NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 25

Langit siang di atas Pondok Pesantren Al Muttaqin tampak tenang, tapi tidak dengan riak hati yang bergemuruh di dalamnya. Seperti api kecil yang disiram minyak, gosip tentang Zamara istri Ustadz Yassir membakar telinga dan menyesakkan dada. Ujaran tajam dilontarkan tak hanya dari mulut para santri, tapi juga dari para pengajar dan masyarakat sekitar.

"Itu loh, yang bule dokter itu, katanya istrinya Ustadz Yassir kabur ninggalin anak bayi..." cibirnya.

"Nggak tahu diri, udah nikah sama ustadz baik malah pergi gitu aja," imbuh seorang ibu jamaah sembari menyiram bunga.

"Waktu itu kan dia yang ngelamar Ustadz Yassir di majelis. Belum pernah saya lihat perempuan seberani itu tapi ujung-ujungnya malah ninggalin begitu saja, apa coba maunya perempuan kayak gitu?" ejek lainnya.

"Bule. Nggak paham adat. Nggak punya malu," timpal seorang ustadzah sambil menggeleng pelan.

Ustadz Yassir melangkah masuk ke gerbang pondok, dengan langkah tenang dan sorot mata teduh. Tapi jelas terlihat kalau hati dan pikirannya sedang penuh. Ia baru saja menurunkan Miera di rumah setelah salat Dhuha berjamaah.

Seorang santri remaja menunduk saat Yassir melintas, namun gumamnya tertangkap jelas.

"Mungkin dia nikah karena gantengnya doang. Pengen anak good looking, habis itu kabur bawa anak kembarnya Thaimur dan Zhamir ninggalin baby Miera."

Yassir berhenti, menoleh, lalu tersenyum tipis. "Kalau cinta hanya soal rupa, mungkin kalian nggak akan hafal nama Allah di hati kalian, karena Allah nggak kasat mata," ujarnya lembut tapi menusuk.

Santri itu kaget, langsung tertunduk. Yassir melanjutkan langkah, tapi suara cibiran masih terdengar dari balik tiang masjid.

"Ustadznya sih keren. Tapi istrinya? Meninggalkan anak bayi, dosa besar itu."

Yassir berdiri di tangga aula, membuka sandalnya, lalu berbalik menatap para pengajar dan santri yang mulai berkumpul.

"Kalian benar. Saya juga sempat merasa begitu. Tapi semakin saya belajar, semakin saya tahu bahwa luka orang lain bukan untuk dihakimi. Tapi didoakan."

Seisi aula hening. Suasana di aula pondok mendadak bisu. Tak ada satupun suara yang berani mengganggu kalimat terakhir Ustadz Yassir.

Bahkan jangkrik yang biasanya menyelinap dari kebun belakang seakan menahan napas. Wajah-wajah yang tadi penuh prasangka berubah menjadi bingung, malu, atau sekadar tertunduk tanpa tahu harus berbuat apa.

Langkah Ustadz Yassir kembali terdengar di lantai aula yang bersih. Tangannya menggenggam tasbih kecil yang tak pernah lepas dari saku gamisnya. Senyumnya masih tenang, meskipun matanya menyimpan lelah yang dalam.

"Kalian tahu apa yang paling berat dari fitnah?" tanyanya pelan.

Tak ada yang menjawab.

"Bukan soal aib yang disebar. Bukan tentang harga diri yang diinjak. Tapi ketika nama baik orang yang kita cintai dirusak, dan kita harus tetap diam demi menjaga marwahnya," ucapnya dengan suara pelan namun tegas.

Seseorang di barisan depan, Ustadz Munir berdiri canggung. "Maafkan saya, Ustadz. Saya ikut menyebarkan rekaman itu tanpa tahu cerita sebenarnya," katanya tertunduk.

Ustadz Yassir mengangguk kecil. "Saya tidak marah cuma sedih karena kalau kalian tahu siapa Zamara sebenarnya, kalian pasti akan menangis bersamanya, bukan mencibir."

Gemeretak langkah terdengar dari luar aula. Seorang santri berlari membawa ponsel dan napas tersengal.

"Ustadz... video baru lagi sudah viral akun gosip luar negeri juga ikut bahas..."

