NovelToon NovelToon
Malam Saat Ayahku Mati

Malam Saat Ayahku Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Di dunia tempat kepercayaan bisa menjadi kutukan, Izara terjebak dalam permainan kelam yang tak pernah ia pilih. Gadis biasa yang tak tahu-menahu tentang urusan gelap ayahnya, mendadak menjadi buruan pria paling berbahaya di dunia bawah tanah—Kael.
Kael bukan sekadar mafia. Ia adalah badai dalam wujud manusia, dingin, bengis, dan nyaris tak punya nurani.

Bagi dunia, dia adalah penguasa bayangan. Namun di balik mata tajamnya, tersembunyi luka yang tak pernah sembuh—dan Izara, tanpa sadar, menyentuh bagian itu.

Ia menculiknya. Menyiksanya. Menggenggam tubuh lemah Izara dalam genggaman kekuasaan dan kemarahan. Tapi setiap jerit dan tatapan melawan dari gadis itu, justru memecah sisi dirinya yang sudah lama terkubur. Izara ingin membenci. Kael ingin menghancurkan. Tapi takdir punya caranya sendiri.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang akan menang.
Melainkan... siapa yang akan bertahan.
Karena terkadang, musuh terbesarmu bukan orang di hadapanmu—melainkan perasaanmu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak bisa dipaksakan

“Biar aku bantu,” suara Kael tiba-tiba terdengar saat Izara sedang menyusun bunga ke etalase depan.

Izara menoleh. Kael sudah mengambil alih buket yang sedang ia pegang, lalu meletakkannya dengan hati-hati di tempatnya.

“Bagaimana harimu?” tanyanya, sambil tetap sibuk.

“Seperti biasa. Cukup banyak pembeli hari ini.”

“Bukan itu maksudku.” Kael menatapnya. “Maksudku kau... bagaimana keadaanmu? Ada yang terasa tidak enak?”

Izara mengernyit. “Aku?”

Kael mengangguk pelan.

“Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja.”

“Bagus... Kau sudah makan siang?”

Izara menggeleng pelan. “Belum.”

“Kenapa?”

Izara tersenyum canggung. Sejak ia keluar dari rumah Kai, ia memang tak punya uang sepeser pun. Meski ada hasil dari penjualan bunga, tapi ia tahu itu bukan miliknya.

“Aku sedang hemat,” jawabnya berbohong.

Kael menghela napas berat. “Sekarang bukan waktunya untuk berhemat. Kau harus memikirkan keha—”

Ia terdiam, nyaris saja menyebutkan sesuatu yang seharusnya belum ia ungkap.

“Maksudku... dirimu. Kesehatanmu.”

Izara hanya menunduk.

“Sudahlah. Tutup saja toko untuk sebentar. Kita makan,” ajaknya.

“Tapi... aku ada janji dengan pelanggan.”

Kael memutar matanya lalu mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu.

“Aku sudah kirim pesan ke Martez. Dia akan menggantikanmu sementara.”

Sebelum Izara sempat menjawab, Kael sudah meraih pergelangan tangannya, menariknya dengan lembut.

•••

Makanan sudah terhidang. Izara tertegun melihat betapa banyaknya piring yang tersaji di hadapan mereka. Padahal, hanya mereka berdua.

“Kenapa cuma dilihatin? Ayo makan,” kata Kael.

Izara menelan ludah. “Makan sebanyak ini... tidak mungkin aku habiskan.”

“Kalau tidak suka, kita bisa cari restoran lain.”

“Tidak! Tidak...” Izara buru-buru menggeleng. “Aku suka... ini cukup.”

Ia mulai menyendok makanan, mencicipi satu persatu. Wajahnya langsung berubah—rasanya enak.

“Enak?” tanya Kael sambil memperhatikannya.

Izara mengangguk cepat dengan mulut penuh, membuat Kael tersenyum kecil.

Lima belas menit kemudian, Izara meletakkan sendoknya.

“Sudah kenyang?” tanya Kael.

Izara mengangguk. “Terima kasih. Tapi... aku tidak langsung kembali ke toko. Ada perlu sebentar.”

Kael hanya mengangguk, tidak memaksakan.Ia tahu sejak keluar dari rumah Kai, Izara kini tinggal di toko bunga—toko yang ia berikan untuknya.

“Kalau begitu, aku pergi duluan. Terima kasih untuk makanannya.”

“Sama-sama. Hati-hati.”

Izara membalas dengan senyum tipis, sebelum melangkah pergi.

Di waktu yang bersamaan, Kai sedang duduk di bangku taman kecil yang terletak tak jauh dari rumahnya. Langit mulai berwarna jingga, pertanda senja datang perlahan. Suara dedaunan bergesekan ditiup angin membuat suasana terasa tenang, namun di dada kai justru ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Tangannya mengepal di atas lutut, sementara pandangannya tak lepas dari jalan setapak di depan. Ia menunggu—Izara.

