Sebuah cerita yang menceritakan tentang seorang anak muda yang mana dia seorang dewa perang yang tidak diketahui latarbelakangnya kecuali oleh para pejabat petinggi-petinggi, dia sangatlah kuat dan berani, melalui dari perang melawan 27 negara yang dia taklukkan serta kekuatan yang di milikinya, dia diberi gelar "Dewa Perang", tetapi dengan gelar tersebut tidak membuat dirinya ingin diketahui oleh semua orang, hanya memilih orang orang tertentu saja yang boleh mengetahui jati dirinya yang sebenarnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Faqih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Puncak gunung Mohad
Puncak gunung Mohad di Utara Negeri Sangyang. Salah satu Gunung tertinggi dan Gunung paling mematikan.
Banyak Misteri dan Rahasia tersembunyi di Gunung Mohad.
Sebuah Rumah tua di tengah tengah awan. Begitu banyak tanaman beracun di sekitarnya, bahkan binatang tidak ingin melintas di sekitar rumah tersebut.
Tanahpun telah teracuni oleh Tanaman beracun. "Apa sudah saatnya bangsa Sangyang mengambil keputusan yang berat ?" Ucap Petua Yuan Qii yang berusia 90 tahun
Mendengar pertanyaan Petua Yuan Qii. Seorang pria tua yang berambut putih panjang, menghadap ke Selatan, Matanya tajam memandang awan awan yang menutupi seluruh hutan di sekitar Gunung Mohad.
Usianya 110 tahun lebih, Namanya Yuan Dao, Saudara tua Petua Yuan Qii. Mereka tinggal 11 orang beserta anak Yuan Dao dan cucu cucunya.
Seorang pemuda melangkah maju, namanya Yuan Lang. " Kakek !". Ucap Yuan Lang, "Apakah kita harus mengutus Dijian ?".
Mendengar pertanyaan cucunya.
Yuan Dao berkata "Apakah ada yang ingin berurusan dengan dunia sekuler selain Dijian ?"
"Baik kakek. Aku akan kembali ke Clan memberi tahu semua anggota Clan". Mendengar perkataan cucunya. Yuan Dao mengangguk kecil.
Setelah Yuan Lang meninggalkan ruangan. Yuan Dao mengeluarkan Aura. Jari jemarinya di lebarkan, terlihat kekuatan dari jarinya menekan bumi.
"Kreekkk,, Kreekkk"
Bunyi retak batu batu di bawah kakinya. Aura yg di keluarkan oleh Yuan Dao Begitu mengerikan.
Aura dari jari jemarinya saja sudah dapat membuat lantai di bawahnya retak dan membuat cekung. Padahal Aura yg keluar sangat kecil. Yuan Qii terkejut melihat hal itu.
"Kakak ! Apa kekuatanmu ?"
Sebelum ucapan Yuan Qii selesai di ucapkan,
Yuan Dao mengangguk kecil.
Melihat kakaknya Yuan Dao mengangguk. Yuan Qii memikirkan lebih dalam lagi.
Seketika Yuan Qii tercengang. "Itu berarti Yuan Dao sudah di Tingkat Saint".
Yuan Qii tidak dapat berbicara. Bibirnya bergetar hebat. "Kakak! Selain para Dewa, hanya tingkat Saiya yang dapat mengalahkanmu ?".
Yuan Dao tersenyum melihat adiknya Yuan Qii. Sambil berjalan menghampiri Yuan Qii, Yuan Dao berkata. "Adik !" Yuan Dao memegang pundak Yuan Qii sebelah kanan dengan tangan kanannya. Lalu berkata. "Beberapa tahun lagi aku harus mencapai tingkat Saiya".
" Banggg..."
"Kakak Dao, Apa kakak masih mampu menembus kekuatan sangat mengerikan itu ?".
Yuan Dao berkata, "Aku tidak akan hidup tenang, sebelum sampai ke puncak. Hanya para Dewa kelak yang mampu mengalahkan kekuatanku".
"Masalah Clan ku serahkan padamu. Aku akan pergi selama beberapa tahun ke depan untuk menembus tingkat Saiya". Sambung Yuan Dao.
Tubuh Yuan Qii gemetar mendengar perkataan kakaknya Yuan Dao. "Bukankah usia kakak telah mencapai 110 tahun lebih. Apakah kakak mampu menembus alam itu ?".
Ucap Yuan Qii.
Yuan Dao mengangguk pelan."Tenang saja, kini Clan DZIANG tidak akan ada yang mampu mengusiknya. Sembilan Clan di Utara tidak akan ada yang berani mengusiknya". Mata Yuan Dao memicingkan matanya, terlihat kecemasan dan kemarahannya.
"Dengan kekuatan yang kumiliki saat ini, Aku belum bisa memastikan diriku akan menang melawannya. Saat itu, kemampuan kami berimbang. Usiaku mencapai 50 tahun. Sedangkan dirinya sudah 62 tahun. Selisih umur kami tidak terlalu jauh. Kekuatan kami sedikit berimbang. Hanya beda satu tingkat.
Saudara seperguruanku penuh dengan ambisi ingin menguasai Dunia".
Yuan Dao kemudian menceritakan tentang peperangan tersebut. Yuan Dao berkata, "Suatu hari di dalam peperangan. Aku menyaksikan, dirinya bertarung dengan seorang musuh di medan perang puncak dari Wilayah Desa Tertutup. Perang penentuan apakah Negeri Sangyang masih bisa menduduki wilayah Hua Xia apa tidak. Demi memenangkan peperangan dirinya masuk ke barisan musuh. Akan tetapi di pihak musuh sangat mengerikan. Ternyata selama ini, pihak musuh tidak pernah mengeluarkan orang orang terhebatnya. Orang orang yang ikut berperang sebelumnya hanya orang orang dari Dunia Sekuler. Sedangkan orang orang dari wilayah Tertutup, daerah daerah Kuno, menutup diri dari peperangan orang orang sekuler. Ketika dunia sekuler di Hua Xia mengalami kemunduran dan hampir mengalami kekalahan oleh Negeri Sangyang".