Ia menunjukkan layar ponsel. Tampak rekaman CCTV lain yang memperlihatkan Zamara menaiki mobil hitam mewah. Dua perempuan asing tanpa hijab menemani. Bayi kembar dalam dekapan Zamara tampak menangis pelan. Judul videonya menyayat hati.

“Istri ustadz kabur tengah malam naik mobil bule? Drama baru dari pondok seleb!”

Komentar-komentar julid menyusul di bawahnya.

"Perempuan kayak gini nggak layak jadi ibu."

"Maluin banget, ustadz keren istrinya gitu."

"Nikah biar tenar kali, eh ujungnya kabur.”

Ustadz Yassir menarik napas dalam. Jemarinya menahan tasbih erat-erat. Namun alih-alih marah, ia justru tersenyum dan menatap para santri dan pengajar yang terdiam.

"Luka seseorang, jangan pernah kalian jadikan panggung untuk menari di atasnya," katanya pelan.

Tiba-tiba, ponsel Ustadz Yassir berdering. Panggilan masuk dari Bayu, adik angkat sulungnya yang kini kuliah di jurusan hukum.

"Bang, aku capek lihat orang hina Kak Zamara terus," serunya dengan suara berat di telepon. "Kalau perlu, aku laporin akun-akun penyebar fitnah itu."

"Bayu, kamu anak hukum. Pakai jalurmu, tapi jangan ikut-ikutan kasar. Kita bukan mereka," jawab Yassir tenang.

Tak lama setelah itu, grup keluarga Qayyim Bersaudara di WhatsApp mulai penuh.

Salwa: "Abang, aku udah edit video klarifikasi. Kita tayangkan malam ini ya?"

Faris: "Aku bikin utas panjang. Detail, lengkap, dan dengan data resmi dari klinik. Biarkan orang tahu, Kak Zamara bukan kabur, tapi menyelamatkan anak-anak dari ancaman!"

Salsabila: "Bang, aku udah DM-in beberapa influencer buat bantu klarifikasi. Tapi aku juga emosi banget. Sumpah!"

Sementara itu, di kamar rehat belakang aula, Yassir bersandar di dinding, menatap langit-langit yang diam. Ia tak menangis. Tapi tubuhnya seperti menyimpan letih berlapis-lapis.

"Mereka pikir Zamara pergi karena ingin bebas. Padahal Zamara pergi karena ingin tetap hidup," gumamnya lirih.

Beberapa santri mengintip dari balik jendela. Salah satunya, Dimas, yang sebelumnya mencibir, akhirnya memberanikan diri masuk.

"Ustadz, saya minta maaf. Saya salah nilai."

Yassir tersenyum lagi. Lelah, namun hangat. "Allah itu Adil. Dia tidak menuntut kita jadi suci. Tapi Dia ingin kita saling jaga saling tutup aib, bukan buka luka."

Di malam hari, akun media sosial resmi Pondok Al Muttaqin mengunggah video berdurasi 3 menit. Wajah Ustadz Yassir tampak teduh di dalamnya, diapit oleh adik-adiknya yang berdiri kokoh di belakangnya.

Video klarifikasi berdurasi tiga menit itu ditonton jutaan orang hanya dalam beberapa jam. Wajah Ustadz Yassir tampak tenang, walau sorot matanya tak bisa menyembunyikan perih. Di belakangnya berdiri adik-adik angkat yang sejak kecil hidup dalam perjuangan yang sama. Mereka bukan sekadar keluarga, tapi benteng.

"Zamara tidak kabur. Ia memilih pergi untuk melindungi anak-anak kami. Dan saya akan tetap berdiri di sisinya, seperti sejak awal kami memulai ini semua."

Siaran itu ditutup dengan kalimat dari Bayu, perwakilan keluarga.

"Jangan kira kami diam karena lemah. Kami diam karena menjaga. Tapi hari ini, kami bicara bukan untuk balas dendam, tapi untuk membersihkan nama seorang ibu."

Malam pun tiba. Udara dingin menyelusup di sela dedaunan pohon mangga tua di halaman rumah besar dua lantai peninggalan keluarga Zamara. Rumah itu tampak lengang dari luar, namun penuh kehangatan dan kecemasan di dalam.

