Jadi Bocil Kesayangan

JADI BOCIL KESAYANGAN 26⏱️

"NGEJEK YAAAA?" tanya Allisya setengah berteriak karena kesal.

"Tidak, siapa yang ngejek kamu? Saya kan hanya berkata berdasarkan fakta di lapangan," jelas Edgar dengan santainya.

"Kok nyebelin sih? Lo dari kemarin gua liat liat kek punya dendam pribadi gitu ke gua, sebenarnya punya dendam apa lo ke gua hah? Perasaan gua gak punya masalah tuh sama manusia sejenis lo, tapi kenapa lo gangguin gua mulu. Mana body sham--"

Belum sempat Allisya menyelesaikan ucapannya Edgar tiba-tiba menariknya, di sanalah Allisya baru sadar kalau tadi dia hampir berjalan ke arah jalan raya dan hampir saja tertabrak sepeda motor kalau saja Edgar tak segera menariknya. "Kamu bau asem," celetuk Edgar saat Allisya lama berada dalam pelukannya.

"An*** banget nih cowok bangk*" batin Allisya kesal.

"MAKSUD LO APA YA? KEK BA** BANGET MULUTNYA!! WANGI GINI DI BILANG ASEM, HIDUNG LO PERLU DI PERIKSA KE DOKTER SARAF DEH KEKNYA!!"

Edgar menutup matanya saat Allisya berteriak tepat di depan wajahnya, uh teriakannya begitu keras sampai tukang sapu yang sedang berada tidak jauh dari mereka langsung menolehkan kepalanya. Namun, saat tau posisi Allisya dan Edgar yang masih berpelukan tukang sapu itu langsung menyibukkan dirinya dengan pekerjanya yang memang kurang sedikit lagi.

"Sepertinya kamu nyaman sekali berada di pelukan saya." Edgar mengangguk-anggukkan kepalanya lalu kembali berkata, "Yah saya tau badan saya memang nyaman sekali untuk di peluk."

"Really sucks!!" [Sungguh menyebalkan]

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 12.35

Butik Criletta si sinilah Allisya kini berdiri bersama orang yang baru-baru ini muncul dan membuat otaknya mendidih karena marah. Tadi setelah pulang dia langsung di suruh pergi ke butik ini untuk mencoba baju yang sudah di pesan oleh Mama Guin. Allisya awalnya setuju-setuju saja saat Mama Guin menyuruhnya untuk pergi ke Butik ini. Rasa tak setuju dan tak terima itu muncul saat ternyata dia harus pergi bersama Edgar yang ternyata juga ikut masuk ke dalam mansion.

"Nona ini adalah gaun yang saya buat khusus untuk anda." Dengan senyum manisnya Mrs. Letta memperlihatkan gaun hitam sederhana yang memang tipe Allisya sekali.

Allisya menatap Edgar yang sedang duduk di sofa dengan mata yang terpejam.......

"Gedungnya jauh dari sini?" tanya Allisya pada Edgar.

Edgar langsung membuka mata kemudian menatap Allisya yang sedang mengamati gaunnya. Beralih lagi, pria itu pun melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Setelahnya ia berkata, "Butuh satu jam perjalanan kalau tidak ada kemacetan, acaranya mulai jam empat sore. Setelah ini kamu akan di rias, apa akan lama untuk merias wajahnya?" Edgar menatap Mrs. Letta untuk meminta jawaban.

"Mungkin pukul setengah dua baru selesai Tuan muda," jawab Mrs. Letta dengan wajah meyakinkan.

"Baiklah, segera dandani dia."

Mrs. Letta menganggukkan kepalanya kemudian mengajak Allisya untuk berganti pakaian agar segera bisa di rias setelahnya. Setelah Allisya di bawa pergi, Edgar kembali menyandarkan kepalanya ke punggung sofa dan memejamkan matanya. Biarkan dia tidur sebentar sampai Allisya selesai di rias, ya hanya sebentar sampai Allisya selesai di rias.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 13.51

Edgar dengan perlahan mulai membuka matanya, pria itu menoleh ke samping kanannya dan samar-samar melihat seorang gadis yang sedang duduk sambil meminum secangkir teh. "Allisya?" panggil Edgar memastikan kalau gadis di sampingnya itu adalah Allisya bukan orang lain.

