Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elsa Dijodohkan??
“Bukaankah ini sudah tiga bulan? Ini sudah batas waktu yang kau tentukan. Selain itu kau tidak bisa berteman dengan mantan, kan?” Setiap kata yang terucap dari bibir gadis itu membuat Willy teringat pada ucapannya sendiri beberapa waktu lalu, dimana ia pernah mengatakan tidak bisa berteman dengan mantan.
“Tapi aku tidak mau menjadi mantanmu,” lirih suara Willy.
Seulas senyum tipis hadir di sudut bibir Elsa. Tidak ada perpisahan yang indah, namun ia yakin perpisahan adalah yang terbaik bagi mereka berdua. Walaupun pada awalnya akan terasa sakit. Seperti kata Evan, waktu adalah sebuah janji semesta, bahwa segala sesuatu akan berlalu, termasuk perasaan sakit yang kini memeluknya.
“Maafkan aku. Tapi aku sudah menyetujui sebuah perjodohan yang telah disepakati oleh ketiga kakakku,” ucap Elsa membuat Willy terhenyak. Ia menatap dalam wajah Elsa, dimana Willy dapat melihat kesedihan yang sama.
Dari raut wajah laki-laki itu terlihat sangat tidak rela jika Elsa dimiliki orang lain. Namun, ia masih sadar diri bahwa semua adalah buah dari pohon kesalahan yang ditanamnya sendiri. Willy menunduk, perlahan genggaman tangannya terlepas.
Elsa berdiri dari duduknya, saat dari kejauhan terlihat sebuah mobil melaju dan berhenti tepat di belakang mobil Willy. Sebelumnya, Elsa telah mengirim lokasi keberadaannya pada saudara kembarnya dan meminta untuk dijemput.
“Maaf, aku harus pergi. Aku harap kau menemukan seseorang yang lebih baik dari Shan atau pun aku.”
“Elsa!” Buru-buru Willy bangkit dan menarik pergelangan tangan Elsa. Mencegahnya agar jangan pergi. Willy bahkan tidak mempedulikan lagi tatapan menggeram Evan yang segera turun dari mobil dan berjalan ke arahnya. Tangannya semakin erat mencengkram, seakan tidak rela untuk melepas.
“Lepaskan dia!” Evan menarik satu tangan adiknya, namun rupanya Willy masih tidak mau menyerah. Ia menarik Elsa dengan lembut hingga membentur tubuhnya, akan tetapi Evan juga tidak mau mengalah. Kesal dan mendorong dada Wlly dengan keras, sehingga mundur beberapa langkah—kemudian menarik Elsa dan melingkarkan tangan di bahu adiknya itu. “Kau tidak apa-apa?” tanya nya kemudian menatap tajam Willy.
Elsa menggelengkan kepala pelan, “Tidak apa-apa.”
“Syukurlah! Kita pergi?”
“Huum. Kak Zian dan Kak Fahri tidak tahu kalau aku di sini, kan?”
“Kalau kau mau, aku tidak akan bocor.’’
Elsa terkekeh pelan, kemudian balas melingkarkan tangan di pinggang saudaranya. “Terima kasih.” Setelahnya berlalu pergi meninggalkan Willy yang masih membeku di sana. Hanya tatapannya yang mengikuti kemana langkah kaki Elsa. Bahkan ia tidak melepaskan pandangan walaupun mobil milik Evan telah menjauh pergi.
******
“Apa, dijodohkan!?” ucap Wira setengah berteriak karena terkejutnya. Berbeda dengan Marchel yang tampak lebih tenang. Meneliti wajah sahabatnya yang suram itu.
Setelah gagal meminta maaf pada Elsa, Willy pun meminta bertemu dengan dua teman durjananya di kafe favorit mereka. Dan untuk pertama kalinya, si dokter playboy itu terlihat menyedihkan saat sedang patah hati. Sebab saat kehilangan Shan, ia masih dapat menyembunyikan perasaannya. Namun tidak dengan Elsa yang membuatnya merasakan patah hati yang sesungguhnya.
“Sebenarnya aku sudah tahu tentang itu,” ujar Marchel membuat Wira dan Willy tersentak, menatapnya dengan mata membulat. “Aku tahu saat mendengar pembicaraan Evan dengan seseorang di telepon beberapa hari lalu. Maaf, aku tidak tega memberitahumu.”