Tak lama kemudian, langkah pelan Izara mulai terdengar, meskipun begitu ringan, Kai langsung menoleh.

Izara datang dengan raut wajah penuh keraguan. Ia menunduk sesekali,

Kai bangkit berdiri, memberikan senyum hangat.

“Aku tidak terlambat, kan?” tanya Izara pelan.

Kai menggeleng. “Tidak. Aku memang sudah menunggu... tapi tidak apa-apa.”

“Jadi... apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Kai.

Izara duduk di hadapannya, gugup. Ia tahu tak bisa menunda lebih lama.

“Kak... sebenarnya aku... aku tidak bermaksud mempermainkan perasaanmu,” katanya dengan suara rendah.

“Dan aku juga minta maaf... atas keputusan sepihakku ini.”

Kai diam sejenak. Ia tidak tergesa menjawab, tapi dari sorot matanya, Izara tahu ia mengerti.

“Aku sangat berterima kasih pada kak Kai... dan maafkan aku sekali lagi...”

“Tak perlu minta maaf, Izara,” jawab Kai lembut.

“Perasaan tidak bisa dipaksakan.”

Izara menggigit bibir bawahnya, nyaris menahan napas saat mendengar kalimat selanjutnya dari Kai.

“Aku mengerti... keputusanmu kali ini bukan hanya karena Kael, tapi juga karena ada kehidupan lain... yang akan datang.”

Deg.

Izara membelalakkan mata, menatap Kai penuh keterkejutan.

“K-Kak Kai tahu kalau aku...”

“Hamil?” Kai tersenyum tipis. “Tentu saja. Aku selalu ada di sisimu. Bagaimana mungkin aku tak menyadarinya?”

Izara menunduk. Tangannya mengepal di pangkuan.

“Dan satu lagi,” Kai melanjutkan, suaranya terdengar tulus meski mengandung luka. “Perasaanmu pada Kael... apakah aku juga benar soal itu?”

Izara terdiam. Ia tahu Kai tak menuntut jawaban—karena mungkin hatinya sendiri pun belum siap menjawab.

“A-aku...”

“Cinta itu sunyi,” kata Kai pelan. “Ia datang tanpa kau duga. Tanpa kau sadari.”

Kai menoleh ke arahnya, matanya tak lagi menyiratkan harapan... tapi keikhlasan.

“Aku tahu aku bukan orang yang kau inginkan saat ini,” lanjutnya, suaranya tetap tenang, meski di baliknya ada luka yang dalam. “Tapi aku hanya ingin kau tahu... aku tidak pernah menyesal telah mencintaimu.”

Suara Kai bergetar pelan di akhir kalimatnya.

Izara menunduk. Jemarinya menggenggam erat pakaian nya sendiri. Ia ingin bicara, ingin menjelaskan, tapi lidahnya kelu.

Mungkin setelah ini... kau akan menghindar, atau Mungkin akan lebih sering bersama Kael. Aku tahu itu.”

“Kak Kai…” suara Izara akhirnya keluar, pelan dan rapuh. “Aku tidak ingin menyakiti siapa pun…”

“Tapi kau tetap akan melukai seseorang, Izara.” Kai memotong lembut. “Cinta memang begitu. Kadang, untuk melindungi satu hati, kita harus membiarkan hati lain hancur.”

Butiran air bening muncul di pelupuk mata Izara. Ia tidak menangis, tapi tatapannya begitu basah, seolah hujan baru saja turun di dalam dirinya.

Suara hatinya pecah bersamaan dengan ucapannya.

"Maafkan aku, Kak... maafkan aku... hiks."

Tubuhnya mulai bergetar. Bahunya naik turun menahan isak. Tangis itu akhirnya jatuh juga—bukan karena rasa bersalah semata, tapi karena luka dalam dirinya sendiri yang belum sembuh.

Tangannya terangkat, menyentuh pundak Izara dengan lembut.

“Jangan dipikirkan... jangan merasa bersalah, Izara.”

Suara Kai pelan, tapi tegas. Ia menatap mata Izara yang basah dan penuh luka.

“Aku baik-baik saja.” Lalu ia tersenyum samar, getir. “Bukankah dari awal… kita memang seperti ini?”

Kai mengangkat tangannya pelan, menghapus air mata yang mengalir di pipi Izara dengan ibu jarinya.

"Sekarang... lakukan apa yang hatimu katakan, Izara,aku akan tetap ada di belakangmu… sebagai orang yang selalu menjagamu, meski bukan di sisimu." ucapnya dengan suara rendah namun penuh ketulusan.

Izara tak mampu berkata apa pun. Air matanya terus jatuh, dan tanpa pikir panjang, ia melangkah maju lalu memeluk Kai erat-erat.

Pelukannya penuh emosi, penuh tangis tertahan yang akhirnya pecah dalam diam.

"Kak... maafkan aku.. kenapa aku tidak bisa mencintaimu seperti kau mencintaiku... kenapa..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!