NovelToon NovelToon
Heera. Siapakah Aku?

Heera. Siapakah Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Fauziah

Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

"Anakmu cantik, bagaimana jika aku melamarnya untuk anakku."

Sebuah suara memecah suasana malam itu. Aku dan Pak Arga menoleh ke arah yang sama. Di mana seorang pria yang mungkin seumuran dengan Pak Arga berdiri dengan seorang pemuda di sisinya. Aku tidak tahu dia siapa dan dari keluarga mana. Namun, apa yang dia katakan di depan umum seperti ini membuat banyak hal bisa terjadi.

"Bukannya kamu sudah menikah?" tanya Pak Arga lirih.

"Sudah, Pa. Lihatlah."

Aku memperlihatkan cincin pernikahanku dengan Mada. Memang benar pernikahan kami hanya beberapa orang yang tahu. Meski begitu kami tidak berniat menyembunyikannya.

"Maaf sekali. Anakku sudah menikah."

Pria itu tertawa tipis, tapi aku tahu dia kecewa. Acara malam itu kembali lagi seperti semula. Aku duduk sendiri karena Pak Arga tengah menemui teman lamanya. Beberapa tahun ini memang Pak Arga tidak bersosialisasi. Malam ini, malam pertama Pak Arga kembali membuka dirinya untuk semua orang.

"Terima kasih, semua berkat kamu," kata Oma Melati yang duduk di sisiku.

"Bukan karena aku Oma, tapi Papa yang ingin sembuh dan seperti dulu lagi."

Aku tidak tahu dulunya Pak Arga seperti apa. Aku mengatakannya asal agar Oma Melati merasa lebih tenang. Padahal aku juga kaget saat melihat Pak Arga seperti orang yang berbeda di depan semua orang.

Padahal beberapa hari lalu dia masih Pak Arga yang memilih diam dan sendiri. Banyak hal memang bisa merubah seseorang, termasuk diriku yang bisa mencintai Mada tanpa tahu dia siapa lebih dulu.

"Heera. Kamu benar sudah menikah?"

"Iya, Oma."

"Siapa pria itu?"

Belum sempat aku menjawab. Beberapa orang terdengar berbisik-bisik. Di mana seseorang baru saja datang. Aku ikut berdiri dan melihat siapa yang menjadi pusat perhatian malam ini.

Mada, pria itu terlihat tenang dan tidak peduli akan tatapan semua orang. Bahkan dia masih sibuk bicara dengan Aron yang berada di sisinya. Dia benar datang ke sini, aku kira dia berbohong padaku.

"Dia tunangan Nona Elvi."

"Aku dengar mereka sudah selesai."

"Memang benar Tuan Mada tidak cocok dengan Nona Elvi yang hanya anak angkat."

"Meski begitu itu hanya kabar burung. Buktinya Tuan Mada datang ke acara ini. Pasti karena Nona Elvi."

Aku diam. Aku baru saja ingat jika Elvi adalah tunangan Mada. Jika Mada datang, mereka pasti akan mengatakan semua itu.

Elvi datang entah dari mana. Dia langsung berada di depan Mada dengan senyuman. Membuat para wanita yang ada di sana merasa cemburu pastinya. Elvi yang anak angkat, bisa memiliki seorang pria seperti Mada.

"Kamu sudah datang. Aku menunggumu," kata Elvi.

Mada menatap pada Elvi. Kemudian dia menatap ke arahku. Aku hanya tersenyum, aku tidak akan mengakui diriku menjadi istri Mada. Kecuali, Mada sendiri yang membawaku ke sisinya dan membuat semua orang tahu status hubungan kita.

"Mada. Aku ada kue buat kamu. Ayo kita..."

Elvi yang mencoba melingkarkan tangannya pada Mada langsung di tepis begitu saja. Tanpa menoleh ke arah lain. Mada berjalan ke arahku, dia bahkan langsung memeluk pinggangku.

"Maaf, aku lama."

"Tidak apa." aku menoleh pada Oma Melati yang terlihat kaget dengan apa yang terjadi di depannya. "Oma, dia Mada. Suamiku," ucapku tenang.

"Apa?!"

Aku membantu Oma Melati berdiri karena hampir saja terjatuh. Semua yang ada di sana juga kaget dengan apa yang aku katakan. Tentu, di mana dulu rumah ini menjadi saksi pertunangan Elvi dengan Mada. Kini, menjadi saksi di mana aku dan Mada telah menikah.

