Bagaimana jika kita bangun tidur sudah ada uang di sebelah kita dan bukan hanya uang, terkadang barang yang kita perlukan juga bisa tersedia. Memang sekilas terdengar enak dan mudah, tapi hampir setiap hari kita mimpi buruk dan berpetualang di dunia yang berkebalikan dari dunia nyata, jika di dunia nyata ada manusia, di dunia mimpi ada zombie yang merepresentasikan sifat sifat manusia di dunia nyata.
Kisah ini adalah kisah seorang pemuda dan adiknya yang sedang menghadapi masalah berat, mulai dari di minta cuti paksa karena belum membayar biaya kuliah sampai kekasihnya hamil oleh sahabatnya sendiri. Dia tidak sengaja "menemukan" sistem ini dan memulai petualangannya di dunia mimpi buruk untuk merubah dunia nyata di sekitarnya dan mengatasi masalah besar yang menimpa dirinya dan adiknya.
Genre : Fiksi, drama, comedy, fantasi, sistem, sedikit horor.
Mohon tinggalkan jejak ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Eko yang terjatuh membersihkan hidungnya yang terus keluar darah, dia melihat wajah Rudi yang sudah sangat merah berdiri di depannya bagai gunung yang tak tergoyahkan. Rudi langsung menarik baju Eko dan membuatnya berdiri, sebuah tinju langsung mendarat tepat di perut Eko dan membuatnya kembali jatuh, Rudi maju dan menarik lagi pakaiannya kemudian menyarangkan lutunya ke dagu Eko, “buaak,” Eko kembali terpental, tapi tiba tiba langkah Rudi di hentikan oleh seorang security yang menguncinya dari belakang. Seorang security lainnya menolong Eko dan membuatnya berdiri. Eko kembali melihat Rudi yang meronta supaya di lepaskan,
“Lo liat aja lo, ini belom kelar, (menoleh melihat Lisna) lo juga Lis, lo tahu kan kalau foto lo gue sebar di sosmed jadinya apa, sekarang gue sebar,” ujar Eko mengancam.
“Sebar....biarin aja Lis, biar dia sebarin,” teriak Rudi sambil meronta.
“Neos, bantuin,” teriak Rudi di kepalanya.
[Affirmative]
Eko mengeluarkan smartphonenya dan berniat langsung menyebarkan foto Lisna di sosial media, tapi “bum,” smarphone Eko mendadak terbakar dan membuat semua orang panik, "klotak," Eko melepaskan smartphonenya ke lantai membuat semua orang menjadi lebih panik, security berusaha memadamkan apinya. Melihat itu, wajah Eko menjadi takut dan dia langsung berbalik melarikan diri.
“Woi....mau kemana lo...pengecut...lepasin gue,” teriak Rudi yang masih di kunci.
“Maaf, saya tidak tahu apa masalahnya, tapi tolong anda jangan membuat keributan di mall, mari ikut saya ke kantor,” ujar security di belakang Rudi.
“Rin, gue ke kantor security dulu, bawain tas gue ya,” ujar Rudi yang menoleh kepada Rina.
“I..iya kak,” balas Rina.
Rina langsung menarik tangan Lisna yang masih tertegun pergi meninggalkan kerumunan untuk kembali ke food court. Sementara itu, Rudi yang sudah di lepaskan, di giring oleh security mall ke kantor mereka untuk di mintai keterangan.
[Semua sudah beres, foto yang ada di laptopnya juga sudah musnah bersama laptopnya.]
“Thanks Neos, tapi kayaknya sekarang gue kena kasus lagi nih, hadeh,” ujar Rudi.
[Tidak, pertolongan akan datang, bersabar saja.]
Rudi berjalan pasrah menuju ke kantor security yang berada di basement tempat parkir, begitu sampai, Rudi melihat ada mobil polisi terparkir di depan kantor security.
“Mati gue, ada polisi lagi,” ujar Rudi dalam hati.
Security membawa Rudi masuk ke dalam, seorang polisi sedang duduk di dalam kantor security dan dia kenal dengan polisi itu karena kumisnya. Sang polisi menoleh melihat Rudi dan langsung berdiri,
“Ada apa ?” tanya sang polisi kepada security yang membawa Rudi.
Langsung saja security menceritakan kronologisnya dan apa yang terjadi di depan toilet, sang polisi melihat wajah Rudi dan memperhatikannya,
“Kamu kan yang kemarin di tahan itu ? ada apa lagi kali ini ?” tanya sang polisi yang ternyata masih mengenali Rudi.
Rudi melihat nametag sang polisi yang tidak dia perhatikan sebelumnya, nama sang polisi adalah Akbar.
“Ceritanya panjang pak Akbar, aku ceritakan saja,” ujar Rudi.
