaminy
Renesme
Bagus
Ati Husniati
Hadeeeuuuhh malas baca cerita yg tokohnya bodoh maksimal..
Orang berpendidikan kok mau2nya di aniaya sama ayah dan suaminya..gk masuk akal..
Ceritanya terlalu lebay..
Ati Husniati
Aku marah sama laki2 yg tdk bisa menghargai perempuan..
Thor coba bikin tokoh perempuan yg kuat dan punya harga diri
Ati Husniati
Thor aku miris baca cerita yg tokoh perempuan nya tdk di hargai bahkan di lecehkan sama suaminya..
Vira kamu jgn bodoh pergi dari rmh itu..kamu seorang pendidik harusnya tegas dan punya sikap..
Ati Husniati
Hadeeeuuhh vira udah jadi korban ketidak adilan ayahnya malah dapetin pernikahan yg menyebalkan termasuk suaminya jahat bangeet..
thor viranya harus di bikin tegas dan punya sikap dong..
Renesme
Duuhhh gemes dengan authornya. Pengen diuwel2 deh 😁😅
Jue
Rupanya cuka itu rasanya asam Arka .../Joyful/
Azahra Atika
ko q jdi mewek
Nur Janah
Luar biasa
della Aprillya
gila ini seruu bangett walau arka nya sadis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!