NovelToon NovelToon
LEGENDA LAUT TIMUR

LEGENDA LAUT TIMUR

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur
Popularitas:526
Nilai: 5
Nama Author: Fii Cholby

Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 26

Keesokan harinya...

Xenia berdiri di pintu Goa Refleksi seorang diri menikmati suara burung berkicau sembari menunggu kedatangan Jesly.

Lily dan Jesly datang ke Goa Refleksi berhenti tepat di hadapan Xenia. "Masa hukuman sudah berakhir. Tiga hari kedepan untuk anda melatihnya. Tapi tiga hari setelahnya giliran Tuan Muda Alaric."

"Terimakasih, Ketua Xe." Jesly mengangguk.

"Jangan dekat-dekat dengan saya!" Peringat Xenia lalu pergi.

Lily mengedikkan bahunya lalu berjalan berdampingan bersama Jesly memasuki Goa Refleksi. Mereka berdua menghampiri Albert.

Lily menunjukkan ensiklopedia yang mempunyai banyak cerita menarik. Tulisan cerita ensiklopedia mengambang di udara. Jesly dan Lily tersenyum hangat menunggu reaksi Albert. Mereka berpikir Albert akan tertarik dengan itu.

Namun tebakannya salah, Albert tidak tertarik sama sekali. Ia menggunakan spiritualnya membuat tulisan tersebut hilang. "Hahh..." Jesly dan Lily terkejut.

"Aku tidak tertarik." Albert memilih duduk di batu besar.

"Hey..." Lily berjalan cepat mendekati Albert, berjongkok. "Tidak tertarik? Kenapa? Selama kamu tinggal di daratan, kamu bisa menikmati banyak makanan enak dari daratan maupun lautan. Kenapa kamu tidak tertarik?"

"Makanan dari darat tidak enak! Sedangkan yang dari laut, aku bisa mencarinya di laut. Tidak perlu naik ke daratan."

"Aneh! Mengapa kamu bisa bicara dengan lancar dalam waktu semalam? Jesly, apa yang terjadi semalam? Apa kamu diam-diam mengajarinya bicara?" Lily menoleh ke belakang tepat menatap Jesly yang sedang bersedekap dada.

"Apa dia mencium bibirmu lagi?" Tanya Lily sumringah.

Pertanyaan Lily membuat Albert bingung mau menjawab apa. "Hey.. jangan mengada-ada!" Jesly menghampiri mereka berdua, berjongkok.

"Pria ekor besar, selain Makanan enak ada banyak hal menarik di daratan. Satu hal lagi, lautan pasti gelap dan kamu tidak bisa melihat apa-apa. Lautan tidak seterang di daratan." Jesly ikut membujuknya. Lily mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku hidup dalam sebuah kerang besar. Ada mutiara besar didalamnya yang bersinar sendiri dan bisa menerangi segala sesuatu."

Jesly tidak mampu berkata-kata lagi. Jawaban Albert membuatnya kehilangan kata-kata. "Hanya sebuah mutiara. Seberapa besar?" Lily tersenyum miring.

"Hampir sebesar dirimu."

"Besar sekali." Pekik Lily kaget.

"Kamu pasti kesal." Gumam Jesly yang mampu masih didengar.

Albert melihat sekeliling goa, langit-langit goa. "Kerang tempatku tinggal sepuluh kali lebih besar dari pada tempat ini. Tempat tinggal Ayahanda juga lebih besar dari pada Kerajaan Vielstead."

Jesly sampai syok mendengar penuturan Albert. Ia bahkan ikut memandangi sekeliling goa yang tak seberapa besar itu. "Kalau kamu mau, aku bisa membawamu pulang ke laut." Albert tersenyum hangat.

Jesly diam tidak bisa berkata apapun. Terlebih Lily yang semula terkejut kini kian syok saat Albert menawari Jesly ikut bersamanya ke laut. Jesly menoleh ke arah Lily. Temannya itu terlihat jelas, syok.

"Pria ekor besar, apakah ada benda di daratan yang tidak di miliki di laut?" Tanya Jesly mengalihkan pembicaraan.

"Kata Ayahanda, orang-orang jahat di daratan serakah menginginkan ekor duyung, tidak ada orang-orang seperti itu di lautan."

Kata-kata Albert membuat Jesly dan Lily merasa tertusuk. "Ekheemm.. mengapa kalian para manusia duyung begitu menyayangi ekornya? Apakah itu penting?" tanya Jesly sembari menunduk tidak berani menatap Albert.

"Ekor adalah sumber kekuatan spiritual kami, kecuali kami suka rela memberikannya. Ekor kami tidak akan putus meski di tebas menggunakan pedang ataupun kapak. Tetapi sekali ekornya putus, kami akan kehilangan banyak kekuatan spiritual dan tidak bisa kembali lagi ke lautan."

Mendengar itu membuat Jesly berpikir dua kali untuk mendapatkan ekor Albert. Ia merasa bimbang. "Kehilangan ekor adalah konsekuensi yang sangat mengerikan. Kamu bahkan tidak bisa pulang."

"Jika seorang duyung memutuskan ekornya, ia akan merasa seperti terbakar di air. Kami akan menganggapnya pengkhianat. Jadi Ayahanda mengatakan pada kami lebih baik mati daripada memutuskan ekor."

Lily langsung menoleh ke arah Jesly. Jesly menundukkan kepalanya sedih. Lily mengerti Jesly saat ini tidak baik-baik saja. Albert heran dengan ekspresi wajah Jesly yang tiba-tiba berubah murung.

"Jesly, perlukah kita menumbuhkan ekor dan pergi ke laut?" Lily mencoba menghibur Jesly.

"Aku ada yang harus kulakukan. Kita pergi." Jesly menepuk pundak Albert pelan.

"Ada apa?"

"Lily," Jesly menarik tangan Lily agar ikut pergi bersamanya.

Albert menggigit kecil tangannya. 'Dia marah. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?' Albert bertanya pada diri sendiri.

.

.

.

Jesly duduk sendirian di taman bunga Kerajaan Vielstead. Ucapan Albert beberapa menit lalu terlintas jelas di pikirannya. "Ekor adalah sumber kekuatan spiritual kami, kecuali kami suka rela memberikannya. Ekor kami tidak akan putus meski di tebas menggunakan pedang ataupun kapak. Tetapi sekali ekornya putus, kami akan kehilangan banyak kekuatan spiritual dan tidak bisa kembali lagi ke lautan."

Ucapan itu terus menerus berputar di kepalanya. Jesly menghela nafas. 'Sejak awal tujuanku adalah menjinakkan manusia duyung. Tetapi mengapa aku sedih saat mendengar dia tidak bisa kembali ke laut jika ekornya hilang?' ucap Jesly dalam hati.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Menarik nafas dalam. Saat ini ia berada pada posisi yang membuatnya bingung sekaligus bimbang.

.

.

.

Xenia mengambil ikan di dalam ember kayu. Ia ingin memasak sup ikan namun ia bingung cara membersihkan ikannya.

Carly datang dari belakang lalu memeluknya, Xenia tersenyum. "Xenia, kemampuan pedangku tidak sebagus dirimu. Tetapi kami para kucing lebih jago dalam memasak ikan."

Carly mengambil pisau di tangan Xenia. Xenia pun memasukkan ikan kembali ke ember. "Apa kamu tau kalau laki-laki menggarap lahan dan wanita menenun di dunia manusia?"

Carly mengambil kain dan membersihkan tangan Xenia. "Kami tidak punya aturan semacam itu. Selama kamu menyukainya, mencuci pakaian dan memasak begitu menyenangkan untukku. Ngomong-ngomong, aku tidak punya banyak kekuatan. Jika aku tidak pandai memasak, bagaimana aku bisa menjadi suamimu?"

Xenia tersenyum. Carly meraih kedua tangan Xenia, saat hendak berkata tetapi teriakan seseorang membuatnya urung. Xenia melepaskan genggaman tangan Carly.

"Ketua Xe, Ketua Xe." Lily berlari mendekati Carly dan Xenia yang sedang berada di halaman rumah.

"Ketua Xe, Jesly mengatakan kalau kita sekutu. Kita harus saling membantu."

"Hanya karena persamaan kepentingan, saya tidak akan menolongnya." tegas Xenia.

"Saya datang bukan untuk menemui anda, melainkan Carly."

Carly membelalak, apa maksudnya? Pikirnya. Lily tersenyum mengembang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!