Rudi mengatakan kalau Eko berniat mengancam dan berbuat kekerasan kepada adik dan temannya di depan toilet. Akbar menggelengkan kepalanya dan meminta Rudi duduk untuk di mintai keterangan lebih detail lagi. Tapi baru saja Rudi duduk, “blaak,” pintu kantor security di buka, Rina yang membawa tas Rudi masuk bersama Santi, Rahman dan Lisna.
“Pak, kakak ku hanya menolongku pak, aku adiknya,” ujar Rina.
“Silahkan duduk, coba ceritakan secara rinci,” ujar Akbar.
Langsung saja Rina duduk di sebelah Rudi, sementara Santi, Rahman dan Lisna mengambil kursi kemudian duduk di belakang Rudi. Akbar melihat pergelangan Lisna yang sedikit menggembung di balik baju lengan panjangnya. Rudi menceritakan lagi secara detail di bantu oleh Rina dan Lisna yang berada di tkp sebelum Rudi datang, Akbar melipat tangan di dada dan manggut manggut.
“Baiklah, saya mengerti, ini termasuk pembelaan diri, saya akan masukkan ke dalam laporan, tapi boleh saya minta keterangan tentang saudara Eko yang kamu katakan barusan ?” tanya Akbar.
Rudi menoleh melihat Lisna di belakang. Ternyata selain Rudi, Santi, Rahman dan Rina juga menoleh kepada Lisna, akhirnya Rudi bertukar tempat duduk dengan Lisna dan Lisna menceritakan semuanya kepada Akbar. Setelah mendengar cerita Lisna secara keseluruhan, wajah Akbar berubah,
“Kenapa anda tidak melapor kepada polisi, hal tersebut adalah tindakan pemerasan,” ujar Akbar.
“Dia tidak berani pak, wajar dong, dia kan takut dan baru pertama kali mengalami hal semacam ini,” celetuk Santi.
“Saya mengerti sekali, namun tindakan tersebut tidak bisa di diamkan begitu saja, saya akan membuat laporan dari keterangan anda dan memprosesnya, bagaimana menurut saudari Lisna ?” tanya Akbar.
Lisna diam saja dan menunduk tidak menjawab apa apa, namun tangannya mengepal dan gemetar di atas roknya.
“Proses saja pak, saya juga geram,” celetuk Rudi.
“Iya pak, benar, tolong teman ku pak,” tambah Rahman dengan gaya bancinya.
“Baik, saudari Lisna, bisa ikut saya ke kantor ? kita membutuhkan keterangan lebih detail di sana dan supaya cepat di proses,” ujar Akbar.
Lisna tidak menjawab, tapi dia mengangguk. Akhirnya Akbar membawa Lisna keluar dan masuk ke dalam mobil polisi yang berada di depan kantor security. Begitu sudah naik ke dalam mobil, Lisna membuka kaca jendelanya, wajahnya terlihat cemas melihat Rudi dan lainnya yang berdiri di sebelah mobil, Rudi langsung maju ke depan,
“Ga apa apa Lis, gue ama Rina nemenin ke polsek pakai motor ya,” ujar Rudi.
“Iya...makasih Rud,” ujar Lisna.
“Gue juga nemenin Lis, ama Rahman,” ujar Santi.
“Loh naik apa ?” tanya Rahman.
“Gue ada motor, lo bonceng gue aja,” jawab Santi.
“Oh asiiik...ok deh,” balas Rahman senang.
Tiba tiba Rina menarik pundak Rudi dan mendekatkan wajahnya ke telinga Rudi, dia langsung berbisik,
“Kak, itu kak Rahman banci ya ?” tanya Rina berbisik.
“Ga tau, tapi ya...Farah, Santi dan Lisna emang akrab ama dia, mungkin karena dia harmless kali ya,” jawab Rudi.
“Iya sih, tapi kalo dia ga ngomong, dia ga keliatan banci loh, mukanya ga jelek, malah ganteng kalau menurutku,” ujar Rina.
“Emang, kalau di liat dia emang ganteng, tapi ya gitu, kemayu,” balas Rudi.
“Bukan cuman ganteng kak, badannya juga jadi, beda banget ama si jerangkong di depan toilet tadi, dah kurus songong lagi, sekali tampol mental,” ujar Rina.
“Makanya cari cowo jangan yang ganteng dan bodinya bagus kayak si Rahman, dia doyan cewe kaga, liat dulu,” ujar Rudi.
“Ih..dasar lo kak, siapa juga yang mau cari cowo,” ujar Rina.
Setelah mobil polisi jalan, mereka berjalan menuju ke tempat parkir untuk mengambil motor mereka dan menyusul Lisna ke polsek.