Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Pijat
BAB 26
Pamela berjalan malas, langkah kakinya sangat menempel pada lantai seolah terdapat lem setiap gerakannya. Tangan mengepal di depan pintu, ragu untuk mengetuk pintu berwarna coklat tua itu.
“Huh, aku pikir bisa istirahat. Kuatkan dirimu Pamela”, monolog Pamela.
Menghela napas sebelum mengetuk pintu.
Tok...tok
Tidak ada jawaban dari dalam kamar suaminya, Pamela terpaksa mengetuk pintu itu lagi.
Tok...tok...tok
Klek
“AH”, wanita berambut indah ini tersentak mendapati pintu terbuka dengan cepat, menampakkan pemandangan indah dari tubuh bagian atas Leon yang tak tertutupi sehelai benang.
Jika mereka saling mencintai mungkin Pamela akan mendorong tubuh kekar itu ke atas ranjang dan menikmati setiap ukiran otot dibawah kuasa Leon.
“Bodoh, cepat masuk”, seru Leon membuyarkan lamunan Pamela.
“I-iya Tuan Leon”, Pamela menunduk, menghindari pandangan mata Leonard yang begitu tajam bak predator yang kelaparan.
Tubuh Pamela bergetar, gugup bercampur jadi satu pasalnya ia belum siap menerima sentuhan apapun dari Leon mengingat hasil pemeriksaan dokter, kalau suaminya tidak boleh melakukan penyatuan dalam waktu dekat ini.
Leon berbaring di atas ranjang besarnya, sedangkan Pamela masih setia menunduk takut.
“PAMELA”, suara Leon memekakkan telinga.
“Iya tuan?”
“Kemari cepat !”, perintah Leon dengan kedua tangannya dilipat menjadi penyangga kepala. “Cepatlah bodoh”, kesal Leon, istrinya ini seperti siput bahkan lebih lambat.
“Pijat tubuhku”, ucap Leon tegas seperti biasa tak ingin menerima bantahan dan penolakan.
“Hah, apa tuan?”, tanya Pamela yang terlalu larut dalam pikirannya sendiri.
“Aku pastikan malam ini akan menggantung mu”, ancam Leon begitu nyata apalagi Pamela melirik netra tajam suaminya.
“Apa dia serius? Tidak, jangan. Untuk apa aku memiliki uang Satu Juta Euro jika harus mati malam ini”, batin Pamela.
“Pijat tubuhku, cepat bodoh”, Leon membalik tubuhnya, hingga hanya bagian punggung yang Pamela lihat. “Satu....dua..... ti....”
“Iya Tuan Leon, siap”, Pamela duduk di sisi ranjang, kedua tangannya bergetar disuguhkan otot punggung yang begitu terukir rapi, jangan lupakan bagian bahu Leon yang juga kekar hingga menambah pesona pria di depannya ini.
Pamela mulai menempelkan kedua tangannya di punggung Leon dan memijat pria itu dengan lembut, namun siapa sangka dirinya mendapat tatapan tajam dari suami kejamnya.
“Apa aku kurang memberimu makan?”, tanya Leon sinis.
“Tidak tuan, anda begitu murah hati”, cicit Pamela.
“Pakai tenagamu, dan naiklah ke atas pinggang”, sentak Leon.
“Baik tuan”, Pamela menuruti perintah suami secara suka rela, menduduki pinggang Leon yang begitu kokoh, serta tangannya mulai menekan bagian punggung bawah, beralih pada bagian atas dan bahu Leon.
“Lumayan”, ucap Leon menikmati pijatan dari tangan lembut istrinya. “Ingat Pamela, tugasmu melayani segala kebutuhanku. Aku tidak mau rugi membayar mahal tetapi pelayanan mu sangat buruk”.
Pamela hanya mengangguk di balik punggung Leon, terus fokus memijat punggung suaminya yang lebar ini.
Leon pun memerintah istrinya memijat bagian kaki, mulai dari paha, betis hingga telapak kaki, tubuh Leon dimanjakan dengan sentuhan kedua tangan Pamela yang melepaskan lelahnya malam ini.
“Ya ampun dia ini pria atau wanita, kuku kakinya sangat bersih dan rapi”, gumam Pamela dalam hati, ia lantas memperhatikan kuku kaki miliknya dan kini sangat bersih juga rapi, padahal sebelumnya Pamela tidak peduli pada penampilan apalagi kaki yang selalu tertutup sepatu kets.
