"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKAN MALAM
Jovanka memarkir mobilnya di garasi rumah mewah bak istana itu,kediaman wijaja, Matanya tertuju pada mobil milik kakak nya yang sudah terparkir di depan halaman,
" cepet banget jam segini udah pulang" gumamya melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 16.15, Kakinya mulai melangkah masuk kerumah dengan santai,
Di ruang tengah yang seluas mata memandang itu, Morgan duduk di bersama Hana, maira dan Vivian, Tak jauh darinya sekertaris sam berdiri mematung di depan ruang kerjanya,dari jauh senyum jovanka mengembang melihat sekertaris kesayangan nya itu
" Jojo pulaaaaaang " teriak nya membuat semua yang berada disana menoleh kecuali Morgan, langkahnya berhenti di depan ruangan kerja morga lalu berdiri bersandar di dinding tepat di samping sekertaris samuel
" Kak samy, senyum sedikit, kau seperti patung depan rumah hantu, menyeramkan" ejeknya menatap Samuel yang berdiri di sampingnya sambil melirik malas,
aku senang bocah ini kembali,tapi tingkah nya sangat mengesalkan, ucapnya dalam hati dan terus diam tanpa menjawab apapun,
" Heeeeh di bilang senyum juga" ulang jovanka memasang wajah cemberut memaksa sam menarik senyumnya kaku, turuti saja dari pada berisik fikir sam.
Jovanka mulai menggeser tubuhnya mendekat ke arah sam,tangannya bergerak merangkul lengan lelaki yang sedari tadi memasang wajah dingin tak bersahabat itu,
"mana istri mu, kenalkan padaku,kami belum sempat berkenalan dulu , jangan menyimpannya terus dalam kotak Pandora. "
Bisiknya kembali menggoda sam, Bagi semua orang mendekat ke arah Sam saja sudah sangat menakutkan, apa lagi merangkulnya, tapi tidak berlaku untuk jovanka, karna mereka memang dekat, walau menjadi dokter, jovanka tetap di ajarkan sedikit pengetahuan bisnis dan bela diri, di mentor langsung oleh William Alexander dan anaknya samuel, Apalagi mereka pernah sangat dekat sebagai seorang kekasih dalam ikatan perjodohan yang cukup lama,empat tahun, semua orang menganggap mereka pasangan yang sangat sempurna dulu.
Bahkan saat jovanka hilang, Sam begitu sedih, dia mencarinya kemana mana , hanya tertutup dengan wajahnya yang tegas dan menakutkan.
" Tidak mau, kau tidak datang ke pernikahan ku" Sahut Sam menja mulai cemberut seperti anak kecil yang merajuk, membuat Hana membulatkan mulutnya melihat kelakuan sekertaris yang di kenalnya sangat kejam dan dingin itu.
" sayang, itu sekertaris sam?" Bisiknya pada Morgan yang tersenyum mendengarnya
" dia hanya bisa seperti itu dengan Jo, biarkan saja"sahut Morgan masih sibuk dengan ponselnya.
" Iiiiihhh, aku datang, kau saja tidak tahu" Sahut Jovanka tergelak membuat Sam mengalihkan pandangannya pada Jovanka sambil mengerutkan kening , " kau sedang belajar berbohong padaku,? kau lupa aku siapa? Aku akan tahu jika kau datang, dasar bocah" tajamnya, di sambut gelak tawa Jovanka kembali
" kak samuel ku sayaaang, sudah ku katakan, kau sudah mulai berkarat, berapa umurmu, 35 di tahun ini kan ,aaaah kau sudah sangat tua " ejek jovanka yang membuat sam melengos kesal mendengar nya.
" kau lupa siapa yang mengajariku bergerak tanpa suara?" Sambungnya menaik naikan alisnya. Membuat Sam kembali tersenyum bangga membusungkan dadanya, siapa lagi kalo bukan aku, aku melupakan itu gumam sam.
" aaah yaaaa, kau memakai obat kuat dan tisu magic pemberian ku tidak di malam pertama? Bagaimana? Coba kasih testimoninya" tanya jovanka nyaring dan tanpa dosa hingga mata Sam langsung membulat mendengarnya, seketika matanya memandang ke arah semua yang ada di ruang keluarga, Oh Tuhan, bocah ini tidak berubah, mulutnya tidak di filter, memalukan . Kesalnya, Jovanka langsung tergelak melihat wajah Samuel yang memerah menahan malu, apa lagi yang lain juga terlihat mengulum senyum mendengarnya,
"Aaaah yaaaa " teriak jovanka melepas rangkulan tangannya dari lengan sam, merogoh tas untuk mengambil ponsel nya dan memperlihatkan sebuah foto, " kau sangat tampan waktu itu, jadi aku mengambil foto mu" ucapnya menatap ponselnya berbinar.
" Kau datang? " Tanya Sam lekat menatap jovanka setelah melihat foto yang di perlihatkan jovanka.
" Tentuu sajaa, aku tidak akan melewatkan hari bahagia mu" ucap jovanka berlalu ke arah sofa untuk duduk. Sebelum duduk dia kembali memandang sam l, " satu lagi, umur ku sudah 26 tahun, berhenti memanggil ku BOCAAH!!"tajamnya merengut, membuat Sam tersenyum tipis hampir tak terlihat.
Bocah ini persis sekali kakaknya, saat dia ada tingkahnya sangat memuakkan, tapi saat tidak ada aku sangat merindukannya Gumam sam.
