Terjebak di sebuah negri yang tak dikenal.
Di sanalah kisah ini bermula, pertemuan yang tak terduga antara DEVNIA ANGGARA RISMA dan pangeran ALFATIH LYSANDER menumbuhkan benih cinta di hati sang pangeran, namun ketidak pekaan Nia terhadap rasa yang dimiliki Ly membuat kegilaan laki-laki itu muncul.
Cinta beda alam akankah semesta mendukungnya?
Yuk ikuti kisah mereka!
Untuk kalian semua pembaca setia novel Toon salam kenal dariku Diomira antika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diomira antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
permulaan
Di sebuah hutan yang begitu lebat, terlihat seorang gadis kini mulai membuka matanya secara perlahan. Rindangnya dahan kayu adalah pemandangan pertama yang menyapanya, dia memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri, di tubuhnya banyak luka gores serta lebam yang menghiasi di beberapa tempat seperti siku jidat dan betisnya. Dia berusaha mengingat kejadian apa yang menyebabkan dia terdampar di tempat ini.
flashback on.
Matahari pagi mulai terbit di ufuk Timur, seorang gadis cantik berusia 19 tahun sudah siap dengan dres pink muda kesukaannya. Dia tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
"Cantik, saatnya berangkat." ucapnya riang. Merasa puas akan hasil riasan tangannya sendiri.
Dia pun segera menuruni anak tangga, di ruang tamu papa dan mamanya sudah menunggu, didekat mereka ada dua buah koper ukuran besar.
"ma, pa, ayo aku sudah siap!" ucapnya pasti.
Arka papanya Nia mengangguk pelan sebagai jawaban, kini mereka bertiga pun berjalan bersama menuju kearah di mana mobil mereka terparkir.
Tak ada kata sepi selama di dalam mobil karena Nia terus mengoceh bertanya ini dan itu kepada kedua orang tuanya, terutama tentang lokasi tempat tinggal neneknya ini yang memang belum pernah Nia datangi, karena kesibukan sang papa sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang ada di kota tempat mereka tinggal.
"Ingat Nia selama di sana nanti kamu harus jaga sikap dan perbuatan, di kampung itu sangat berbada jauh dari di kota, banyak aturan yang harus kamu patuhi agar kamu bisa jauh dari berbagai macam hal buruk yang akan menimpamu!"
Mendengar ucapan sang papa Nia cemberut, "terdengar aneh pa, kayaknya nggak asik." jawab Nia merasa semangatnya mulai memudar.
"semuanya akan baik-baik saja sayang, percaya sama mama." ucap sang mama menenangkan.
Nia mengangguk tak ada ucapan yang keluar lagi dari mulutnya, dia terlihat fokus pada pemandangan yang membentang di sisi jalan.
Jauhnya jarak membuat Nia merasa bosan dan akhirnya tertidur. Dia terbangun saat mobil yang berhenti secara tiba-tiba membuatnya terhantuk ke kursi depan.
"auuu.... sakitnya." ucapnya mengusap jidat.
Dia membawa pandangannya ke kursi depan di mana sang papa duduk dengan ekpresi tegang dan mata menatap lurus kedepan, Nia pun mengikuti arah pandangan papanya.
glek... Nia meneguk ludah kasar, di depan sana ada sekitar 6 orang yang sedang berjejer, ditangan mereka ada senjata tajam.
"mas... bagaimana ini?" Risma mamanya Nia mulai panik. Arka diam tanpa kata beliau bingung tanpa tau harus berbuat apa, yang ada diotaknya sekarang adalah keselamatan anak dan istrinya, salahnya tadi kenapa tidak kepikiran tentang bodyguard mengingat rawanya jalan yang akan mereka lewati.
"aku tidak tau sayang, mungkin aku akan mencoba untuk menghadang mereka, kamu bawalah Nia untuk lari sejauh mungkin, bagaimanapun caranya kalian harus selamat."
"tapi mas aku tidak mungkin meninggalkan kamu sendiri di sini jikapun kita harus mati, biarlah kita mati bersama-sama." ucap Risma menggenggam erat lengan suaminya, sedangkan Nia dia sudah menangis tanpa tau harus berbuat apa.
"sayang dengarkan aku, kita punya Nia...anak kita, dia permata hati kita, ayolah sayang kita harus bisa menyelamatkannya, dia harus tetap hidup karena dia adalah sumber kehidupan kita."