“Kau ini memang teman sableng bin durjana, ya … Hal seperting ini kau rahasiakan. Untung saja tadi Willy berhasil menculik elsa jadi tahu.” Wira bersungut-sungut kesal, tidak terima dengan sikap Marchel yang memilih diam.
“Dijodohkan dengan siapa?” Walaupun tidak sanggup untuk mendengarnya, namun Willy tetap bertanya. Sebab sepenuh hatinya tidak rela jika Elsa harus dimiliki orang lain.
Marchel diam beberapa saat, tidak tega jika Willy harus mengalami patah hati untuk yang kedua kali. “Kau yakin mau mendengarnya?” tanya Marchel hendak memastikan.
“Katakan saja, tidak apa-apa.”
“Aku dengar Trio Azkara sepakat menjodohkan adik mereka dengan Rafli.”
Datar! Tidak ada reaksi terkejut yang berlebihan dari Willy. Ia telah menebak dalam hati sebelumnya, bahwa Elsa akan dijodohkan dengan seseorang yang disukai oleh ketiga kakaknya, dan Rafli termasuk salah satu orang beruntung yang bisa dekat dengan keluarga Azkara. Marchel segera menyela, agar temannya itu tidak perlu berpikir keras.
“Ah iya, aku ingat. Sekarang apa rencanamu? Apa tidak sebaiknya kau culik saja Elsa. Aku yakin dia juga suka padamu.”
Marchel berdecak kesal mendengar ucapan Wira. “Sebelum kau menculiknya, maka kau duluan yang akan diculik oleh makhluk aneh berkepala botak tadi dan dibuang ke Segitiga Bermuda. Berhati-hatilah dengannya. Apalagi tadi kau sempat mempermainkan kepalanya.”
“Aku tidak peduli pada onde-onde menyebalkan itu.”
“Sudah, lupakan tentang dia. Sekarang pikirkan bagaimana cara membatalkan perjodohan Elsa dengan Rafli,” Willy cepat-cepat menyela. “Ini tugas kalian untuk mencari cara.”
******
Jika Trio sableng sedang mencari cara untuk membatalkan perjodohan Elsa dengan Rafli, maka di sisi lain, Trio Azkara sedang Menyusun sebuah rencana. Menjaga dan melindungi Elsa adalah prioritas bagi mereka. Tidak peduli walaupun harus dengan cara seperti apa. Dan tentu saja kebahagiaan Elsa tetap menjadi yang utama.
“Zian, kau yakin cara mu ini akan berhasil?” tanya Fahri.
“Percayalah padaku, Kak,” jawabnya dengan yakin. “Ini adalah jalan yang terbaik, perjodohan Elsa dengan Rafli. Aku sudah meminta Evan mengatur sebuah makan malam romantis untuk mereka besok malam.”
Fahri menghela napas panjang, untuk kesekian kalinya ia harus terlibat pada sebuah ide gila yang disusun oleh adiknya itu. Tatapannya kini tertuju pada Evan, yang sedang memainkan ponselnya. “Evan, kau yakin Rafli tidak keberatan dengan perjodohan ini, kan? Dia tidak terpaksa melakukannya?”
“Tidak, Kak. Rafli menerimanya dengan mudah,” jawab Evan.
“Baiklah, aku percaya pada kalian.”
Mendadak wajah Zian berubah sedih. Laki-laki itu merasa menjadi yang paling bersalah atas patah hati yang dialami Elsa. Maka baginya, mengembalikan kebahagiaan Elsa merupakan tanggung jawabnya. Dan akan melakukan apapun untuk itu. Menyadari wajah adiknya yang mendadak sedih, Fahri menepuk bahunya.
“Sudah, jangan salahkan dirimu,” ujar Fahri. “Lagipula kau tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Bukankah jodoh sudah diatur Yang Kuasa. Manusia hanya perantara. Mungkin setelah ini akan ada kebahagiaan yang lebih untuk Elsa dan evan.”
“Kak Fahri benar,” imbuh evan. “Lagipula aku yang bersalah, Kak. Waktu itu aku tidak tahu kalau Naya sudah menikah. Kak Zian kan juga menghilang saat itu. Sekarang pikirkan saja bagaimana supaya rencana kita besok berjalan mulus.”
Ucapan Evan membuat Zian sedikit bernapas lega dan mengurangi perasaan bersalahnya. Seulas senyum penuh arti juga terlihat di sudut bibirnya.
“Ya … Kita akan tunjukkan pada dokter playboy mesum itu rasanya ditinggal orang yang dia cintai.”
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