Begitu mobil berhenti di garasi, Ustadz Yassir dan Faris langsung melompat turun.

"Ada suara tangisan itu Miera," ucap Faris panik sambil berlari ke arah pintu utama.

Yassir tak bicara. Langkahnya cepat. Sorot matanya berubah tegang. Jantungnya berdebar tak karuan.

Begitu pintu dibuka, terdengar tangisan nyaring dari ruang tengah. Di sana Bu Salamah tampak mengayun-ayunkan tubuh mungil Miera yang menangis hebat di pelukannya. Di sebelahnya, Bu Sarah tampak ikut panik.

"Ustadz... dia tiba-tiba demam nggak mau minum susu formula sudah saya coba kasih ASI donor juga dia tolak," ucap Bu Salamah cemas.

Yassir langsung menghampiri, menggenggam tangan Miera kecil yang mulai memerah karena suhu tubuhnya.

"Berapa suhunya, Bu?" tanyanya lirih sambil menempelkan telapak ke dahi anaknya.

"39 derajat. Tadi sempat muntah sekali. Saya kasih air hangat, dia langsung rewel lagi," imbuh Bu Sarah dengan suara bergetar.

"Ini pasti karena dia cari mamanya... Zamara biasanya nyanyi lagu Prancis pelan-pelan sampai Miera tidur," gumam Bu Salamah sambil terus mengelus dada bayi itu.

Faris langsung mengambil termometer dan kompres bayi dari kotak medis. Annisa dan Gilang muncul dari dapur membawa air hangat dan kain kecil.

Salsabila menyiapkan diffuser dengan minyak kayu putih. Ahmad dan Aliyah berdoa bersama di musholla kecil di sudut rumah.

Yassir menggendong Miera dengan pelan. Suara tangisan bayi itu terasa seperti luka yang disayat pelan-pelan ke jantungnya sendiri.

"Sayang... sabar ya, Ayah di sini Ummi belum bisa pulang, tapi Ayah janji Ummi nggak ninggalin kamu, dia pergi karena harus, bukan karena mau," ucapnya sambil menimang.

Tangis Miera tetap kencang. Matanya merah, tubuhnya gelisah. Yassir mulai menyenandungkan potongan ayat yang dulu Zamara selalu bacakan:

"Wa awḥainā ilā ummi Mūsā an arḍi’īhi, fa iżā khifti ‘alaihi fa alqīhi fil-yammi..."

Air mata Yassir jatuh diam-diam. Tangannya tak berhenti mengusap punggung Miera, suaranya tetap lirih, tapi tegas.

"Tolong ambilkan voice note Zamara yang nyanyi waktu di ICU kemarin, Nis. Yang dia nyanyiin pas gendong Miera," pinta Yassir pelan.

Annisa mengangguk, cepat mengambil ponselnya. Ia memutar rekaman suara Zamara bernyanyi dalam bahasa Prancis, suara lembut dan tenang, penuh kasih seperti pelukan dari jauh.

Tangisan Miera perlahan mereda.

Semua yang ada di ruang itu tak ada yang bisa bicara. Bahkan Bayu, yang biasanya paling rasional, hanya bisa memalingkan wajah dan mengusap pipinya sendiri.

Bu Salamah menatap Yassir penuh haru. "Kamu kuat, Nak tapi kamu juga boleh nangis kalau perlu. Kami semua tahu, kamu bukan cuma ayah buat Miera, tapi juga jadi tameng buat Zamara."

Yassir tersenyum lemah, lalu mengangguk pelan.

"Saya nggak akan biarkan siapa pun merusak nama istriku, Bu. Dia ibu dari anak-anakku. Bahkan kalau seluruh dunia buang dia, saya akan tetap buka pintu ini lebar-lebar buat dia pulang."

Semua diam. Yang terdengar hanya napas tenang Miera di dada ayahnya.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, satu rumah berdoa dengan satu suara. Tak untuk membalas, bukan pula untuk membenarkan.

Tetapi untuk menyambung kembali tali yang putus oleh prasangka, dan menyembuhkan luka yang lahir dari cinta yang salah dimengerti.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!