NovelToon NovelToon
Fajar Kedua Sang Sayyidah

Fajar Kedua Sang Sayyidah

Status: sedang berlangsung
Genre:Kontras Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Kematian seharusnya menjadi akhir. Bagi Sayyidah Yasmeen, pewaris takhta yang dikhianati, itu adalah sebuah awal.

Ia terlahir kembali dalam tubuh mungilnya yang berusia sepuluh tahun, namun dengan jiwa yang menanggung luka dan ingatan kelam akan masa depan. Ingatan akan ambisi keji ayahnya sendiri yang merenggut nyawanya, dan ingatan akan pengkhianatan dari sosok yang paling ia cintai—yang kelak menjadi algojonya.

Kini, di balik senyum polos seorang anak, tersembunyi pikiran seorang ratu yang sedang menyusun strategi. Setiap bisikan di lorong istana adalah petunjuk, setiap wajah adalah calon sekutu atau musuh tersembunyi. Ia harus meruntuhkan tirani dari dalam, menggagalkan persekongkolan sebelum terjadi, dan menulis ulang takdir dengan darah dan kecerdasan.

Namun, saat ingatan menjadi senjata paling mematikan dan musuh terbesar bersembunyi di balik kenangan manis, dapatkah Yasmeen merebut kembali mahkotanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencoba Menyerang Nayyirah Secara Politik

Tawa Zayd Al-Muzzaffar meredup saat menyadari ketegasan mata gadis berumur sepuluh tahun di hadapannya.

Tawa yang tadinya memenuhi udara, kini terasa sebagai kesalahan fatal. Sebagai utusan Emir Harith, sang Pedang Timur yang terkenal kejam, ia tak pernah menerima perintah dari seorang anak.

"Menanggalkan senjata? Itu penghinaan, Sayyidah," ujar Zayd, matanya yang gelap memancarkan kekejaman. Bekas luka di pelipisnya tampak jelas. "Pedang ini adalah perpanjangan tangan dari Emir Harith."

"Maka perpanjangan itu akan berada di luar Aula ini," balas Yasmeen, suaranya lembut namun tegas, kontras dengan jubah ungu tua Emirat yang dikenakannya. "Aku mengundang Tuan Zayd sebagai tamu untuk membahas urusan penting antara Nayyirah dan Kota Agung. Tamu di Aula tari Jaddīku tidak membawa senjata. Itu melanggar kesopanan dan keamanan."

Wajah Zayd mengeras. Ia melirik Khalī Tariq, yang berdiri di samping singgasana Yasmeen, auranya memancarkan loyalitas. Pengawal Harith di belakang Zayd tampak gelisah, tak terbiasa diintimidasi oleh seorang pewaris kecil.

Zayd mengalah, bukan karena takut pada Yasmeen, melainkan karena melihat determinasi membunuh di mata Tariq. Ia menyeringai sinis. "Baiklah. Demi persahabatan, saya patuh pada peraturan Nayyirah."

Ia meletakkan pedang panjangnya di tangan pengawalnya di ambang pintu, diikuti dua belati tersembunyi. Gerakannya lambat, sengaja, menunjukkan kekalahan yang dipaksakan.

"Silakan masuk, Tuan Zayd Al-Muzzaffar," kata Yasmeen, dengan isyarat tangan yang kecil namun berwibawa. "Sisakan satu pengawal di pintu untuk mencatat. Sisanya kembali ke tenda."

Ini adalah penghinaan ganda. Zayd, yang terbiasa dengan kontingen besar, kini hanya memiliki dua pria dan satu notulen. Ia berjalan ke tengah ruangan, merasa posisinya jauh lebih rendah dari rencana semula.

Zayd berhenti dua meter dari singgasana, membungkuk kecil sebagai penghormatan minimal. "Emir Harith memerintahkan saya mencari tahu kebenaran mengenai pengasingan ayah Anda. Surat resmi menyatakan Sayyid Zahir melakukan pengkhianatan berat. Apa yang harus saya laporkan, Yang Mulia? Mengapa seorang gadis kecil menahan ayahnya sendiri, merobek janji aliansi damai?"

Yasmeen mengambil jeda. Ini adalah jebakan pertama. Jika ia bicara tentang emosi, ia akan dinilai rapuh. Ia harus bicara politik tingkat tinggi.

“Tuan Zayd, Emirat Nayyirah tidak merobek aliansi apa pun. Kami hanya membersihkan karat,” kata Yasmeen, suaranya tajam.

