"Seharusnya dia adalah adik iparku! tapi kini malah menjadi istriku!" ABIAN NUGRAHA.
"Pria itu seharusnya menjadi kakak Iparku, tapi sekarang dia adalah suamiku!" MAHARAYA FADILLA.
bagaimana jadinya dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal namun tiba-tiba dinikahkan. semua itu bermula karena Andira Fadillah atau yang akrab di sapa Dira selaku kakak Maharaya atau Raya, kabur tepat di hari pernikahannya dengan seorang pria yang telah di jodohkan oleh orangtuanya bernama Abian Nugraha. Dira yang tiba-tiba saja menghilang saat akad akan di mulai membuat Ayah Faizal panik. karena insiden itu Ayah Faizal meminta Raya putri bungsunya yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu untuk menjadi pengantin pengganti Kakaknya. Demi menjaga nama baik keluarga.
Bagaimana kah kelanjutan kisah keduanya. apakah mereka bisa saling menerima satu sama lain? dengan rentang usia yang lumayan jauh.
Yuk! ikuti kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenShafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Dira memarkirkan mobilnya di garasi tempat biasa ia memarkirkan kendaraan roda empat kebanggaan nya itu. Mesin mobil sudah mati tetapi orangnya belum ada keinginan untuk turun dari sana.
"Jadi, Abian itu bukan karyawan biasa seperti yang dia bilang waktu itu! Ayah juga nggak pernah menyebutkan pekerjaan Abian dengan detail!" Gumamnya sambil mengetuk-ngetuk kan jari telunjuknya pada setir mobilnya.
"Aku pikir, dia karyawan biasa yang gajinya di bawah UMR, apalagi penampilannya juga biasa aja tuh, nggak seperti bos-bos kebanyakan!" Lanjutnya lagi masih betah berada di dalam mobil dengan jendela di turun kan setengah.
"Ah, bomat lah, ngapain juga aku mikirin dia. Calon suamiku lebih dari dia. Valdo punya segalanya!" Ucapnya sambil menggelengkan kepalanya dan kini gadis itu turun dari mobilnya.
Dira pun memilih menyudahi memikirkan Abian yang baru ia ketahui jika pria itu seorang pengusaha. Sesampainya di dalam rumah Dira di sambut oleh sang Ibu.
"Dira, baru pulang?" Tanya Mirna yang baru keluar dari dapur.
"Iya Bu, ada apa?" Tanya nya sambil menghampiri sang Ibu.
"Nggak ada apa-apa sayang, Ibu masak makanan favoritmu!" Ucap Mirna mengulas senyum manis pada putri kesayangannya.
"Wah! Ibu memang terbaik! Makasih Bu." Ucap Dira senang.
"Sama-sama sayang. Sana mandi, sebelum makan malam. Sekalian kamu bujuk-bujuk Ayahmu lagi. Sepertinya hari ini Ayah sedang bagus moodnya!" Ucap Mirna menyuruh anak gadisnya untuk segera mandi sebelum jam makan malam.
Dira pun segera menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai atas. Mirna tersenyum kecil melihat anak gadisnya yang bahagia.
"Mini! Apa yang kamu bawa itu?" Perhatian Mirna teralihkan saat melihat Mini membawa sesuatu ke halaman belakang.
"Ini Nyonya, saya bawa selimut yang tidak terpakai untuk,,,,,,"
"Untuk apa selimut bekas itu?" Potong Mirna sambil mengkerutkan kedua alisnya.
"Untuk...untuk Joko Nyonya!" Sahut Mini pelan.
"Joko? Oh, ya ampun! Kenapa dengan Joko, kenapa di kasih selimut segala?" Tanyanya sedikit tidak suka mendengar nama Joko itu.
"Anu, Nyonya. Saya takut dia kedinginan jika malam begini di biarkan di luar! Nanti dia flu, kan biasanya kandangnya di kasih masuk ke dalam sama Non Raya. Saya,,,,"
"Sudah-sudah, dia itu kucing bulunya tebal tidak mungkin dia kedinginan di luar. Kucing kan biasanya hidup bebas di luar sana. Ngapain kamu takut dia flu! Ada-ada saja!" Ucap Mirna sambil berlalu meninggalkan Mini yang masih berdiri sambil memegang selimut di tangannya.
"Hah! Nyonya kenapa sih, perlakuannya beda banget ke Non Raya dan Non Dira. Padahal kan mereka berdua sama-sama anaknya!" Gumam Mini sambil menatap punggung Mirna yang telah menjauh darinya.
Mini pun melanjutkan niat nya untuk ke halaman belakang.
