NovelToon NovelToon
Pedang Cahaya Naga

Pedang Cahaya Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: dwi97

Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hutan Seribu Ilusi 1

Kabut tipis menyelimuti jalan ketika Shen dan Lin Feng meninggalkan Kota Bayangan Abadi. Malam masih bertahan, namun bulan mulai redup, seakan tertutup tabir tak kasat mata. Angin yang bertiup membawa aroma lembap, bercampur dengan wangi bunga asing yang menusuk indra.

Di hadapan mereka terbentang hutan lebat. Pepohonannya menjulang tinggi, daunnya berkilau seperti kaca, memantulkan cahaya samar meski tanpa sinar matahari. Setiap langkah yang mereka ambil membuat tanah bergemerisik, seolah hutan itu bernafas.

Shen berhenti di tepi pepohonan. Tatapannya tajam, penuh kewaspadaan. “Inilah Hutan Seribu Ilusi. Guru pernah berkata... hutan ini bukan sekadar rimba, melainkan cermin dari hati setiap pengembara. Semakin lemah hatimu, semakin dalam kau akan tersesat.”

Lin Feng mengangkat alis, menatap bayangan pepohonan yang bergerak aneh. “Jadi... kalau aku takut, aku akan semakin dalam terjebak?”

“Bukan hanya takut,” jawab Shen pelan. “Ambisi, dendam, cinta, bahkan penyesalan. Semua bisa dipakai hutan ini untuk menyesatkan kita.”

Meski penjelasan Shen terasa menekan, Lin Feng justru tersenyum tipis. “Kalau begitu, kita tinggal berjalan lurus dan jangan biarkan perasaan menguasai kita. Semudah itu, bukan?”

Shen menoleh padanya. “Kedengarannya mudah. Tapi hati manusia tidak sesederhana itu, Feng.”

Mereka pun melangkah masuk. Begitu melewati batas pertama pepohonan, cahaya bulan di langit langsung menghilang. Hanya sinar kehijauan dari dedaunan kaca yang memberi penerangan samar.

 

Langkah pertama terasa biasa, namun segera Lin Feng merasa aneh. Suara-suara samar berbisik di telinganya. Ia menoleh, tapi tidak ada siapa pun. Hanya bayangan pepohonan yang bergerak, seolah menunduk padanya.

“Shen, kau dengar sesuatu?” tanyanya.

Shen mengangguk pelan. “Bisikan. Itu cara hutan ini menembus pertahanan kita. Jangan hiraukan. Fokuslah pada napasmu.”

Lin Feng mencoba mengatur napas, menenangkan hati. Namun bisikan itu semakin jelas, seperti suara ayahnya sendiri.

“Kau lemah, Feng... itulah sebabnya kau gagal melindungi orang-orang yang kau cintai...”

Tubuh Lin Feng menegang. Ia hampir berhenti melangkah, namun Shen menepuk pundaknya keras-keras. “Fokus! Itu hanya bayangan pikiranmu.”

Lin Feng menghela napas panjang, lalu kembali melangkah. Namun dalam hatinya, luka lama kembali terbuka.

 

Perjalanan semakin dalam, dan pemandangan di sekitar berubah perlahan. Pohon-pohon kini tampak berbeda—beberapa bercahaya merah darah, sementara lainnya berkilau biru seperti es. Jalan setapak yang mereka ikuti bercabang ke segala arah, mustahil diingat.

“Kalau kita salah jalan, kita bisa berputar tanpa akhir,” gumam Shen. Ia berhenti, menutup mata, lalu mengangkat pedang. Cahaya emas samar muncul di ujungnya. “Ikuti sinar ini. Aku akan menjaga agar kita tetap pada jalur yang benar.”

Lin Feng mengangguk, dan mereka kembali berjalan.

Namun setelah beberapa saat, Lin Feng melihat sesuatu di kejauhan—siluet seorang perempuan berdiri di bawah pohon merah. Rambutnya panjang, wajahnya samar, namun Lin Feng merasa sangat mengenalnya.

“...Ibu?” bisiknya tanpa sadar.

Siluet itu tersenyum padanya, lalu mengulurkan tangan.

Lin Feng melangkah, nyaris meninggalkan jalurnya. Tapi Shen langsung meraih lengannya keras-keras. “Feng! Itu ilusi! Kau ingin terjebak selamanya?”

Lin Feng tersentak sadar, wajahnya pucat. “Tapi... dia terlihat nyata...”

Shen menatapnya dalam-dalam. “Itulah kekuatan hutan ini. Ia menampilkan yang paling kau rindukan. Kalau kau menyerah, kau akan terjebak selamanya di dalam pelukan semu itu.”

