Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 TRIO PEMBULLY MEMBUAT ULAH
Sera mengangguk lalu tersenyum, Reindra selalu bisa menenangkannya. Selang beberapa menit setelah dosen mengumumkan,dosen itu keluar dari kelas.
"Wah selamat ya Clarissa,Nadya"kata Tania memberi selamat kepada kedua temannya.
"Kamu ga kepilih ya?"tanya Nadya sambil mengejek.
Tania menunduk, wajahnya merasa malu di hadapan kedua temannya. Clarissa melipat tangan di dada dengan seringai puas.
"Dari awal aku udah yakin, Tan. Kamu mana mungkin lolos. Orang kayak kamu tuh cocoknya bukan di Wirajaya, tapi di fotokopian depan kampus" sindir Clarissa.
"Kok kalian tega sih sama aku?"tanya Tania sedih.
"Kalau kamu ga keterima di perusahaan terbesar kayak kita. Ga pantes kamu temenan sama kita"ejek Nadya.
Sera yang melihat kejadian itu merasa sedih,mengingat dirinya dulu juga pernah di kecewakan oleh orang orang yang ia sayang dan percaya.
"Udah kalian keterlaluan" suara Sera terdengar lantang membuat kelas yang tadinya gaduh langsung menoleh. Ia berjalan mendekat, berdiri di samping Tania.
"Kalian berdua keterlaluan. Nggak keterima magang itu bukan aib. Jangan seenaknya merendahkan orang lain. Kayak kalian udah sempurna aja"
"Idih sok jadi malaikat, Kamu juga palingan numpang nama sama Darian dan Fiora bisa magang di perusahaan Wirajaya" Clarissa memutar bola matanya lalu mendengus.
Nadya menambahkan dengan tatapan meremehkan, "Iya, bisa keterima juga cuman hoki. Nggak ada yang istimewa dari kamu"
"Kalian ini benar benar keterlaluan. Kalau kalian memang anggap aku hoki biarin waktu yang buktiin.Tapi sekarang, jangan pernah lagi kalian injak-injak harga diri orang lain"
Belum sempat suasana mereda, Clarissa tiba-tiba mendorong bahu Tania hingga hampir jatuh. Nadya ikut mendorong dari belakang sambil terkekeh.
"Dasar pecundang,mulai sekarang jangan ada di dekat dekat kita lagi"teriak Clarissa.
Tania terhuyung, nyaris terjatuh kalau saja Sera tidak sigap menangkapnya.
"Kalian ini memang ya"kesal Sera.
"Apa lo ga terima"Nadya melotot ke arah Sera.
Clarissa ingin menampar pipi Sera,tetapi sebelum mendarat di pipi,tangan besar Reindra mengcengkram tangan Clarissa. Darian yang melihat itu ingin maju,tetapi tangannya di genggam oleh Fiora.
"Aduh aduh sakit lepasin Rei" Clarissa menggerak gerakkan tangannya agar bisa lepas dari cengkraman Rei.
"Kalian ini siapa sih selalu aja gangguin orang lain,bahkan temen kalian sendiri"suara berat Rei terdengar.
"Lepasin Reiii"teriak Clarissa.
Reindra melepaskan cengkraman tangannya lalu segera berdiri di depan Sera untuk melindunginya.
"Kamu pikir siapa kamu, berani-beraninya nyakitin aku" teriak Clarissa sambil melotot ke arah Reindra.
"Kalau kamu masih gangguin Sera atau yang lain, aku nggak bakal tinggal diam"suara Reindra tegas matanya dingin tetapi menusuk.
Nadya buru-buru meraih tangan Clarissa, mencoba menenangkannya. Tapi Clarissa malah semakin kesal. Ia menunjuk lurus ke arah Reindra dan Sera.
"Kalian berdua jangan senang dulu Aku bisa bikin hidup kalian berantakan" teriak Clarissa lantang, membuat semua orang di kelas terdiam
"Maksud kamu apa?"Sera mengerutkan dahi.
"Ayahku itu salah satu manager penting di Wirajaya. Cukup dengan satu telepon, aku bisa bikin magang kalian dibatalkan. Mau jadi duta kampus atau nggak, kalian nggak akan pernah bisa bertahan di sana kalau aku yang bicara kepada ayahku"Clarissa tersenyum sinis, lalu menyibakkan rambutnya.
"Makanya jangan sok jagoan, Sera. Kamu itu nggak ada apa-apanya tanpa keberuntungan. Dan kalau Clarissa serius, kamu bisa kehilangan semuanya. Apalagi kamu cuman anak miskin yang numpang nama sama Darian dan Fiora"Nadya tersenyum miring.
Sera menggigit bibir, ada rasa was-was muncul di hatinya. Tapi Reindra melangkah maju, berdiri tepat di depan Clarissa dengan tatapan tajam.