“Emir Harith tahu bahwa kekuatan sejati bergantung pada kemurnian darah dan kesetiaan mutlak. Zahir melanggar keduanya.”

“Pelanggaran internal!” Zayd memotong dengan frustrasi. “Emir kami telah berinvestasi untuk aliansi pernikahan ini. Kini Nayyirah mengirim sinyal keraguan.”

“Sinyal itu datang dari pengkhianat, bukan dari Darah Murni,” jawab Yasmeen, menekan Zayd.

“Apakah Tuan Zayd sudah membaca salinan perjanjian Oasis Azhar yang ditinggalkan Zahir? Itu bukan keserakahan, melainkan pengkhianatan terstruktur.”

Zayd terkejut, dahinya berkerut. "Saya tahu perjanjian itu batal—"

"Ia berencana menggunakan uang dari penjualan aset itu untuk membiayai klan Al-Muntasir yang memberontak di perbatasan Timur," potong Yasmeen, mencondongkan tubuh ke depan.

“Ia ingin melihatku pergi dan Emirat ini runtuh dalam perang saudara. Apakah Emir Harith mengharapkan saya mengizinkan Ayahku bersekutu dengan para pengkhianat dan menempatkan wilayah perbatasan Kekaisaran dalam bahaya konflik regional? Tugas saya adalah melindungi perbatasan. Dan saya telah melakukannya.”

Keheningan menggantung. Yasmeen telah mengubah narasi: ia bukan gadis kecil yang bertarung melawan ayah yang jahat, melainkan pemimpin militer yang menyelamatkan perbatasan Harith dari pemberontakan. Zayd menimbang kata-kata Yasmeen.

"Yang Mulia telah memberikan laporan yang memuaskan mengenai Zahir," Zayd mengakui, menggunakan gelar formal dengan hormat.

"Sekarang, mari kita bicara masa depan. Emir Harith harus memastikan Nayyirah tidak jatuh lagi. Pernikahan ini adalah kuncinya. Apa yang akan Anda berikan kepadanya? Nayyirah menghasilkan emas, rempah-rempah, dan minyak zaitun."

Yasmeen tersenyum tipis. Ia tahu harus menawarkan nilai yang tak bisa dirampas.

“Sampaikan kepada Emir Harith bahwa Nayyirah tidak menawarkan kekayaan lama,” kata Yasmeen, meluruskan posturnya. “Kami menawarkan masa depan.”

Zayd menunggu. Wazir Khalid di belakang Yasmeen juga menahan napas.

“Saya menawarkan kedamaian total di wilayah perbatasan selatan. Saya akan mengkonsolidasikan Nayyirah menjadi benteng militer dan ekonomi, menjamin setiap kafilah dan setiap pajak mencapai Kota Agung dengan selamat. Ini jauh lebih berharga daripada beberapa tong minyak zaitun yang habis terbakar.”

"Dan mengenai Yang Mulia sendiri?" tanya Zayd, kembali mendorongnya ke ranah personal.

"Anda adalah hadiah utamanya. Calon Pengantin Emirat. Apa yang Anda tawarkan kepada Emir sebagai pasangan hidup? Apakah Anda bersedia memberikan ketaatan mutlak, cinta, dan anak laki-laki, tentu saja?"

Jantung Yasmeen mencelos. Memori pengkhianatan masa lalu terasa panas di tenggorokannya. Ia tidak akan mengulanginya. Ia tidak akan menjadi pengantin yang rapuh atau ibu yang lemah yang harus mati di tangan putranya sendiri.

“Cinta, Tuan Zayd?” Yasmeen tertawa pelan, ironis dan tajam. "Harap sampaikan kepada Emir Harith: Nayyirah hanya berjanji tentang loyalitas, bukan romansa. Dan sebagai pasangannya..."

Yasmeen melangkah turun dari singgasananya, memaksa Zayd menunduk untuk mendengarkannya. Jarak di antara mereka kini terasa seperti arena duel.

"Saya adalah Emirah Nayyirah," lanjut Yasmeen, suaranya sedingin gurun di malam hari.

"Jika Emir Harith ingin menjadikan saya pengantin, ia akan menikahi batu. Saya tidak akan memberinya romansa, hanya tanggung jawab politik. Saya akan terus mengatur Nayyirah. Saya akan menghadirkan semua Wazir ke Kota Agung dan meminta audit bulanan dari mereka. Saya akan menghabiskan setiap malam di kamarnya dengan berbicara tentang jalur perdagangan dan strategi militer. Saya tidak akan menjadi boneka, Tuan Zayd. Saya akan menjadi pasangan yang menyusahkan, seorang istri yang cerdas tetapi dingin, yang tidak akan pernah menatapnya dengan kekaguman."

