Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda
Erina salah tingkah mendapatkan perlakuan manis dari suaminya. Sontak ia langsung berdiri pura-pura mau ke kamar mandi. Namun Rasyad menarik tangannya sehingga Erina terjatuh ke pangkuan Rasyad.
"Mas, lepasin!"
"Mau ke mana, hem? "
"Ke...ke kamar mandi."
"Bohong! Pipimu merah, kenapa?"
"Hah... masa' sih?"
Erina memegang kedua pipinya. Rasyad mengulum senyum.
"Rupanya enak ya duduk di pangkuan ku? "
Erina baru menyadari akan hal itu. Ia pun langsung berdiri.
"Ish, tadi nggak sengaja mas. Kamu juga yang narik aku. "
"Sengaja juga nggak pa-pa kok. Aku ikhlas."
"Dih... "
Erina beranjak pergi ke kamar pura-pura merajuk. Rasyad terkekeh melihat tingkah istrinya. Rasyad seperti punya mainan baru saat bersama istrinya. Ia merasa hidupnya sudah mulai berubah.
Rasyad hendak masuk ke kamar, namun ternyata di kunci.
"Dek... buka pintunya."
"Nggak mau. Kamu nakal, tidur di luar saja." Pekik Erina dari dalam kamarnya.
"Dek, CCTV masih memantau loh! Kamu mau diceramahi Bunda dan Ayah? "
Erina menghela nafas panjang.
Ceklek
Pintu kamar pun terbuka.
Rasyad langsung masuk ke dalam dan menutupnya kembali.
Erina langsung menghindar mengambil handphonenya. Tanpa sengaja, ia membuka pesan suara yang dikirim oleh Friska lima menit yang lalu.
"Er, jangan lupa pakai baju haram biar suamimu kejang-kejang. Kasih service yang bagus, biar dia makin lengket dan kamu dapat pahala besar.
Tangan Erina seakan kamu untuk menghentikannya. Ia syok mendengar pesan tersebut. Antara malu dan kesal karena Rasyad pasti mendengarnya.
"Astaghfirullah, Friska. Bisa-bisanya dia ngirim suara beginian." Batinnya.
Sedangkan Rasyad hanya bisa menahan tawa. Ia yakin saat ini istrinya sedang menahan malu.
"Tuh dengerin kata temanmu!" Sahut Rasyad.
Erina menjadi salah tingkah sehingga ia tidak membalas perkataan suaminya. Sebenarnya memang betul yang dikatakan Friska. Tapi saat ini Erina masih menata hati. Tak mudah untuknya melakukan sesuatu yang benar-benar belum pernah ia lakukan. Namun hati kecilnya ingin sekali mencoba.
Melihat istrinya yang tiba-tiba melamun, Rasyad merasa tidak enak hati. Ia takut perkataannya menyinggung perasaan istrinya.
"Dek, maaf. Bukan maksudku... "
"Maaf untuk apa mas? Seharusnya aku yang minta maaf. Aku belum bisa memenuhi tugasku sebagai istri dengan seutuhnya."
Rasyad pun mendekati istrinya. Dengan tekat yang bulat, Rasyad menggenggam tangan istrinya.
"Dek, aku paham kok. Kamu tenang saja. InsyaAllah aku bisa bersabar sampai kamu siap. Aku tidak akan pernah memaksamu. Yang terpenting kamu tidak tertekan. Kita menikah memang atas desakan orang tua. Tapi aku sudah bertekat untuk menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku. Mari kita belajar saling mencintai dan menyayangi. Pelan-pelan saja."
Dengan lembut Rasyad mencium punggung tangan istrinya. Hal tersebut membuat Erina bergetar dan matanya berkaca-kaca. Suaminya yang random itu ternyata bisa romantis juga.
"Terima kasih, mas." Ujar Erina seraya memeluk suaminya. Pelukan untuk pertama kalinya. Terasa hangat dan nyaman. Keduanya larut di dalamnya.
Beberapa, saat kemudian, mereka melepas pelukannya. Erina berganti baju tidur lalu berbaring di tempat tidur. Sedangkan Rasyad, ia keluar ke ruang tamu dengan alasan ingin mendesain sesuatu. Padahal sebenarnya ia menghindari sesuatu.
"Selamat tidur, sayang." Ucap Rasyad sambil membenarkan selimut Erina.
Kalimat singkat yang membuat Erina melambung tinggi. Namun ia tetap pura-pura santai.
"Jangan tidur terlalu larut, mas. Tidak baik untuk kesehatan. "
"Hem, iya. Tenang saja. Kamu tidur gih."