"Hm? Oh udah bangun? Masih ngantuk?" kata Allisya bertanya.

"Tidak, jam berapa sekarang?"

"Jam dua kurang lima menit," jawab Allisya santai. Bahkan gadis itu menawarkan teh yang baru saja dia minum kepada Edgar, anehnya malah di terima oleh pria itu dan di minum juga.

"Padahal gua cuma basa-basi tapi malah di embat juga," gerutunya tak terima.

"Eh tapi tunggu tadi tu gelas abis gua buat minum terus berarti secara gak langsung....?" Allisya bertanya-tanya dalam hati kemudian menatap Edgar yang sudah menghabiskan secangkir teh miliknya. Lihatlah pria itu bahkan sedang tersenyum tipis seolah baru saja mendapatkan sesuatu yang sangat spesial.

"Berangkat sekarang?" tanya Edgar seolah tak terjadi apa-apa barusan.

"Ya."

Edgar menatap Allisya yang hanya menjawab singkat perkataannya, dan langsung pergi tanpa menunggu dirinya terlebih dulu. "Tapi saya belum cuci muka," ucap Edgar yang buru-buru mengikuti langkah Allisya.

"Gak usah gitu aja udah ganteng, Ehhhhh?" Reflek gadis itu menutup mulutnya saat sadar apa yang baru saja diucapkan olehnya.

"Sialan saya salting boleh kan?" batin Edgar.

Karena terlanjur malu dengan ucapannya sendiri Allisya berlari menuju mobil milik Edgar yang terparkir di depan butik. Edgar yang berhasil menormalkan wajah salah tingkahnya pun mengikuti Allisya yang sedang berlari meninggalkan dirinya.

"Perfect girl..."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hallwhite Crops

Edgar keluar dari mobilnya dengan cara yang begitu menawan, para wartawan yang berada di liar gedung langsung memotret kedatangan Tuan Muda Grissham itu dengan kamera masing-masing. Allisya yang berada di dalam mobil langsung terdiam saat melihat flash kamera menyala setiap detiknya. Allisya menyesal, seharusnya tadi dia membawa kacamata agar flash kamera yang terus menyala nanti tak membuat matanya kabur.

"Ayo turun," ajak Edgar yang sudah membukakan pintu mobil untuk dirinya.

"Kak Ed," panggil Allisya.

"Hm?" Edgar yang sedang menggunakan kacamata sedikit menurunkannya guna menatap Allisya.

"Pinjam kacamata dong," mohon gadis itu dengan puppy eyes nya.

Edgar mengerutkan dahinya kemudian melihat ke kanan dan kiri mereka yang di penuhi wartawan, untung saja para wartawan itu di halangi oleh bodyguard keluarga Lesham. Jadi mereka tak sampai menyerobot ke arah Edgar dan juga Allisya yang masih berbicara sekarang.

"Tidak, kacamata saya tidak untuk di pinjamkan. Cepat keluar," kata Edgar.

Allisya mengumpat dalam hati saat Edgar tanpa persetujuannya mulai menggegam tangan mungil Allisya dan membawanya keluar dari mobil. Umpatan demi umpatan semakin Allisya keluarkan, saat ia sudah berada di luar dan para wartawan mulai memotret dirinya. Silau sekali kawan, seperti terkena cahaya ilahi.....

Karena flash kamera yang terus menyala membuat Allisya reflek memejamkan mata dan semakin mengeratkan genggamannya pada jari-jemari Edgar. Edgar yang menyadari hal itu langsung menoleh menatap Allisya di sebelahnya. Melihat gadis kecil itu memejamkan mata karena flash kamera, Edgar yang merasa bersalah langsung melepas kacamata miliknya dan memasangkan kacamata itu kepada Allisya.

"Maaf," ucap Edgar setelah selesai memasangkan kacamata itu pada Allisya.

Orang-orang yang melihatnya langsung memekik tertahan, oh lihatlah ternyata Tuan Muda Grissham juga bisa berlaku manis seperti barusan. Jangankan orang-orang Allisya saja sampai mencoba menyabarkan hati akibat perlakuan Edgar. Cowok-cowok kayak gini tuh idaman banget menn.....

"Dari tadi kek," kata Allisya jengkel.

Lain di mulut lain juga di hati, yah begitulah......