5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Rencana Baru
Petunjuk :
"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."
...ΩΩΩ...
Hari ini. Widya dan juga Misra mengunjungi markas Bina Garuda, setelah mereka mengetahui jika yang menyebabkan Alesya tewas adalah mereka.
"Woy! Gue ke sini mau minta keadilan. Kita gak bisa terima gitu aja kalo Alesya gak ada karena kalian! Kalian yang sengaja buat dia begitu," bentak Misra.
Dobrakan pintu yang baru saja terjadi membuat mereka terkejut, beruntung saja tidak sedang membicarakan hal yang serius.
"Kalian tau?" Celetuk Lisa.
"Bodoh lo semua! Mana Ghea? Si pengecut itu harus bernasib sama seperti Alesya, atau penjarakan dia seumur hidup." Widya diperintahkan oleh Renjana untuk datang meminta keadilan ke markas Bina Garuda.
"Bukan salah Ghea! Lo semua yang bodoh, gue yakin lo juga tau apa yang sebenarnya terjadi. Alesya sendiri yang mau celaka Ghea, dan Ghea cuman lari nyelamatin dirinya. Tapi Alesya juga yang terpeleset sampai masuk jurang, buka mata lo semua!" Akashi. Yang dikenal dengan lelaki pendiam, namun beda dengan situasi saat ini.
"Kita tau itu. Dan gak yakin kalo Alesya bisa jatuh tanpa didorong sama orang itu," sentak Misra.
"Beri bukti! Jangan berani cuman tuduh doang, atau gue buktiin ke tim SAR kalo yang lo bilang barusan itu palsu. Gue yakin mereka udah lebih dulu selidiki apa yang terjadi sebelum ngasih Alesya ke kalian." Daisen meraih ponselnya yang berada di atas nakas, ia segera menghubungi tim SAR Neofourfive.
Keduanya diam. "Buktiin, dan kalo gak terbukti Ghea harus dipenjarakan." Widya terus saja menentang mereka.
Hanya memerlukan beberapa detik untuk mendapatkan jawaban, admin tim SAR merespon dengan begitu cepat. Dan mereka menyatakan tidak ditemukan sidik jari apapun di dalamnya.
"Buka mata lo!" Bentak Evelyn.
"Sudah jelas dimana-mana seliweran berita itu, tidak temukan bukti apapun selain pisau. Juga tidak ditemukan sidik jari, memang lo semua yang bodoh." Bahkan Bercelly pun, akan ikut membela jika orang yang disayanginya diancam.
Mereka berdua terdiam. "Apa? Kehabisan kata kalian? Bodoh!" Rayn mencaci maki keduanya.
Mereka memalingkan wajah, dan segera pergi dari tempat itu. "Lihat kalian!" Ujar Misra.
'Sa, gue gak ngerti apa yang membuat lo gini.' Batin Bercelly.
Selang beberapa menit, bahkan Widya dan Misra pun sekiranya sudah sangat jauh. Rayn mengutarakan rencananya, yang ia pikir secara matang-matang dan belum diberitahukan kepada mereka.
"Gue ada rencana. Kita fokuskan ini ke Misra, gue lihat dia selalu berani ngamcam apapun. Bagaimana kita tugaskan salah satu cewek untuk mengancam dia balik? Kita baca dulu pergerakan mereka selanjutnya lewat Misra." Rayn mengemukakan pendapatnya.
"Bagus tuh. Siapa yang akan diperintahkan?" Tanya Lisa.
Sebelum Rayn berucap, Bercelly lebih dulu menyelanya. "Jangan Ghea! Cukup dulu!" Rayn mengerti, Celly tidak ingin jika Ghea akan kenapa-napa, setelah peristiwa kemarin.
"Lo tenang aja, gue rasa kita tugaskan Sila aja."
Bercelly menganggukkan kepalanya. "Bagus itu! Tapi jaga juga, setiap yang maju jaga dan jangan sampai kenapa-napa."
Rayn mengiyakan. "Jangan lupa Cell hubungi Sila," ujar Akashi.
"Iya!"
...ΩΩΩ...
"Kurang ajar! Mengapa mereka lebih tau dari kita?" Renjana menggebrak meja dengan sangat kasar. Ia meluapkan kekesalan terhadap Bina Garuda.
"Sepertinya si Ghea itu yang lebih dulu ngasih tau mereka Na," kata Misra.