Risma melepaskan lengan suaminya lalu membawa pandangannya kearah Nia yang sudah segukan di posisinya. sambil menunduk Risma mengangguk,dia sudah pasrah sekarang apapun yang akan terjadi pada mereka nanti yang pasti Nia harus selamat, bagi seorang ibu, anak adalah segalanya dan Risma akan berkorban apapun untuk anaknya.
Kini para penjahat itu mulai mendekati mobil mereka mengetuk pintu dengan kasar, pelan Arka menurunkan kaca mobil.
"mau apa kalian?" tanyanya kepada para penjahat itu.
"turun!" jawabnya kasar sambil memukul bodi mobil.
Dengan terpaksa Arka turun dari mobil.
"kalian berdua juga turun!" salah satu dari mereka membentak Nia dan ibunya.
Dengan rasa takut yang tak terkira Nia dan ibunya ikut keluar, kini mereka bertiga sudah berdiri di kelilingi oleh 6 orang penjahat itu.
"serahkan semua barang berharga yang kalian bawa!" ucap si pemimpin kelompok itu.
Arka mengambil dompetnya di dalam saku celananya, "ini ada uang lima juta, ambillah dan tolong izinkan kami lewat!" ucapnya berharap kemurahan hati para preman itu.
Namun yang di dapat hanya senyum tipis dari para penjahat itu.
"cuman segini mana cukup, lagi yang lainnya!"
Arka melepaskan jam tangan mahalnya lalu menyerahkannya, "harga jam tangan itu lebih dari cukup untuk kalian berenam makan 3 bulan."
tiba-tiba salah seorang dari mereka maju dan mendorong Arka, "ah... banyak omong lu!" ucapnya yang kini sudah berdiri di depan Risma dan Nia.
laki-laki itu menatap kedua wanita ini dengan mata berbinar, bagaimana tidak selain cantik perhiasan yang ada di tubuh mereka juga menyita perhatian.
tanpa berkata laki-laki itu lansung menarik kalung berliontin berlian milik Risma.
selesai mengambil barang berharga milik Nia dan kedua orang tuanya, para penjahat itu tertawa lepas, dan kini bukannya pergi mereka malah menatap Nia, melihat itu Arka segera pasang badan, "Risma cepat bawa Nia pergi sekarang, aku akan berusaha menghadang mereka."
Dengan sangat terpaksa Risma mengangguk, menggenggam tangan Nia kini keduanya mulai memundurkan langkah secara pelan, "bersiaplah Nia dalam hitungan ketiga kita berlari."
"tapi papa ma."
"jangan mempersulit keadaan Nia kami melakukan semua ini demi kamu." ucap Risma dengan tegas.
"maaf ma." ucap Nia, dan kini Risma pun mulai menghitung.
1 2 3 keduanya kompak berlari, menyusuri jalan aspal, para penjahat itu ingin mengejar namun Arka lansung menghadang, namun karena jumlah penjahat lebih banyak maka mereka pun membagi tugas, dua melawan Arka, empat mengejar Nia dan ibunya.
Risma yang memang sudah lama tidak berlari tentunya lansung kelelahan, merasa sudah tidak sanggup lagi untuk berlari lekas dia mendorong Nia menyuruh putrinya itu untuk berlari kearah bagian dalam hutan yang ada di samping kiri jalan, berharap Nia bisa mendapatkan tempat persembunyian yang aman di dalam sana.
"ma..."
"lari Nia lari....!" teriak sang mama, di belakang terlihat penjahat itu semakin mendekat.
Nia yang sudah panik tidak punya solusi dan jalan keluar lagi terpaksa dia harus menuruti permintaan sang mama untuk berlari ke bagian dalam hutan.
Dia terus berlari menerobos semak-semak, tanpa perduli akan dahan kayu yang menampar wajah cantiknya, di terus memacu langkah sementara di belakang penjahat itu ternyata masih terus mengejarnya.
"hei kamu berhenti, percuma berlari tidak ada jalan keluar di sini untukmu." diakhiri suara tawa yang menggema di seisi hutan, dan itu berhasil membuat Nia semakin takut, namun tekad yang kuat mendorongnya untuk terus berlari, hingga tanpa dia sadari.
srak aaaaaaaaa....... teriakan itu mengakhiri semuanya, Nia terjatuh kedalam jurang yang sangat dalam, tubuhnya terguling-guling, bahkan sesekali membentur batang pohon, namun rasa nyeri tak lagi terasa hingga akhirnya tibalah Nia di lokasinya saat ini, di dalam sebuah hutan yang tak pernah terjamah oleh manusia.