Zayd menelan ludah. Wajahnya terlihat tertekan. Harith menginginkan ketenangan politik; Yasmeen menawarkan persaingan kekuasaan harian.

"Laporan ini jauh lebih kompleks dari yang saya harapkan," Zayd mengakui, setelah hening cukup lama.

"Namun, saya memiliki instruksi lain dari Emir. Jika negosiasi berjalan sesuai keinginannya, Yang Mulia tidak akan kembali ke Nayyirah setelahnya."

Penyerapan paksa. Yasmeen merasa jerat itu mengencang. "Apa maksud Anda?"

"Emir Harith ingin memastikan aset yang berharga ini berada di dekatnya," Zayd menjelaskan.

"Permaisuri Hazarah sudah mengatur kedatangan Anda ke Kota Agung Azhar, tidak peduli apakah Anda menikahinya atau tidak. Anda akan dibawa ke Istana Kerajaan untuk 'didik', agar Anda menjadi wanita bangsawan yang utuh. Anda harus tiba di Kota Agung dalam waktu empat hari, untuk menghadiri sesi pengajaran politik dan ekonomi tingkat tinggi bersama para Sayyid muda di Istana. Ini adalah perintah Kerajaan."

Khalid panik. Tariq mengunci tangannya di samping. Perintah Kekaisaran adalah garis merah yang tidak bisa mereka langgar tanpa perang.

Yasmeen menarik napas dalam-dalam, mengalahkan emosi dikhianati oleh sistem. “Sampaikan kepada Permaisuri Hazarah dan Emir Harith,” kata Yasmeen, suaranya kembali dingin.

“Aku akan datang ke Kota Agung. Aku akan membuktikan kapabilitas politikku di hadapan mereka semua.”

"Tapi bukan sebagai pengantin," tambahnya, menaiki kembali singgasananya.

"Aku akan datang sebagai Emirah yang merdeka. Dan sebelum aku berangkat," Yasmeen meraih belati perak kecil dari sandaran tangan singgasananya dan meletakkannya di atas perkamen kosong.

"Saya akan menugaskan Khalī Tariq untuk menjadi Penguasa Sementara Nayyirah, hingga saya kembali dari Kota Agung Azhar. Sampaikan ini juga kepada Harith: Nayyirah akan tetap berdaulat, dengan atau tanpa kehadiranku di sini."

Zayd membungkuk hormat yang tulus. "Aku akan segera melaporkannya, Sayyidah Yasmeen."

Begitu Zayd dan pengawalnya meninggalkan Aula, ketegasan Yasmeen runtuh. Dia memejamkan mata. Khalid dan Tariq mendekat, panik.

"Empat hari? Kita tidak siap!" kata Khalid.

"Aku tahu," kata Yasmeen. "Dia harus berpikir aku adalah pasangan yang menyebalkan agar dia membatalkan rencana pernikahan ini. Kita harus bergerak cepat, Tariq. Semua dokumen Emirat disegel. Pastikan Zahir tetap diasingkan, dan Mehra mengurus anak-anaknya jauh dari publik. Dan Khalid, siapkan peti uang. Kita akan datang dengan kekuatan tawar-menawar finansial, bukan kelemahan."

Ia berjalan menuju Tariq. Ada satu hal lagi. Hal yang menyangkut hati masa lalunya yang harus ia lindungi dari takdirnya yang kejam.

"Tariq, Harith akan mengujiku. Hazarah akan mengujiku. Dan mungkin, mereka akan mempertemukanku dengan Sayyid lain," katanya.

"Aku akan pastikan tidak ada Sayyid muda yang bisa mendekatimu," janji Tariq, serius.

"Bagus. Tetapi jika aku bertemu dengan salah satu Sayyid itu, khususnya yang memiliki aura pendiam, yang selalu sibuk membaca…" Yasmeen terdiam sejenak.

Menyebut nama Malik terasa menyakitkan. "Jika aku bertemu Pangeran Sayyid Malik, pastikan dia menjauhiku. Aku harus membuat Malik membenciku. Dia harus melihatku sebagai monster kecil yang arogan. Aku harus melindungi semua orang yang aku cintai. Termasuk diriku sendiri dari kehancuran masa lalu."

Hanya tersisa tiga hari sebelum batas waktu. Tariq dan Khalid segera bergerak cepat. Dokumen diamankan, segel istana dipasang, dan kabilah Al-Jarrah dikerahkan di pos penjagaan.