Leon tidak hanya memberikan Pamela uang, sampai hal kecil pun ia perhatian, Pamela bisa merasakan spa mewah dan perawatan tubuh ala kalangan atas, Leon tak suka istrinya kotor.
“Emmmmm, rupanya kau pandai memijat, apa sebelumnya sering melalukan ini pada pria hidung belang di club?”, pertanyaan Leon membuat Pamela menghela napas panjang.
“Tidak tuan, aku hanya seorang pelayan yang bertugas melayani tamu dan memberikan pesanan sesuai yang mereka inginkan”, jawab Pamela.
“Jelas-jelas dia pria pertama yang ku sentuh”, gerutu Pamela di hatinya.
“Kau lelah?”, tanya Leon membalik posisi tubuhnya.
“Iya tuan”, jawab Pamela sangat bersemangat.
“Baiklah, pijat kedua tanganku sebelum hari semakin malam”, perintah Leon sangat angkuh.
“Iya tuan”, Pamela pikir Leon akan membebaskannya namun pria ini masih ingin bermain-main dengan sang istri. Pamela memijat tangan kiri Leon sembari menunduk karen suaminya ini menatapnya terus menerus.
Tatapan Leon teralih karena gawainya berdering di atas nakas. Ia pun merubah posisinya menjadi duduk hingga Pamela maju mendekati suaminya.
Leon menerima panggilan video, senyum tipis tersungging di bibir pedasnya.
“Hi, sayang. Kamu sedang apa?”
Suara indah dan manja mengalun masuk pada telinga Pamela, sangat jelas terdengar. “Megan”, satu nama berhasil Pamela sebut di hatinya.
Megan : “Kamu belum tidur sayang?”
Leon : “Bisa kamu lihat sendiri”
Wajah Leon begitu ekspresif saat bicara dengan Megan berbeda ketika bersamanya hanya wajah dingin, datar dan tatapan tajam.
Megan : “Apa kamu bersama seorang wanita?”
Leon : “ Ya, tentu saja honey”
Megan : “Leon, bukankah aku wanitamu. Aku cemburu Leon”
Leonard tertawa garing menanggapi ucapan manja kekasihnya.
Leon : “ Kamu tidak perlu takut, dia hanya pelayan”
Jawaban Leon menusuk jantung Pamela, ia pun langsung menoleh pada suaminya yang menatap layar penuh cinta.
“Pelayan? Ya benar aku hanya pelayan”, monolog Pamela di hatinya yang semaki sakit.
Leon menutup kedua matanya usai mengakhiri panggilan video dengan Megan kekasihnya, menikmati pijatan Pamela yang membuat otot tegangnya menjadi lebih rileks.
**
Di tempat lain, tepatnya apartemen Dylan. Pria ini datang dengan pakaian kusut, kancing kemeja yang terbuka dan salah satu lengannya tergulung.
“MEEGAAANNN?”, panggil Dylan.
“Baby, kamu sudah pulang”, mengecup bibir Dylan.
“Aku lelah, buatkan aku teh hangat, jangan lupa cake kesukaanku”, perintah Dylan yang tengah frustasi menghadapi masalah perusahaannya.
Sudah satu minggu lebih tetapi belum ada perubahan signifikan dari perusahaan yang ia rintis mulai nol. Malah semakin menurun, tidak adanya dana membuat perusahaan itu berhenti beraktifitas dan hanya fokus mencari investor.
Dylan susah payah mencari sumber pendanaan baru untuk menghidupi perusahaannya, hanya ada tiga pilihan tersisa, datang pada keluarganya sendiri yang pasti akan berakhir pada permintaan Tuan Besar Manassero untuk Dylan mengelola perusahaan keluarga. Kedua, mengajukan proposal pada perusahaan Marquez namun akan memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Lalu pilihan terakhir mengiba pada perusahaan raksasa Torres Inc.
Ketiganya benar-benar memuakkan bagi Dylan, bahkan salah satu mobil sport mewah miliknya terjual beberapa hari yang lalu untuk membayar gaji karyawan yang tersisa.
“Ini Baby”, Megan menyimpan cangkir teh dan lemon cake di hadapan tunangannya.
Mengecupi wajah pria yang kusut ini, Megan tak ingin kehilangan Dylan sebelum hubungannya bersama Leon mendapat kepastian. Maka ia harus bersikap baik dan menuruti tunangannya ini.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat