Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Pembalasan setimpal
"Bisa nggak sih kamu berhenti membuat masalah, hah?" kesal Albert.
Ini pertama kalinya ia marah, kesal dan tak habis pikir dengan kelakuan Melysa yang sangat childish.
"Aku nggak sengaja melakukannya, kamu tahu kan aku orang yang seperti apa?" gugu Melysa menampilkan sandiwaranya.
"Hm, tapi ini seperti bukan kamu yang dulu! Akhir-akhir ini...." Albert mengusap wajahnya kasar.
"Ah sudahlah, perusahaaan dalam kondisi tidak stabil. Kamu lebih baik diam diri, jangan menambah beban pikiranku!"
"Oke, jika menurutmu aku beban!" kesal Melysa berlalu dari hadapan Albert.
Ia masuk kamar dan membanting pintu dengan keras.
Albert berdecak melihat kelakuan istrinya, sangat beda jauh dengan Mamanya Arka. Seharusnya ia menyadari, wanita yang rela meninggalkan suami dan anaknya begitu saja bukanlah wanita yang baik.
***
"Kau tenanglah sedikit," ujar Marvin mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.
"Nyawa anakku tidak sepandan dengan perusahaan Albert, wanita itu harus membayar mahal atas apa yang dia lakukan. Sengaja tidaknya, aku sama sekali perduli sekalipun dia adalah Mama kandung Hana."
"Jadi kamu mau aku menghancurkan mereka sekarang?" tanya Marvin.
"Ya, hancurkan sampai si tua Albert itu tak sanggup lagi bangkit."
Marvin setuju, menurutnya itu belum seberapa dibanding kehilangan sebuah harapan. Marvin tahu, Kenaan sangat syok dan terkejut tapi ia berusaha bersikap tenang menghadapi Hana. Menghibur wanita itu meski diri sendiri juga sama hancurnya.
"Sudah beres, sahamnya anjlok dan aku yakin dia akan kelabakan kali ini. Lalu, apa perlu aku membongkar rahasia Melysa ke publik? Skandalnya dengan assisten Albert?" tanya Marvin meminta pertimbangan.
"Lakukan saja."
Marvin mengangguk mantap, dengan segera ia mengantar Kenaan ke rumah sakit lalu segera menyelesaikan misinya.
"Mama belum pulang?" tanya Kenaan saat melihat Mira justru memilih tetap berada di samping sang istri meski Kenaan sudah menyiapkan beberapa orang untuk menjaga istrinya.
"Ehm, belum. Mama nggak tega ninggalin Hana. Kasian dia syok berat," lirih Mira.
"Biar Hana aku temani, Mama pulang dan istirahat. Kasian Papa."
Mira mengangguk, ia pun pamit pulang dibarengi Marvin yang akan mengantar Mira sampai ke rumah. Sementara Hana terlelap dalam sedihnya. Kenaan duduk di sisi ranjang sang istri, membiarkan Hana istirahat.
"Permisi," ucap suster masuk membawa suntikan dan infus baru.
Kenaan mempersilahkannya. Kedatangan suster sama sekali tak mengusik Hana.
Setelah melakukan tugasnya, suster pun pamit. Berganti dengan masuknya Dokter ke dalam.
"Tuan Kenaan," sapa Dokter.
"Ya, Dokter. Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Kenaan.
"Tinggal pemulihan, akan tetapi kehilangan janin membuat si Ibu biasanya muram dan sedih. Dalam hal ini, dukungan dan peran suami sangat penting Pak Kenaan. Jadi mohon untuk tidak membuat Ibu Hana merasa tertekan karena kehilangan janinnya."
"Baik, Dok!"
"Besok malam, Ibu Hana sudah boleh pulang."
"Syukurlah!" Kenaan berucap syukur. Setelah dokter pergi, Kenaan mengecup tangan Hana lembut dan memberikan semangat.
"Sayang, maaf karena aku harus membalasnya!" gumam Kenaan pelan.
Hana yang masih memiliki kesadaran mendengar gumaman Kenaan meski dengan mata terpejam.
Apa yang telah terjadi mungkin sudah menjadi bagian dari takdirnya.
Cahaya kuning keemasan menerobos masuk lewat ventilasi jendela rumah sakit. Suara burung beradu merdu di pagi hari menemani sarapan Hana.
Ia sudah lebih baik saat ini setelah semalaman istirahat.
"Hari ini mau sarapan apa? Mau ku bawakan makanan lain? Kamu pasti bosan makan makanan orang sakit," ujar Kenaan yang sudah terbangun sejak subuh tadi.