Yasmeen duduk di meja tulis, menyelesaikan surat dekrit terakhir untuk Tariq. Tiba-tiba, Tariq bergegas masuk dari gerbang, wajahnya pucat dan tegang, bukan lagi wajah pengawal yang tenang.

“Sayyidah, ada masalah serius!” lapor Tariq, nadanya nyaris putus asa.

“Saya tidak bisa menemukan Sayyid Faiq, pemimpin Kabilah Al-Jarrah! Dia dan lima pengawalnya hilang tanpa jejak! Saya hanya menemukan surat ini, yang terlempar di bawah gerbang utara, surat dari tangan Faris, si pengkhianat itu!”

Tariq membentangkan perkamen itu di hadapan Yasmeen. "Surat itu ditujukan kepada salah satu pemimpin Kabilah di perbatasan Utara—mereka menanyakan mengenai kekuatan militer Nayyirah, dan keberadaan Yang Mulia sendiri! Faris telah mengirim sinyal ke para bandit di perbatasan bahwa Nayyirah akan segera kosong dari kekuasaan pusat, dan Sayyid Faiq, Sayyidah, mungkin telah disergap untuk menunjukkan betapa lemahnya kepemimpinan kita sekarang!”

Yasmeen menatap surat itu, menggigit bibirnya hingga terasa darah. Mereka tidak hanya mencoba menyerang Nayyirah secara politik, tetapi juga menciptakan perang di perbatasan persis saat ia harus pergi ke Kota Agung. Sayyid Faiq, pemimpin loyalis yang kuat, telah hilang, diculik atau dibunuh.

Dia menyadari Faris, bahkan setelah penangkapannya, berhasil menjadi ancaman terakhir Zahir.

"Perintahkan Kabilah yang tersisa untuk memperkuat pertahanan di utara. Kirim pesan kepada Kabilah lain bahwa aku sedang melakukan 'inspeksi diplomatik' di Kota Agung, bukan pergi sebagai sandera," perintah Yasmeen, suaranya tegas meski hatinya gemetar.

"Kita tidak punya waktu lagi. Kita harus pergi. Jika kita menunda, itu hanya akan memperburuk situasi."

Ia mengambil belati perak itu dan memotong lipatan jubahnya, membuat dirinya terlihat lebih kecil. "Kekuatan tidak terletak pada kehadiran, Khalī. Tapi pada intelijen. Kita akan pergi. Dan kita akan meninggalkan perang saudara yang rapi bagi Faris, agar mereka tidak tahu di mana Nayyirah bersembunyi. Sekarang, kita harus ke Kota Agung. Itu satu-satunya tempat aku bisa menemukan kebenaran ini dan menghancurkan jaringan mereka dari pusat Kekaisaran."

1
zaxviq
patriarki sekali lagi ide ini memang menguasai, keren Thor.
Sita Sakira
woii thor novel kamu yg ini bener bener haaaaa sukaa deg degan dan baru ini aku baca novel tentang timur tengah gini seruuu polll. pliss rajin rajin up hahahah sehat selalu yaa thor🤗
INeeTha: Terima kasih kaka... Baru ini komentar ada yang enggeh kalau ini cerita timur tengah... 🙏🙏🙏
total 1 replies
Melody Aurelia
aslinya cuma alat anak ini, dipake bapaknya yg maruk
Melody Aurelia
lah itu puterinya satu lagi piye?
Melody Aurelia
serem
Melody Aurelia
klan asalnya Zahir berarti ya?
Melody Aurelia
cape banget pasti jadi Yasmeen
Melody Aurelia
lagian ngga tau diri kau
Melody Aurelia
masih halus, nih mainnya
Melody Aurelia
aku bayanginya ko lucu, bocil ngasih perintah orang2 tua
Melody Aurelia
Zahir itu wali tapi berasa yang punya
Melody Aurelia
mulai tegang, penuh intrik politik sepertinya ini
Melody Aurelia
kasian baru 10 tahun udah ngurus pemerintahan
Melody Aurelia
Thor tanggung jawab... bawangnya kebanyakan disini... ku menangissss👍
Melody Aurelia
lah pede banget lo
Melody Aurelia
keren
Melody Aurelia
bedalah... baru balik dari akhirat nih😍😄
Melody Aurelia
khas banget... ide cowo lebih unggul dari cewek, kesel jadinya
SintabelumketemuRama
ini panglima tapi gampang panik😄
SintabelumketemuRama
mantappp
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!