Renjana menarik nafasnya sangat dalam, lalu menghembuskannya pelan-pelan. "Okei, lo semua sekarang istirahat aja. Gue mau pikirin sebuah rencana matang-matang, dan nanti gue akan kabarin kalian."
Misra, Widya, Wirna, Cenyo, dan Danendra menganggukan kepalanya. Lalu secepatnya pergi dari rumah Renjana, dan menuruti perintahnya.
...ΩΩΩ...
Pagi hari. Berita mulai seliweran hampir ke seluruh Nusantara. Yang mana pada semulanya hanya menyebar saling menyebar di grup WhatsApp, juga dari lisan ke lisan. Bahkan sekarang telah menyebar ke seluruh televisi Indonesia, juga para wartawan telah memenuhi Bima Nusantara.
Seorang siswi sekolah terkenal, Bima Nusantara Nasional di Neofourfive dinyatakan tewas 3 hari yang lalu. Dia jatuh ke dalam jurang yang sangat curam. Namun anehnya, tak ditemukan bukti apapun selain pisau dan juga tak ditemukan sidik jari. Menjadi sebuah misteri, siapa yang melakukan hal itu. Simak berita selengkapnya...
"Sekarang wartawan sudah memenuhi Bima Nasional. Dan tidak menutup kemungkinan jika besok atau nanti akan memenuhi Bina Garuda, pihak Bina Garuda terlebih Renjana pasti akan memberitahu hal sesungguhnya pada mereka. Kita harus selalu sigap, Sen lo tau 'kan apa yang harus lo lakuin?" Rayn terus menyusun rencana dan bersikap tenang.
"Aman! Semuanya akan gue atur, dan akan gue pastikan malam ini beres." Daisen masih terpacu kepada komputer di depannya, pasalnya tak ada lagi waktu untuk ia bersantai sekarang.
"Nanti gue butuhin bantuan kalian semua, jangan matiin data di hp masing-masing, karena rencana sewaktu-waktu bisa berubah." Daisen memperingati yang lainnya, yang langsung diangguki oleh mereka.
Lisa memperhatikan sikap kekasihnya tersebut dan juga sikap Rayn dalam menghadapi situasi saat ini. "Kenapa Rayn bisa santai menghadapi masalah ini?" Celetuk Lisa, sedangkan Daisen hanya tersenyum kecil mendengarnya dan masih terus fokus dengan komputer di depannya.
"Kita gak salah, jadi gak usah takut." Rayn yang mengerti arah pembicaraan Lisa pun, berkata. "Daisen itu wajar kalo tegang, kerjaannya takut gak kelar dengan cepat. Ya gue bukannya gak mau bantu, tapi gue takut nanti jadinya fatal kalo banyak campur tangan."
Lisa mengiyakan. Lalu kembali memandang Daisen dengan penuh cinta.
Daisen selesai dengan komputernya. "Udah beres?" Tanya Lisa.
Daisen tersenyum, "Belum, tapi ini baru sedikit. Mau pikirin dulu cara yang matang sebelum lanjut," ujarnya.
"Gitu ya!"
Sedangkan keempat lainnya—Akashi, Bercelly, Evelyn dan juga Rayn—serasa menjadi nyamuk. Kemesraan keduanya memang tak pernah gagal dari dulu, bahkan jiwa sudah berbeda pun rasa tetap sama.
"Gue akan lanjut nanti di rumah, dan gue akan pastiin beres. Pokoknya besok pagi kita sudah siap!"
Rayn turut senang mendengarnya, mereka memang selalu memprioritaskan hal-hal besar untuk orang lain. Daisen salut dengan tujuan mereka yang tetap Istiqomah, meskipun resikonya akan sangat besar. Tapi demi orang lain tidak tersesat, bahkan mereka yang rela mengorbankan diri untuk kebaikan.
"Pokoknya besok Daisen yang atur semuanya, karena ini sistemnya peng-hack-an, kalian semua boleh langsung hubungin gue kalo situasinya tidak terkendali."
Mereka mengiyakan, yakin jika hari esok akan lebih baik dari hari ini. "Ya udah pada berangkat gih, nanti telat!"
"Iya!"
Dirasa pertemuan cukup, mereka pun bubar dengan tujuan masing-masing.
...-ToBeContinued-...