Sementara di Indonesia, kedua orang tua mereka sedang bahagia karena melihat perkembangan anak dan menantunya. Terlihat dari gerak-gerik mereka yang natural tanpa dibuat-buat.
"Ayah, mereka so sweet ya." Ujar Bunda.
"Dulu kita juga begitu, bun."
"Ish ayah ma banyak modusnya."
"Tapi Bunda suka, kan? Haha... "
Mama dan Papa pun ikut senyum-senyum sendiri melihat tingkah anak dan menantunya.
"Pa, bentar lagi kita nambah cucu nih."
"Kalau ikut keturunan menantu kita, pasti cucu kita kembar, Ma."
"Aamiin...
Tiga hari berlalu.
Kehidupan pengantin baru berjalan dengan harmonis meski kadang ada perdebatan kecil yang membuat mereka saling meminta maaf. Apa kahi sifat jail Rasyad yang kadang membuat Erina kelabakan dan salah tingkah. Meski begitu, keduanya masih belum menikmati malam pertamanya.
Cuaca saat ini sudah berubah menjadi dingin. Sejak hari ini kota Paris turun salju. Cuacanya mencapai 3 derajat celcius. Rasyad yang biasanya tahan dingin dan sering tidak pakai baju, kali ini takluk. Ia memakai sweeter. Pagi ini keduanya mandi air hangat untuk menghangatkan tubuhnya.
"Haccim haccim.... " Erina bersin.
Meski sudah lima tahun tinggal di Paris, Erina belum kebal dengan cuaca dingin. Ia memiliki alergi seperti yang dimiliki almarhumah oma buyutnya (Oma Raisya).
Erina memasak wedang jahe untuk menghangatkan tubuhnya. Ia juga membuatkan untuk suaminya. Rasyad melihat salju turun dari jendela kamar. Ia memang sering keliling dunia. Namun ia jarang bertemu musim salju. Ia sangat suka melihat salju turun.
"Mas, minum wedang jahe biar hangat. "
"Hem, terima kasih."
Mereka keluar ke ruang tamu dan duduk di sofa. Untungnya hari ini hari libur. Jadi Erina bisa santai di rumah. Dan tidak perlu kedinginan di luar.
Erina menggosokkan kedua tangannya untuk menghilangkan rasa dingin. Melihat hal tersebut Rasyad langsung membantunya dengan cara menggosokkan tangan Erina ke tangannya.
"Haccim haccim... "
"Kamu flu? "
"Alergi ku kambuh."
"Alergi dingin?"
Erina mengangguk.
"Mau tahu biar alerginya sembuh?"
"Mau. Apa?"
Rasyad membisikkan sesuatu yang membuat Erina merinding disko. Sontak Erina memukul bahu Rasyad.
"Au, sakit!"
"Eh maaf maaf... kamu sih mesum."Ujar Erina, sambil memijat lembut bahu suaminya.
"Kok mesum sih, dek. Wajar kan."
"Mas ini masih pagi, kamu ngomongnya ngawur."
"Kalau begitu nunggu siang atau malam?" Goda Rasyad sambil mentok pipi istrinya.
Erina tidak menjawab. Ia beranjak pergi ke dapur untuk memasak sarapan.
Rasyad hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Sementara itu, Erina sedang memikirkan sesuatu sambil menyiapkan bahan makanan yang akan ia masak.
Sore harinya, Rasyad pamit pergi ke apartemennya untuk mengambil sesuatu. Saat suaminya tidak ada, Erina membuka paperbag yang diberikan oleh Friska dia hari yang lalu.
"Oh ya ampun, Friska... ada-ada, saja anak itu. Masa' iya, aku disuruh pakai baju beginian?"
Erina memperhatikan baju haram yang diberi oleh Friska. Lingerie warna hitam dengan model terbaru. Friska sengaja memberikan itu karena tahu Erina sudah menikah. Sebenarnya ua membeli untuk koleksi pribadi Namun karena saat ini dirinya tengah hamil besar. Jadi baju tersebut belum pernah dipakainya.
"Jangan biarkan suamimu menderita. Kamu tidak tahu betapa tersiksanya laki-laki menahan hasratnya. Oh ayolah, Er. Dia suamimu, halal bagimu. Tunggu apa lagi. Jangan sampai kamu menyesal jika dia nantinya mencari hiburan di luar sana."
Begitu kata-kata Friska yang melekat di pikiran Erina saat ini.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Otw unboxing yuk... 🤣