"Mada. Kamu!"

"Ma, aku sudah bilang. Mama tidak pernah mendengarkan aku," kata Elvi yang sudah berada di sisi Oma Melati.

"Oma. Aku memang setuju menikah dengan keluarga Hilmar. Namun, aku tidak setuju menikah dengan Elvi. Dia hanya anak angkat di keluarga ini, sementara Heera sudah diputuskan menjadi penerus keluarga Hilmar oleh Pak Arga."

Aku menoleh pada Mada yang mengatakan hal panjang lebar semacam itu.

"Heera. Dia juga ..."

Oma Melati menghentikan apa yang akan dia ucapkan. Bukan tanpa alasan, tapi karena Pak Arga tengah datang ke arah kita.

"Arga."

"Benar apa yang dikatakan Mada. Memang seharusnya dia menikah dengan Heera, bukan dengan Elvi. Bukankah status Heera lebih tinggi di sini?"

Aku tidak menyangka jika malam ini akan menjadi malam yang begitu banyak kejutan. Mada mengakui diriku, Pak Arga juga mengakuiku. Hal ini berhasil membungkam Oma Melati, apa lagi Elvi yang sudah kehilangan wajahnya. Sayangnya, aku masih belum merasa senang.

"Ternyata Elvi memang dicampakan."

"Jika aku jadi Tuan Mada juga akan memilih Heera. Dia cantik juga anak Pak Arga."

"Bagaiman bisa mereka menikah, padahal tidak ada kabar apapun."

"Kapan mereka menikah?"

"Jika aku jadi Elvi. Aku sudah memilih pergi dari pada di sini semakin kehilangan muka."

Semua kalimat-kalimat itu terdengar jelas di dalam ruangan. Ada yang membenarkan, namun banyak yang bertanya tentang kapan pernikahan itu terjadi. Aku tidak peduli, yang aku pedulikan tujuanku hampir sampai.

"Kamu benar Arga," kata Oma Melati kemudian.

"Ma. Ini tidak adil bagiku." Elvi terlihat tidak terima. Dia menghentakkan kakinya seperti anak kecil.

"Diam kamu Elvi. Ayo ikut aku."

Elvi ditarik dengan kasar oleh Oma Melati untuk ke lantai dua. Acara kembali berjalan meski topik obrolannya bukan inti acara. Melainkan apa yang baru saja terjadi di dalam ruangan ini.

Aku tahu Oma Melati tidak akan pernah tinggal diam. Dia pasti akan mencari cara agar aku pergi dari sini. Padahal dia sendiri yang sudah membawaku masuk. Aku harus mempertahankan kedekatanku dengan Pak Arga.

"Pa. Hari sudah malam. Aku harus pulang dulu," kataku.

"Kamu sudah berjanji padaku."

"Aku akan menepatinya. Papa bisa menghubungiku."

Yang membuat aku kaget Pak Arga menyelipkan sebuah kertas di tanganku. Aku sudah tidak peduli dengan acara ulang tahun itu. Aku lelah, aku ingin istirahat malam ini.

Bersama dengan Mada aku keluar dari rumah Hilmar. Aku melihat kertas apa yang diselipkan oleh Pak Arga. Ternyata nomor ponsel miliknya. Setahuku, Pak Arga tidak memakai barang elektronik.

Sejak pulang dari rumah sakit, aku baru pertama ini bertemu kembali dengan Pak Arga. Sikapnya berubah total, bahkan berbanding terbalik. Pasti ada sesuatu yang terjadi.

"Ada apa?"

Mada memeluk diriku yang hanya menggunakan baju pendek.

"Tidak ada. Aku hanya lelah."

Mada mengenakan jasnya padaku. Sedikit hangat memang. Aku suka perhatian kecil ini.

"Aku tahu. Aku sudah siapkan hadiah istimewa untuk kamu."

Aku tersenyum mendengar hal ini. Mada memang terlihat tidak peduli, tapi dia benar-benar membuatku bahagia dengan semua kejutan-kejutan yang dia berikan. Aku bersyukur dengan semua cinta ini.

1
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ehhh blm ada yg ketemu novel ini kah aku izin baca ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!