Lin Feng terdiam, dadanya naik turun. Ia menggenggam pedangnya erat-erat, berusaha mengendalikan hatinya.

 

Mereka terus berjalan, tapi kini giliran Shen yang mulai goyah. Di kejauhan, ia melihat sosok gurunya—sosok yang dulu mengorbankan diri untuk melindunginya.

“Shen...” suara itu bergema lembut. “Kau masih mengejar kekuatan, padahal aku sudah mengajarkan bahwa kekuatan bukanlah segalanya...”

Shen menggertakkan gigi. “Ini... ilusi.”

Namun hatinya bergetar. Penyesalan yang ia simpan selama bertahun-tahun kembali muncul. Tangan yang memegang pedang bergetar, nyaris terlepas.

Lin Feng menatapnya. “Shen! Jangan biarkan itu menguasaimu! Ingat apa yang kau katakan padaku tadi—ini hanya bayangan hati!”

Suara itu semakin dekat. Sosok sang guru hampir menyentuh Shen. Namun Shen menutup mata, mengayunkan pedangnya dengan teriakan keras. Sosok itu pecah menjadi kabut hitam, menghilang seketika.

Shen terengah, keringat dingin membasahi wajahnya. “Aku... hampir kalah.”

Lin Feng menepuk bahunya. “Kau menyelamatkanku tadi. Sekarang giliranku menyelamatkanmu.”

Untuk pertama kalinya, keduanya tertawa singkat meski dalam situasi menegangkan.

 

Namun ketenangan itu tidak bertahan lama. Semakin dalam mereka melangkah, semakin nyata ilusi yang muncul. Tidak hanya orang-orang yang mereka cintai, tetapi juga musuh, pertempuran, bahkan bayangan diri mereka sendiri.

Di sebuah persimpangan, mereka berhadapan dengan dua sosok yang membuat darah berdesir.

Di kiri, berdiri “Lin Feng” lain, dengan aura dingin, penuh kebencian. Di kanan, berdiri “Shen” lain, dengan tatapan penuh kesombongan dan amarah.

“Kita... melawan diri kita sendiri?” gumam Lin Feng.

Sosok kembar itu tersenyum. “Kami adalah cerminan hati kalian yang paling dalam. Kau, Lin Feng, menyimpan kebencian yang tak mau kau akui. Kau, Shen, menyimpan kesombongan yang tak pernah padam. Di hutan ini, kalian tidak bisa lari dari diri kalian sendiri.”

Shen menarik pedangnya. “Kalau begitu, mari kita buktikan siapa yang lebih kuat—aku yang berdiri di sini, atau bayangan yang hanya terbuat dari ilusi.”

Lin Feng mengangkat pedangnya, meski hatinya bergetar. “Kalau aku kalah dari diriku sendiri... maka aku memang layak terjebak di sini.”

Pertarungan pun dimulai. Dua pasang pedang beradu, cahaya emas melawan bayangan emas, pusaran biru melawan pusaran biru. Setiap gerakan terasa seperti melawan refleksi cermin, membuat mereka terdesak.

Namun Shen dan Lin Feng tahu satu hal: mereka bukan sekadar bayangan. Mereka adalah manusia yang memilih jalan mereka sendiri.

Dengan teriakan serentak, keduanya mengerahkan kekuatan penuh, menebas bayangan masing-masing. Suara ledakan bergema, dan kedua sosok kembar itu pecah menjadi ribuan pecahan kaca cahaya, menghilang tanpa jejak.

Hening kembali menyelimuti hutan.

Shen dan Lin Feng berdiri terengah, namun saling menatap dengan mata penuh tekad.

“Kalau ini baru awal,” ucap Lin Feng pelan, “aku tidak bisa membayangkan seperti apa ujian berikutnya.”

Shen menatap pepohonan yang semakin rapat. “Kita baru menyentuh permukaan dari Hutan Seribu Ilusi. Yang sebenarnya... masih menunggu jauh di dalam.”

Mereka pun melangkah lagi, lebih hati-hati, tahu bahwa bahaya terbesar bukanlah monster, melainkan bayangan hati mereka sendiri.

1
Nanik S
Apakah mereka akan menjadi teman
dwi97: trimakasih kk.
total 1 replies
Nanik S
Mantap 👍👍
Nanik S
Apakah Liang akan menyelamatkan Adiknya
Nanik S
Hadir... awal yang bagus
dwi97
yuk simak terus
dwi97
yuk tinggalin jejaknya. di like dan komenya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!