"Coba aja telepon kalau berani" katanya pelan tapi penuh tekanan.
"Kamu pikir posisi ayahmu cukup kuat buat menjatuhkan aku dan Sera? Kata Reindra tangannya sudah di genggam oleh Sera yang agak takut.
"Kamu siapa sih, Reindra? Mahasiswa biasa yang sok keren. Jangan sok berani yang ada kamu ga bisa magang haahahaha. Kamu itu nggak tahu siapa yang kamu hadapi" Clarissa tertawa.
Reindra hanya tersenyum tipis, lalu berbalik menarik sambil mempererat genggaman Sera.
"Jangan takut. Mereka cuma bisa banyak omong"
"Yauda kalian telepon aja"perintah Reindra.
"Oke kalau itu yang kalian mau"Clarissa segera menekan tombol telepon nomor ayahnya.
Setelah beberapa menit seorang pria paruh baya datang.
"Ada apa sayang?"tanya pria paruh baya itu.
"Itu loh pa,aku diganggu Reindra sama Sera"ucap Clarissa sambil manyun.
"Kalian ini siapa? Berani-beraninya ganggu anak saya. Kalau kalian pikir bisa seenaknya di kampus ini, kalian salah besar" ucapnya dengan suara lantang membuat beberapa mahasiswa lain yang masih ada di lorong menoleh penasaran.
Sera menggenggam tangan Reindra makin erat, wajahnya pucat. Tapi Reindra tetap berdiri tegak, tatapannya dingin seolah ingin menantang.
"Pak," suara Reindra tenang tapi tegas.
"kami tidak mengganggu siapa pun. Justru anak Bapak yang mengganggu Sera dan Tania"
"Mulutmu besar juga ya. Apa kamu lupa, aku ini Manager di perusahaan Wirajaya? Satu telepon saja, magangmu dan cewek itu bisa dicabut atau bahkan keluarga miskin kalian bisa hancur. Kalian itu hanya numpang hidup dari keberuntungan. Jangan coba-coba lawan aku"Pak Herman mendengus, melipat tangannya di dada.
Sera menunduk, jelas ketakutan, tapi Reindra tetap tidak goyah. Dengan tenang, ia mengeluarkan ponselnya dari saku.
"Bapak benar, Bapak bisa menghubungi atasan Bapak. Tapi kebetulan saya juga bisa menghubungi bos besar bapak"
Tanpa basa-basi, Reindra menekan nomor di teleponnya terdengar suara pria paruh baya.
"Pak Jaka, datang ke kampus sekarang. Ada yang perlu diluruskan"
"Baik tuan"
"Siapa pak Jaka" pikirnya Sera melirik Reindra bingung.
"Siapa pak jaka pa"Clarissa berbisik ke ayahnya.
"Tidak udah takut paling itu akal akalan mereka"kata Pak Herman.
"Maaf terlambat, Tuan Muda" ucapnya sambil sedikit menunduk hormat ke arah Reindra.
"Apa Tuan muda?"batin Sera kaget.
Mendengar sapaan itu, mata Clarissa dan Nadya membelalak kaget. Pak Herman pun terdiam sejenak, wajahnya berubah tegang.
"Pak Jaka, tolong jelaskan pada mereka siapa sebenarnya saya"
"Eh ada pak Jaka"sapa pak Herman.
"Kamu sudah menganggu tuan muda"kata Pak Jaka.
"Siapa saya hanya memberi peringatan kepada anak ini"Pak Herman membela diri.
Reindra mendekat lalu berkata.
"Pecat dia dan keluarkan anaknya dari kampus ini"kata Reindra lantang.
"Baik tuan muda"
Sera yang melihat itu sedikit syok.
"Reindra?Tuan muda?apa Reindra pura pura miskin"batinnya bingung.
Reindra menatap tajam ke arah Pak Herman, sorot matanya menusuk hingga pria paruh baya itu tak berani menatap balik.
"Pak Herman," ucap Reindra dengan nada dingin.
"Saya sudah diam cukup lama. Anak Bapak yang bernama Clarissa sudah terlalu sering membully teman-teman di kampus ini. Termasuk Sera"
"Hei, jangan fitnah aku sembarangan!" Clarissa tak terima.
"Kalau Bapak masih berniat membela anak Bapak, berarti Bapak juga setuju dengan sikapnya. Saya tidak bisa mentoleransi orang-orang murahan seperti itu.
"Hahaha anak muda, kamu pikir siapa dirimu? Walau kamu dipanggil tuan muda, jangan sok berkuasa di sini. Ingat, saya ini Manager di Wirajaya. Saya dekat dengan atasan-atasan. Kamu pikir bisa menjatuhkan saya semudah itu?" Pak Herman terkekeh menatap Reindra dengan tatapan sinis.
Mohon dukungannya ya teman teman jangan lupa like dan komen ❤️❤️❤️❤️