Hana menggeleng, ia malah menatap Kenaan lekat.
"Aku pengen cepet pulang," ujarnya memohon.
"Ya, nanti kita pulang ya?"
Hana menghela napas, sikap Kenaan menjadi sangat lembut dengannya.
"Hm, maaf aku tak bisa menjaga anakku dengan baik," cicit Hana.
"Anak kita, Na." ralat Kenaan, ia mengusap lembut kepala Hana lalu menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah ayu sang istri.
"Iya, maaf."
"Tak apa. Mungkin belum rezeki kita kan? Yang penting kamu sehat. Nggak salah keputusan yang kamu pilih sayang. Gimana kalau keadaannya dibalik. Kamu dan anak kita baik-baik saja, tapi Mama Mira celaka?"
"Ish, jangan lah."
"Makanya, dalam hidup ini kita harus mensyukuri apapun yang ada. Mau mendapatkan sesuatu atau kehilangan sesuatu semuanya sama. Akan pergi jika waktunya sudah tiba!"
"Hm, Mr. Arrogan sekarang jadi Mr. Teguh ya, makin bijak!"
Kenaan tak perduli cibiran Hana, ia bersyukur sang istri sudah mau tersenyum sedikit.
"Aku suapin," ujar Kenaan.
"Aku bisa makan sendiri, lebih baik kamu ke kantor sekarang!"
"Jangan membantah, atau kamu mau lebih lama disini, hm?" Kenaan menaik turunkan alisnya sementara Hana langsung menekuk wajah.
"Dasar tukang maksa!"
Kenaan tak menghiraukan Hana, ia mengambil makanan yang sedari tadi diantar oleh suster lalu menyuapi Hana dengan sendok.
"Buka mulutnya?"
Mau tak mau, Hana terpaksa membuka mulutnya meski memasang wajah suram. Disaat Kenaan tengah sibuk menyuapi Hana, Marry datang.
"Hana gimana keadaanmu?"
"Biarkan Hana sarapan lebih dulu, Ma!" tegas Kenaan.
"Mama kan khawatir, kamu tahu kan Mama kemarin diluar kota. Denger Hana kehilangan janinnya, Mama langsung nggak tenang!"
Hana menunduk, ia teringat calon bayinya yang hilang karena insiden kemarin.
"Jangan sedih ya, setelah ini Mama minta kalian bulan madu! Kalian liburan kemanapun, buatkan mama cucu-cucu yang lucu," ujar Marry hampir membuat Hana tersedak.
"Cucu, Ma?"
"Iya, tak usah buru-buru. Asalkan kamu sehat, Mama juga udah seneng."
Kenaan menahan senyum melihat Hana langsung memerah pipinya karena perkataan sang Mama. Meski setelah Marry pergi, sang istri langsung memelototinya tanpa ampun.
***
Marvin berhasil menyelesaikan misinya. Ia bukan hanya membuat perusahaan Albert terjatuh tapi foto-foto skandal Melysa mencuat ke berbagai media. Albert sangat frustasi, sedangkan Arka tak bisa berbuat apa-apa karena hubungannya dengan sang Papa sangatlah buruk.
"Melysa, pergi kamu! Pergi dari hadapanku, atau akan kubu nuh kamu!" teriak Albert kala memasuki rumah. Melysa yang memang belum melihat pemberitaan di ponsel pun menanggapi amarah suaminya dengan senyum sinis.
"Kenapa harus teriak, Aku nggak budek!"
Brakkkk!!!
Map biru Albert lempar ke atas meja, ia sebenarnya sudah menyiapkan perceraiannya. Hanya masih tak ingin menyakiti Melysa tanpa alasan. Namun, hari ini ia bukan hanya akan menceraikan wanita itu tapi juga mengutuknya hidup menderita dipenuhi kesialan.
"Salahku apa, Albert?"
"Salahmu apa? Buka mata kamu lebar-lebar. Jangan cuma pa ha yang kau buka lebar."
Melysa langsung mengecek ponselnya, tamatlah sudah! Albert membuangnya dan Arion melarikan diri.
"Ini jebakan, aku yakin ini jebakan! Kamu ingat kan, aku tanpa sengaja membuat Hana kehilangan calon anaknya. Kenaan mungkin sedang membalasku, atau bisa jadi sebenarnya ini ulah Arka anakmu?"
Melysa panik, ia harus membuat Albert luluh karena jika tidak maka pundi-pundi uangnya akan menghilang.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..