"Hai Joko! Lihat, aku bawakan kamu selimut buat nutupin kandang mu! Biar kamu nggak kedinginan. Maaf ya, aku nggak bisa berbuat apa-apa saat Nyonya memerintahkan untuk memindahkan kandang mu keluar sini!" Ucap Mini sambil menutupi kandang Joko dengan selimut.
Sehari setelah Raya pergi di bawa oleh suaminya Mirna menyuruh Mini untuk tidak lagi memasukan kandang kucing kesayangan Raya di dalam rumah. Alasannya karena bau dan Dira tidak suka dengan kucing.
Alasan yang tidak masuk akal
Meong!! Meong!!
"Iya Joko sayang, sabar ya! Kita berdoa saja, semoga Non Raya cepat datang dan membawa kita pergi dari sini!" Ucap Mini sambil mengelus-elus kepala Joko yang sepertinya tengah merindukan Raya. Mini juga sejujurnya tidak betah berada di rumah itu setelah Raya menikah. Jika bukan karena pesan Raya yang memintanya untuk memperhatikan kesehatan Ayahnya. Mini ingin segera berhenti saja bekerja di rumah itu.
Yang berlaku baik padanya hanya Raya dan Ayah Faizal saja. Jika keluarganya makan malam di luar Raya tidak pernah lupa membawakan makanan yang sama dengan yang dia makan untuk Mini. Belum genap seminggu di tinggal Raya Mini dan Joko sudah sangat merindukan majikan baik hati mereka itu.
"Kamu baik-baik ya Joko, udah nggak dingin lagi kan sekarang! Aku masuk dulu ya, nanti di cariin Nyonya!" Pamit Mini seraya beranjak dari sana meninggalkan Joko yang duduk di dalam kandangnya. Seolah mengerti perkataan Mini.
Sementara itu di luar rumah.
Abian baru saja mematikan mesin mobilnya dan segera keluar beralih ke pintu kiri untuk membukakan pintu istrinya.
"Makasih Kak!" Ucap Raya setelah keluar dari dalam mobil. Abian hanya mengangguk kecil sambil mengulas senyum pada istrinya itu.
Raya memencet bell dan menunggu beberapa saat. Terdengar suara anak kunci di putar.
"Assalamualaikum!" Ucap Raya tersenyum ramah pada seseorang yang membukakan pintu tersebut yang tiada lain adalah Minim
"Waalaikumsalam, non Raya! Silahkan masuk Non, Den!" Mini mempersilahkan Raya dan Suaminya masuk, dalam hatinya bersorak riang sebab baru saja beberapa menit yang lalu dirinya dan Joko berdoa agar Raya cepat datang menemui mereka.
"Mbak Mini....apa kabar!" Raya langsung menghampiri Mini dan memeluknyanya. Mini itu sudah bagaikan sahabat Raya di rumah.
Abian hanya memperhatikan saja interaksi istrinya dengan Mini.
"Ayah dan Ibu ada di rumah kan Mbak?" Tanya Raya setelah melepaskan pelukannya dari Mini.
"Ada Non, sepertinya Tuan dan Nyonya sedang berada di kamar. Sebentar, aku panggilkan dulu!" Mini segera berlalu menuju kamar utama. Sementara Raya mengajak suaminya duduk di ruang keluarga.
Tak berapa lama Ayah Faizal dan Bu Mirna keluar dari kamar.
"Raya, gimana kabarmu nak?" Ayah Faizal langsung bertanya kabar putrinya dengan raut khawatir. Bagaimana pun juga Raya masih kecil. Ayah Faizal khawatir jika Raya kenapa-kenapa di tempat baru.m walaupun itu suaminya sendiri.
"Kabar Raya baik Ayah!" Raya menyalim tangan Ayahnya dan memeluk pria paru baya itu. Rindu.
"Syukurlah, Abian, apa kabar nak!" Ayah Faizal juga menyapa menantunya setelah Raya melepaskan pelukannya.
"Kabar baik Ayah!" Sahut Abian yang menyalim tangan Ayah Faizal.
Kini Raya beralih menyalim tangan Ibunya yang memasang wajah datar.
"Gimana kabar Ibu?" Tanya Raya basa basi sebab sudah tahu sikap sang Ibu padanya seperti apa.
"Hm, seperti yang kamu lihat Raya, Ibu baik-baik saja." Sahut Mirna yang kini duduk di samping Ayah Faizal.
"Sikap Ibu selalu saja seperti itu!" Batin Raya kemudian kembali duduk di samping Abian.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Maaf ya reader tersayang, upnya molor semolor-molornya🙈