Yuan Dao berhenti sejenak lalu melanjutkan ceritanya, "Orang orang beladiri Kuno dan wilayah Tertutup marah. Sehingga mereka mengutus orang orang tingkat Saint. Bahkan orang orang dari Negeri Sangyang tingkat Saiya bisa terbunuh oleh Wilayah Desa Tertutup. Begitu mengerikan kekuatan mereka dari Beladiri Kuno dan Wilayah tertutup. Semenjak saat kekalahan Negeri Sangyang itu, orang orang Negeri Sangyang di larang menginjakkan kaki di Hua Xia. Jika hal itu di langgar, Maka kematian akan di terima orang orang dari Negeri Sangyang. Bukan cuma itu, Hampir seluruh Negeri yang memiliki orang orang Beladiri di larang masuk ke Hua Xia. Aturan ini berlaku untuk seterusnya".
Yuan Dao menarik nafas dalam-dalam mengingat Dirinya terluka parah saat itu. Lalu Yuan Dao lanjut bercerita, "Walaupun kami saling berselisih di dalam Clan. Tapi demi Negara, kami harus bekerja sama".
Mendengar perkataan Yuan Dao.
Yuan Qii dapat memahami pertikaian kakaknya dengan seorang kakak seperguruannya.
Di sebuah Manor megah sebelah barat Hua Xia. Keluarga Duan telah memerintahkan para pembunuh untuk memberikan pelajaran besar untuk Xin Chen.
Duan Fu berkata, "Ayah ! Kapan orang orang yang Ayah suruh kembali melaporkan hasil kerja mereka ? Mengapa sampai saat ini kabar dari mereka belum ada. Bahkan telepon mereka tidak ada yang bisa di hubungi".
Duan Wenchan sedikit cemas. Apa yang di katakan anaknya adalah kebenaran.
Mengapa utusan mereka belum ada kabar sama sekali.
"Aku akan mengutus seorang Master Tahap Menengah untuk mencari tahu situasinya. Sekaligus menangkap Nona Long'er". Ucapnya dalam hati.
"Anakku! Aku akan mengirim Deng Wiyan yang lebih berbakat untuk membantu Kwan Lee memberikan pelajaran kepada pemuda itu". Ucap Duan Wenchan kepada anaknya.
"Baik Ayah". Jawab Duan Fu.
"Kring,,, kring,,, kring"
Terdengar suara telepon dari seseorang. Nomor baru terlihat di layar telepon.
Melihat panggilan telepon tanpa nama. Duan Wenchan mengerutkan keningnya. Wajahnya terlihat sedikit kesal. Duan Wenchan menjawab telepon. " Halooo"
"Halo,,, balas seseorang di ujung telepon". Namanya Meng Yisan. " Maaf tuan. Apa tuan bernama Duan Wenchan ?". Terdengar suara wanita itu sangat santun berbicara. Mendengar balasan telepon.
Terdengar suara wanita bertanya tentang dirinya. Duan Wenchan menjawab "Ada apa Nona menanyakan tentang Diriku ?".
" Maaf Tuan, Aku di suruh seseorang untuk menghubungimu !"
Mendengar perkataan wanita di ujung telepon. Duan Wenchang sedikit penasaran. Bertanya dalam hati. "Ada urusan apa ?".
"Maaf Nona, ada urusan apa anda menghubungiku. Jelaskan saja, tidak perlu menutupinya", Ucap Duan Wenchan.
Lawan di ujung telepon berkata. "Anak buah anda bernama Kwan Lee meminta bantuan segera. Kondisinya sangat tertekan".
Mendengar penjelasan wanita itu. Duan Wenchan mengerutkan keningnya lalu bertanya. "Apa yang telah terjadi dengan Pengawal ku". Lawan bicara belum menjawab Duan Wenchan lanjut bertanya. "Posisinya di mana sekarang ?".
Meng Yisan menjawab, "Maaf Tuan. Pengawal anda berada di kabupaten King'Bao".
"Terima kasih atas informasinya Nona". Segera Duan Wenchan mematikan telepon.
Dengan kemarahan, Duan Wenchan berkata,
"Dasar sampah. Mengapa hal sekecil itu kamu tidak mampu menyelesaikan tugas tugasmu".
Duan segera menelpon seseorang.
"Halo Tuan Besar". Ucap lawan di ujung telepon. Namanya Kun Yuda. Duan Wenchan berkata. "Segeralah kamu ke King'Bao membantu Kwan Lee!".
"Baik Tuan Besar. Aku segera berangkat ke King'Bao". Duan Wenchan tersenyum puas di ujung telepon lalu berkata, "Cepatlah kembali menemuiku setelah menyelesaikan tugasmu !".
"Baik Tuan". Jawab Kun Yuda
"Ttuuut,,, ttuuutt". Telepon di matikan.
Di sisi lain, Xin Chen telah sampai di tempat lokasi pembangunan. Dia melihat seseorang berdiri. Rambutnya sangat putih. Usianya sekitar 90 tahun.
Xin Chen menghampiri Pria tua itu, lalu berkata "Tuan ! Apa yang anda cari di lokasi pembangunan perusahaanku ?".
Lelaki tua itu tersenyum lalu berkata. "Aku hanya sekedar melintas dan melihat papan nama di luar. Ternyata lokasi ini akan di bangun sebuah gedung perusahaan".