"Sam aku dengar " sahut Morgan menyela lamunan sam.
Ada rasa haru yang menyeruak di dada sam, yaaa sejak dulu jovanka memang sangat perhatian padanya, Walau perjodohan mereka berakhir karna kesalahan Sam, tapi Jovanka tak pernah menyalahkannya atau menarik diri darinya.
" Kau melakukan operasi di rumah sakitnya Frans?" Tanya Morgan menatap lekat ke arah jovanka yang tersenyum manis, " cepat sekalii informasinya" sahutnya sambil melirik ke arah Sam, siapa lagi pencari berita tercepat selain Samuel.
" Katanya kau juga membuat keributan?" Sambung Morgan,dia sudah tahu bahkan keributan itu terjadi dengan Sean, hanya dia tidak bilang siapa Sean sebenarnya.
Jovanka menyandarkan tubuhnya di sofa " sedikit" sahutnya singkat.
"Pasien dengan sakit apa ka?Sampai kamu harus mengoperasi,kau kan bukan dokter disana" sahut maira bingung, Membuat Morgan dan sam menatap lekat ke wajah Jovanka , terlihat jelas perubahan mimik wajah nya, mereka sudah tau bahkan detail pasien nya. " Luka di pergelangan tangan" jawab Jovanka singkat
" Luka aja emang perlu operasi? Ngeri banget"
Sahut maira lagi
" Syaraf dan nadinya putus" jawab Jovanka
" Percobaan bunuh diri ya?" Balas maira spontan, dan langsung menutup mulutnya ketika sadar. Semua orang menatapnya melotot. Pun dengan Morgan yang langsung membuang pandangannya ke arah lain,tidak bisa di bohongi, kalimat itu juga masih sangat menyakitinya.
Jovanka melirik ke arah kakaknya itu, menangkap ekspresi sedih di wajah kakaknya " itu juga masih menyakiti mu kak? " lirih Jo berbicara dalam hatinya. "Sebentar lagi makan malam, aku mau kekamar dulu ya bersihbersih " ucap Jovanka langsung berdiri cepat dan pergi. Dia sedang mencoba menyembunyikan kesedihannya,
Setelah sampai di depan kamarnya, tangannya meraih dan membuka handle pintu kamarnya, melangkah pelan untuk beringsut duduk di meja riasnya l, matanya nanar menatap dirinya di cermin, sudut bibirnya tertarik, Senyumnya getir , bukan saja hari kelahiran kita Ivanka, bahkan saat aku melihat diriku di cermin, aku selalu melihat dirimu, aku mengingat kematian mu yang penyebabnya adalah aku. Lirihnya dalam hati, lalu mulai terisak sendirian, terdengar begitu sedih dan sakit. Jovanka yang begitu ceria di luar, tapi selalu menangis saat sendirian
****
Semua anggota keluarga sudah duduk di meja makan untuk makan malam sampai Jovanka melirik ke arah Sam yang berdiri di depan ruang kerja Morgan
" Bu Ning, siapkan satu piring lagi di samping ku " ucap Jovanka meminta nya dengan lembut ke Bu Ning, Bu Ning terlihat sedikit bingung lalu mengangguk, dia meletakan satu piring baru di samping jovanka duduk.
" Untuk siapa kak? " Sergah maira bingung.
" Siapa lagi, patung maskot rumah hantu"sahut jovanka melempar pandangan pada sam,
" Mana mungkin dia mau ikut duduk disini kak" jawab maira, Sam memang jarang mau duduk bergabung makan malam di keluarga ini, dia hanya akan menunggu di depan pintu ruang kerja Morgan atau di ruang keluarga.
" Memang tidak akan mau kalo kita yang minta, tapi kalo tuan muda yang perintahkan pasti mau" sindir jovanka melirik ke arah Morgan yang sudah tahu maksud adiknya itu langsung menaikan suaranya memanggil sam , benar saja, ia langsung mendekat ke arah Morgan.
"Ada apa tuan?" Ucapnya bersiap menerima perintah.
" Duduk dan makan malam bersama kami" titah morgan
" Terimaksih tuan tapi" sahut Sam namun dengan cepat Morgan langsung memotong ucapan sam dengan dingin
" kau ingin aku mengulang perintah ku?" Tanya nya
" Tidak tuan" sahut sam dengan cepat menyahut, Matanya tertuju pada jovanka yang menepuk-nepuk kursi di sampingnya membuat Sam melangkah mendekat dan duduk di samping Jovanka yang sudah bersiap meraih nasi, menuang untuk dirinya sendiri lalu beralih menuangkan makanan ke piring sam " jangan makan cepat cepat, kita sedang tidak berlomba menghabiskan makanan dengan cepat" ucapnya memperingatkan Sam yang langsung mengangkat kepalanya memandang jovanka,
bocah ini masih ingat saja dengan kebiasaan ku ucap nya dalam hati.
Samuel memang makan sangat cepat, dia harus menghabiskan makanan lebih cepat dari Morgan, karna waktu mereka tidak boleh terbuang percuma.
Mata Morgan melirik samar ke arah adiknya itu , thats jovanka, sejak kecil dia memang anak yang begitu perhatian fikirnya.
Bahkan sikap perhatiannya Terkadang membuat morgan cemburu pada samuel, " adikku adalah milik ku, aku tidak suka berbagi dengan orang lain " ucap Morgan kecil yang marah kepada sam Setiap jovanka memberikan sam hadiah yang sama dengan yang di berikannya kepada Morgan.